29 Mei 2019

Benarkah Konsumsi Tahu Bisa Tingkatkan Risiko Kanker Payudara? Ini Penjelasannya!

Apakah hal ini hanya mitos atau benar fakta ya, Moms? Cari tahu jawabannya di sini!
Benarkah Konsumsi Tahu Bisa Tingkatkan Risiko Kanker Payudara? Ini Penjelasannya!

Siapa yang tidak suka dengan tahu? Makanan yang satu ini masuk ke dalam salah satu makanan favorit orang Indonesia.

Ini dikarenakan tahu lebih murah dari bahan makanan lain, lebih mudah diolah, dan terdiri beragam nutrisi karena terbuat dari kedelai.

Tahu adalah sumber protein yang baik dan mengandung semua sembilan asam amino esensial.

Bahkan, tahu mengandung zat besi, kalsium, mineral mangan, selenium, dan fosfor. Selain itu, tahu adalah sumber magnesium, tembaga, zinc, dan vitamin B1 yang baik.

Tahu dianggap makanan luar biasa dari sudut pandang nutrisi dan kesehatan karena manfaatnya yang hampir sama dengan kacang kedelai.

Setidaknya dalam 100 gram tahu berisi 73 kkal, 4,2g lemak, 0,5g lemak sat, 0,7g karbohidrat, 8,1 gram protein.

Protein kedelai yang juga terdapat dalam tahu diyakini membantu menurunkan kadar kolesterol jahat (LDL).

Namun, beberapa pendapat menyatakan jika mengonsumsi tahu bisa tingkatkan risiko kanker payudara. Benarkah demikian?

Baca Juga: 4 Cara Mendeteksi Kanker Payudara yang Paling Mudah

Tahu Mengandung Isoflavon

risiko kanker payudara
Foto: risiko kanker payudara

Selain nutrisi yang telah disebutkan, tahu juga mengandung fitoestrogen yang disebut isoflavon.

Isoflavon merupakan sekelompok bahan kimia yang ditemukan dalam makanan nabati.

Isoflavon diketahui memiliki struktur yang mirip dengan hormon estrogen wanita dan karenanya meniru aksi estrogen yang diproduksi oleh tubuh.

Dikarenakan mirip, disebut-sebut isoflavon pada tahu akan meningkatkan risiko kanker payudara dan seseorang yang telah terkena kanker payudara akan bertambah parah.

Baca Juga: 5 Hal yang Bisa Kita Lakukan Jika Orang Terdekat Terkena Kanker Payudara

Tahu Tingkatkan Risiko Kanker Payudara? Benarkah?

risiko kanker payudara
Foto: risiko kanker payudara

Karena mengandung isoflavon, tahu dianggap bisa meningkatkan risiko kanker payudara. Namun, benarkah demikian?

Isoflavon yang terkandung dalam tahu memiliki struktur yang mirip dengan estrogen di mana kadar estrogen yang tinggi dapat meningkatkan risiko kanker payudara.

"Jadi ada ketakutan bahwa kedelai dapat bertindak sebagai estrogen dalam tubuh dan merangsang sel-sel kanker," kata Marleen Meyers, MD, direktur Perlmutter Cancer Center Survivorship Program di NYU Langone Medical Center.

"Itu menyebar di blog dan orang-orang akan saling memberi tahu untuk menghindari kedelai," tambahnya.

Menurut Marleen Meyers, tahu bisa tingkatkan risiko kanker payudara adalah sebuah mitos.

"Dalam budaya Asia, di mana orang makan banyak kedelai sejak usia muda, tingkat terkena kanker payudara mereka justru lebih rendah," kata Meyers.

Tak hanya Marleen Meyers, Dr. Mark Messina, direktur eksekutif di Soy Nutrition Institute juga mengemukakan pendapatnya.

"Banyak kepanikan terhadap kedelai dan kanker berasal dari studi tahun 1998 pada tikus, yang menunjukkan bahwa isoflavon kedelai, yang bertindak mirip dengan hormon estrogen, menyebabkan tumor payudara yang ada tumbuh," kata Dr. Mark Messina.

Baca Juga: Apakah Kanker Payudara Bisa Menurun Kepada Anak Perempuan?

Makan Protein Kedelai Dua Porsi Sehari

risiko kanker payudara
Foto: risiko kanker payudara

Tahu dapat meningkatkan risiko kanker payudara ternyata tidak terbukti kebenarannya.

Bahkan, Marleen Meyers mengungkapkan jika wanita China yang setidaknya memakan 13g protein kedelai dalam sehari atau setara 1 atau 2 porsi, memiliki kemungkinan 11% lebih rendah untuk terkena kanker payudara daripada mereka yang hanya mengonsumsi 5g sehari.

Walau begitu, belum ditemukan bukti otentik bahwa tahu atau makanan yang berasal dari kedelai bisa mencegah kanker payudara.

“Masih banyak penelitian yang perlu dilakukan,” kata Meyers. “Bisa jadi orang yang makan lebih banyak kedelai memiliki gaya hidup sehat secara umum,” tutupnya.

(SA/INT)

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb