30 November 2023

Tantrum pada Anak: Penyebab, Cara Mengatasi dan Mencegahnya

Cari tahu juga cara menghindarinya, Moms
Tantrum pada Anak: Penyebab, Cara Mengatasi dan Mencegahnya

Tantrum merupakan hal yang sering kita temui pada anak-anak. Tantrum pada anak ini bisa membuat orang tua menjadi frustasi.

Tetapi daripada melihatnya sebagai bencana, Moms dan Dads bisa memperlakukan amukan ini sebagai kesempatan untuk mengajari anak hal yang benar.

Amukan kemarahan bisa terjadi dari merengek dan menangis hingga berteriak, menendang, memukul, dan menahan napas.

Hal ini sama-sama umum terjadi pada anak laki-laki dan perempuan dan biasanya terjadi antara rentang usia 1 hingga 3 tahun.

“Tantrum bukanlah suatu penyakit namun sebuah gangguan yang memerlukan penanganan khusus,” terang dr. Robert Soetandio, Dokter Spesialis Anak, RS Pondok Indah – Bintaro Jaya.

Tantrum adalah ledakan emosi yang dirasakan oleh anak-anak atau orang dewasa yang memiliki masalah dalam emosional.

Biasanya tantrum terjadi pada usia 1,5-2 tahun dan sebaiknya sudah hilang pada usia 4-5 tahun.

Anak dengan usia 1,5-2 tahun memiliki kendala bahasa yang belum lancar, sehingga anak belum bisa mengenali emosi yang dirasakannya.

Beberapa anak mungkin sering mengamuk, dan yang lain jarang mengalaminya.

Namun, perlu diingat bahwa tantrum adalah bagian normal dari perkembangan anak. Begitulah cara anak kecil menunjukkan bahwa mereka kesal atau frustrasi.

Menurut dr. Robert, tantrum juga ditandai dengan sikap keras kepala, menangis keras, marah-marah, dan sulit menenangkan diri. Hal ini umum terjadi pada anak.

Kejadian tantrum pada anak disinyalir erat kaitannya dengan cara berkomunikasi anak tersebut.

Baca Juga: 5 Manfaat DHA untuk Anak, Baik untuk Perkembangan Otak

Penyebab Tantrum pada Anak

Tantrum pada Anak
Foto: Tantrum pada Anak (todaysparent.com)

Tantrum pada anak usia 1–3 tahun adalah hal yang biasa terjadi.

Ini karena keterampilan sosial dan emosional anak-anak baru mulai berkembang pada usia ini.

Anak-anak sering kali tidak memiliki kata-kata untuk mengekspresikan emosi yang besar.

Mereka mungkin sedang menguji kemandirian mereka, dan menemukan bahwa cara mereka berperilaku dapat memengaruhi cara orang lain berperilaku.

Jadi tantrum pada anak adalah salah satu cara anak kecil mengekspresikan dan mengelola perasaan, dan mencoba memahami atau mengubah apa yang terjadi di sekitar mereka.

Anak-anak yang lebih besar juga bisa mengamuk.

Ini bisa jadi karena mereka belum mempelajari cara yang lebih tepat untuk mengekspresikan atau mengelola perasaan.

Untuk balita dan anak yang lebih besar, ada beberapa hal yang dapat membuat tantrum pada anak adalah:

1. Temperamen

Dapat memengaruhi seberapa cepat dan kuat reaksi anak-anak terhadap hal-hal seperti peristiwa yang membuat frustrasi.

Anak-anak yang mudah marah mungkin lebih cenderung mengamuk.

2. Stres, Lapar, Kelelahan, dan Stimulasi Berlebihan

Hal ini dapat mempersulit anak-anak untuk mengekspresikan dan mengelola perasaan dan perilaku.

3. Situasi yang Tidak Dapat Diatasi oleh Anak-anak

Misalnya, balita mungkin kesulitan mengatasinya jika anak yang lebih besar mengambil mainan.

4. Emosi yang Kuat

Misalnya kekhawatiran, ketakutan, rasa malu dan amarah dapat menjadi beban bagi anak-anak.

Baca Juga: 8 Tips Ampuh Mengatasi Anak Tidak Mau Makan Nasi, Mudah!

Jenis Tantrum pada Anak

Anak Sedang Tantrum (Orami Photo Stock)
Foto: Anak Sedang Tantrum (Orami Photo Stock)

Ada beberapa jenis tantrum pada anak. Untuk mengetahuinya lebih lanjut, simak di bawah ini ya Moms.

1. Tantrum Manipulatif

Tantrum pada anak ini muncul ketika keinginan anak tidak terpenuhi dengan baik. Tidak semua anak mengalami tantrum ini.

Kebanyakan tantrum manipulatif muncul akibat adanya penolakan atas keinginannya.

Cara untuk mengatasi tantrum jenis ini adalah dengan menenangkan Si Kecil.

Moms dapat membawa anak ke tempat yang lebih tenang, pantau anak dan awasi, bebaskan ia untuk melakukan apa yang ia mau untuk bisa meluapkan emosinya.

Penting untuk diingat, emosi Moms juga harus tetap terjaga, dan jangan ikutan tantrum, ya.

Jika anak sudah tenang, berikan penjelasan kepada anak bahwa perilaku seperti tadi tidak bisa diterima, tentu dengan kata-kata yang mudah dimengerti oleh anak.

Beri penjelasan yang baik bagaimana seharusnya anak bersikap untuk mendapatkan yang dia inginkan.

Jika dengan cara ini anak masih mengalami tantrum, cara terbaik mengurangi perilaku ini adalah dengan mengabaikannya.

Moms bisa mengajak Si Kecil untuk melakukan kegiatan lain yang menyenangkan.

Jika masih kesulitan mengatasinya, bisa berkonsultasi langsung dengan psikolog anak dan remaja.

Baca Juga: Anak Hiperaktif: Penyebab, Ciri, dan Olahraga yang Tepat

2. Tantrum Frustasi

Dalam studi di jurnal Temper Tantrums, jenis tantrum pada anak ini adalah episode singkat dari perilaku ekstrem, tidak menyenangkan, dan terkadang agresif sebagai respons terhadap frustrasi atau kemarahan.

Kondisi tantrum ini terjadi karena anak belum bisa mengekspresikan dirinya dengan baik.

Anak berusia 18 bulan rentan alami kondisi ini, akibat merasa kesulitan mengatakan dan mengekspresikan apa yang dirasakan pada orang lain.

Faktor lain yang juga memengaruhi antara lain kelelahan, kelaparan, atau gagal melakukan sesuatu.

Cara untuk mengatasi tantrum frustasi adalah dengan dekati anak dan buatlah anak menjadi tenang.

Lalu, bantu anak untuk menyelesaikan apa yang tidak bisa ia lakukan.

Setelah anak tenang dan berhasil melakukan apa yang ia inginkan, berikan penjelasan kepada anak bahwa perilaku yang dilakukan tidak baik.

Ajari anak untuk meminta pertolongan kepada orang tua atau orang lain yang telah dikenalnya.

Sesekali memberikan pujian kepada anak jika ia berhasil melakukan sesuatu tanpa tantrum.

Saat anak meminta pertolongan, berikan pertolongan dengan lembut dan kasih sayang.

Moms harus memberikan disiplin dan konsistensi kepada anak, dibutuhkan sikap tenang dalam menghadapi anak yang tantrum.

Kebanyakan orang tua tidak tega lalu memberi yang diinginkan anak atau orang tua marah melihat perilaku anak.

Hal itu akan memperparah tantrum, sebab anak akan berpikir perilakunya efektif untuk meminta sesuatu.

Bagi orang tua yang tidak dapat merawat anaknya sendiri dan menggunakan jasa pengasuh anak, pendidikan anak tetaplah berpusat pada orang tuanya.

Kendati orang tua sibuk bekerja namun perkembangan anak harus tetap diketahui.

Latih para pengasuh untuk bisa menangani anak dengan cara yang sama dengan orang tua mendidiknya. Jangan sampai orang tuanya konsisten, pengasuhnya tidak konsisten.

Tantrum pada anak memang terkadang merepotkan.

Namun, peran orang tua dibutuhkan untuk membantu perkembangan dan karakter anak.

Ketika menenangkan anak, sebaiknya orang tua menghindari tindakan kekerasan pada anak agar anak merasa dihargai.

Orang tua adalah panutan bagi anak, jadi sebaiknya lakukan perilaku yang bisa dijadikan pelajaran untuk anak.

Hindari sikap marah saat anak kita tantrum.

Mungkin tidak ada cara yang cepat dan mudah untuk mencegah amukan anak.

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb