11 Juli 2020

Jangan Berlebihan, Yuk Ketahui Bahaya Makan Daging Kambing

Meski rendah lemak dari ayam dan kaya protein dari sapi, jangan sampai berlebihan makan daging kambing ya, Moms!
Jangan Berlebihan, Yuk Ketahui Bahaya Makan Daging Kambing

Sebagai rangkaian dari perayaan Idul Adha, sajian olahan daging kambing dan sapi pun akan banyak dihidangkan. Kedua jenis daging merah ini memang selalu menjadi favorit banyak orang, khususnya daging kambing.

Daging kambing memang punya kandungan lemak yang lebih daripada ayam, dan kadar proteinnya lebih tinggi daripada daging sapi.

Rendahnya kadar lemak jenuh dan kolesterol, ditambah kandungan zat besi dan protein yang tinggi, menjadikan daging kambing adalah jenis daging merah yang sehat.

Terlepas dari manfaat yang didapatkan dari daging kambing, Moms perlu menjaga konsumsi kambing agar tidak berlebihan. Sehingga, mengurangi risiko bahaya makan daging kambing.

Mengutip NBC News, pola makan yang mengandung banyak daging merah, termasuk makan daging kambing, dapat mengubah fungsi ginjal. Hal ini seperti diungkapkan Dr. Stanley Hazen dari Klinik Cleveland.

"Daging merah meningkatkan risiko tidak hanya penyakit jantung, tetapi kanker kolorektal," terang Hazen.

Baca Juga: Pakai 6 Cara Ini Agar Daging Kambing Tidak Bau

Bahaya Makan Daging Kambing

Ada beberapa bahaya makan daging kambing yang bisa dialami, jika seseorang terlalu banyak makan daging kambing. Karenanya, penting untuk makan daging kambing secukupnya, terutama saat Idul Adha.

1. Kanker

Kenali Kanker Kulit, Termasuk Tanda dan Gejalanya 02.jpg
Foto: Kenali Kanker Kulit, Termasuk Tanda dan Gejalanya 02.jpg (rd.com)

Bahaya yang bisa didapatkan bila terlalu banyak makan daging kambing yang pertama adalah kanker. Berbicara tentang asupan daging merah, kanker mungkin merupakan implikasi kesehatan yang paling umum diketahui.

Pada Oktober 2015, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menerbitkan laporan yang menyimpulkan bahwa daging merah mungkin bersifat karsinogenik bagi manusia.

Ini berarti bahwa ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa konsumsi daging merah atau daging kambing meningkatkan risiko kanker.

International Agency for Research on Cancer (IARC) juga menemukan bukti hubungan antara asupan daging merah dan peningkatan risiko kanker kolorektal, pankreas, dan prostat.

Diperkirakan bahwa memasak daging merah pada suhu tinggi, seperti digoreng atau dipanggang, adalah cara memasak yang berkontribusi terhadap peningkatan risiko kanker.

Ini karena menurut National Cancer Institute, memasak daging pada suhu tinggi bisa menyebabkan produksi amina heterosiklik (HCA) dan hidrokarbon aromatik polisiklik (PAH).

Kedua hal ini merupakan bahan kimia yang bisa meningkatkan risiko kanker pada hewan.

Namun, laporan dari WHO menyimpulkan bahwa peran HCA dan PAH tidak ada cukup data untuk memastikan jika daging yang dimasak pada suhu tinggi memengaruhi risiko kanker pada manusia.

Baca Juga: Arswendo Atmowiloto Menderita Kanker Prostat, Ketahui Penyebab dan Gejalanya

2. Gagal Ginjal

gagal ginjal
Foto: gagal ginjal

Bahaya lain akibat terlalu banyak makan daging kambing adalah gagal ginjal. Diabetes dan tekanan darah tinggi adalah penyebab paling umum dari gagal ginjal.

Dalam Journal of American Society of Nephrology, ada penelitian melaporkan hubungan ketergantungan dosis antara konsumsi daging merah dan risiko gagal ginjal.

Contohnya, 25 persen peserta yang makan asupan daging merah tertinggi memiliki 40 persen peningkatan risiko gagal ginjal.

"Temuan kami menunjukkan bahwa orang-orang ini masih dapat mempertahankan asupan protein tetapi sebaiknya mempertimbangkan untuk beralih ke sumber protein nabati. Namun, jika masih ingin untuk makan daging, ikan/kerang dan unggas adalah alternatif yang lebih baik daripada daging merah," kata rekan penulis studi Dr. Woon-Puay Koh, dari Sekolah Kedokteran Duke-NUS di Singapura.

3. Penyakit Jantung

penyakit jantung
Foto: penyakit jantung

Penyakit jantung juga menjadi salah satu bahaya karena makan daging kambing. Pola makan tidak sehat, asupan makanan yang tinggi lemak jenuh dan kolesterol, merupakan faktor risiko penyakit jantung yang umum.

Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa daging merah termasuk dalam meningkatkan risiko penyakit jantung dan kondisi kardiovaskular lainnya. Beberapa penelitian mengaitkan konsumsi daging merah dengan penyakit jantung.

Studi pada jurnal National Library of Medicine tahun 2014 yang meneliti lebih dari 37.000 pria di Swedia, menemukan bahwa pria yang mengonsumsi lebih dari 75 gram daging merah olahan per hari berisiko 1,22 kali lebih tinggi mengalami gagal jantung, daripada mereka yang mengonsumsi daging merah di bawah 25 gram setiap hari.

Namun, penelitian ini tidak mempertimbangkan untuk memasukkan aspek tingginya lemak jenuh dan kadar kolesterol dari daging merah.

Baca Juga: Menyusui Bisa Menurunkan Risiko Penyakit Jantung? Yuk, Simak Penjelasannya!

4. Divertikulitis

divertikulitis
Foto: divertikulitis (Orami Photo Stock)

Divertikulitis adalah suatu kondisi di mana terjadi peradangan pada satu atau lebih kantung yang melapisi dinding usus besar, yang disebut divertikula. Ini bisa menjadi bahaya lain jika konsumsi daging kambing tidak dikontrol.

Peradangan ini dapat menyebabkan sejumlah komplikasi parah, termasuk abses, perforasi usus besar, dan peritonitis (infeksi dan pembengkakan pada lapisan perut).

Penyebab spesifik divertikulitis masih tidak jelas, tetapi para ahli menyarankan bahwa diet tinggi serat dapat meningkatkan risiko mengembangkan kondisi deverkulitis ini.

Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Gut menyarankan bahwa makan daging merah dalam jumlah tinggi dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya divertikulitis.

Mereka yang melaporkan makan dalam jumlah tinggi ditemukan memiliki risiko 58 persen lebih besar terkena divertikulitis. Risiko ini diperkuat dengan asupan tinggi daging merah yang tidak diproses.

Itulah beberapa bahaya yang bisa didapatkan bila terlalu banyak makan daging kambing. Makan daging kambing memang seolah menjadi hal wajib saat Idul Adha tiba. Tapi jangan berlebihan ya, Moms.

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb