02 April 2020

Bayi Terkena Kuning, Kapan Harus ke Dokter?

Meski normal, penyakit kuning pada bayi harus sering dipantau.
Bayi Terkena Kuning, Kapan Harus ke Dokter?

Saat bayi baru lahir, Moms akan merasakan kebahagiaan yang luar biasa.

Namun mungkin akan berubah menjadi sebuah kekhawatiran saat melihat kondisi fisik Si Kecil.

Saat melihat warna kekuningan di telapak tangan, telapak kaki, dan di bagian putih mata bayi.

Meski Moms akan merasa sedih melihat bayi kuning, namun Moms tidak harus segera membawanya ke dokter.

Menurut ahli gastroenterologi anak Naim Alkhouri, MD, kuning pada bayi baru lahir adalah normal. "Penyakit kuning neonatal bisa umum terjadi dalam dua minggu pertama kehidupan. Sebagian besar dapat diselesaikan secara spontan,” ujarnya dilansir Clevelandclinic.org.

Sebenarnya, penyakit kuning pada bayi akan hilang dengan sendirinya saat bayi mulai menyusu dan hati bayi berkembang dalam 2 hingga 3 minggu.

Jika lebih dari itu, kemungkinan bayi memiliki penyakit lain yang harus diwaspadai.

Kadar bilirubin yang tinggi dapat membuat bayi berisiko tuli, cerebral palsy, atau bentuk lain dari kerusakan otak.

American Academy of Pediatrics (AAP) (AAP) merekomendasikan semua bayi yang baru lahir untuk diperiksa untuk mendeteksi adanya penyakit kuning sebelum keluar dari rumah sakit dan lagi ketika bayi berusia antara 3 dan 5 hari.

Baca Juga: Berkenalan dengan Penyebab Penyakit Kuning pada Orang Dewasa, Hindari!

Seperti Apa Penyakit Kuning pada Bayi?

Bayi Terkena Kuning Kapan Harus ke Dokter -1.jpg
Foto: Bayi Terkena Kuning Kapan Harus ke Dokter -1.jpg (Orami Photo Stocks)

Foto: raisingchildern.net

Penyakit kuning adalah perubahan warna menjadi kuning pada kulit atau bagian putih mata karena adanya peningkatan bilirubin pigmen empedu dalam darah.

Bilirubin adalah produk sampingan penyakit kuning yang berasal dari kerusakan dan ekskresi sel darah merah dari tubuh.

“Ada dua bentuk kuning: fisiologis dan kolestatik. Fisiologis sering terjadi dan dapat menghilang dengan mudah. Namun kolestatik dapat menyerang kapan saja dan dapat menunjukkan adanya penyakit hati,” jelas Naim.

Penyakit Kuning Fisiologis

  • Biasanya, sekitar 60% bayi baru lahir akan mengalami penyakit kuning tak lama setelah lahir. Namun, menurut ahli neonatologi William Zaia, MD, hanya sekitar 1% bayi yang dirawat di rumah sakit untuk kondisi ini. “Penting untuk diingat bahwa setelah seorang anak lahir, penyakit kuning dapat muncul sebelum atau setelah meninggalkan rumah sakit,” kata dia.
  • Penyebabnya biasanya adalah hasil dari peningkatan produksi atau pengambilan bilirubin yang terganggu dari hemoglobin dalam darah. Bisa juga berasal dari penyakit kuning ASI, yang berkembang ketika protein dalam ASI menghalangi hati dari memecah bilirubin. Penyakit kuning yang disebabkan oleh ASI jarang terjadi dan biasanya tidak parah.
  • Walaupun penyakit kuning dapat memengaruhi sebagian besar bayi, ada beberapa faktor yang dapat membuat bayi berisiko lebih besar. Bayi yang disusui, bayi ibu dengan diabetes, bayi prematur atau berat badan lahir rendah, bayi yang saudara kandungnya pernah memiliki penyakit kuning, dan bayi yang lahir di tempat tinggi sering kali lebih mengalami kondisi ini.

Baca Juga: Berkenalan dengan Penyebab Penyakit Kuning pada Orang Dewasa, Hindari!

Penyakit Kuning Kolestatik

  • Bentuk penyakit kuning bayi ini dikaitkan dengan kadar bilirubin terkonjugasi atau larut dalam air yang lebih tinggi, menunjukkan masalah dengan fungsi hati dan saluran empedu. “Ini mempengaruhi sekitar 1 dari 2.500 bayi. Dan transplantasi hati mungkin diperlukan dalam beberapa kasus,” jelas Naim.
  • Salah satu penyebab paling umum dari penyakit kuning kolestatik adalah atresia bilier, penyumbatan saluran empedu di luar hati. Kondisi ini berakibat fatal jika tidak ditangani dalam waktu dua tahun. Dalam beberapa kasus, kelainan genetik atau metabolisme menjadi risiko penyakit kuning kolestatik, serta infeksi dan obat-obatan tertentu sebagai alasan lainnya.
  • Penyakit kuning kolestatik memiliki banyak karakteristik yang sama dengan penyakit kuning neonatal seperti kulit kuning, tinja berwarna pucat atau seperti tanah liat, dan urin berwarna gelap. Kepekatan warna kuning di bagian putih mata juga bisa terlihat.
  • Jika bayi didiagnosis kolestatik, harus segera dirujuk ke spesialis gastroenterologi anak untuk evaluasi lebih lanjut. “Jika tingkat bilirubin tinggi, dokter akan menguji tingkat bilirubin darah dan memulai fototerapi jika tingkat itu juga tinggi,” kata William.

Apa Penyebab Bayi Kuning?

Bayi Terkena Kuning Kapan Harus ke Dokter -2.png
Foto: Bayi Terkena Kuning Kapan Harus ke Dokter -2.png

Foto: Medgadget.com

Bayi yang berisiko paling tinggi terkena penyakit kuning adalah bayi prematur, bayi yang tidak mendapatkan ASI atau susu formula yang cukup, atau bayi yang golongan darahnya tidak cocok dengan golongan darah ibu.

Sebab, itu dapat membuat penumpukan antibodi yang dapat menghancurkan sel darah merah dan menyebabkan peningkatan kadar bilirubin secara tiba-tiba.

Penyebab lain bisa jadi karena adanya memar saat lahir atau pendarahan internal lainnya, masalah hati, infeksi, kekurangan enzim, dan kelainan pada sel darah merah.

Kapan Harus Menemui Dokter?

Bayi Terkena Kuning Kapan Harus ke Dokter -3.jpg
Foto: Bayi Terkena Kuning Kapan Harus ke Dokter -3.jpg

Foto: RaisingChildren.net

Sebagian besar kasus penyakit kuning adalah normal, tetapi kadang-kadang penyakit kuning dapat menunjukkan kondisi medis yang yang lebih membahayakan.

Penyakit kuning yang parah juga meningkatkan risiko bilirubin masuk ke otak, yang dapat menyebabkan kerusakan otak permanen.

Moms harus menemui dokter saat melihat bayi menunjukkan tanda seperti:

  • Penyebaran warna kuning menjadi semakin cepat, pekat dan instens,
  • Bayi mengalami demam lebih dari 38 ° C,
  • Bayi tidak menyusu dengan benar, tampak lemah atau lesu, dan menangis kencang,

Meski tidak bisa dicegah, sejak bayi baru lahir Moms bisa melakukan terus mengecek kadar kuning pada bayi.

Baca Juga: Segera ke Dokter, Ini Gejala Penyakit Kuning yang Tidak Bisa Diabaikan

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb