20 Januari 2019

Cerita Intan Nuraini Menyambut Adik Baru Bersama Para Kakak

Ternyata Intan juga memiliki kekhawatiran
Cerita Intan Nuraini Menyambut Adik Baru Bersama Para Kakak

Punya anak dua dan sepasang? Alhamdulillah… tapi lalu diberikan amanah untuk tambah satu anak lagi? Masya Allah berkah!

Tidak pernah terbayangkan sebelumnya untuk aku akan diberikan kepercayaan oleh Allah SWT sampai punya tiga anak.

Jadi kehamilanku yang ketiga ini, meskipun tidak direncanakan, kami sangat sangat syukuri. Hanya ada beberapa pikiran yang selalu menghantui.

Wajar sih kalo orang bilang mau punya anak lagi itu berarti ada tanggung jawab lagi yang harus dipenuhi, dan itu menjadi salah satu kekhawatiran yang pasti dirasakan oleh semua calon ibu.

Sempat Merasa Khawatir

43914596 1959128777506674 743017360454551222 n
Foto: 43914596 1959128777506674 743017360454551222 n

Banyak pertanyaan yang muncul, bisakah aku menjadi ibu yang baik untuknya? Akankah bisa tercukupi kebutuhannya nanti lahir dan batin?

Tapi Alhamdulillah kalau untuk rezeki, aku percaya ada Allah yang mengatur, dan aku percaya setiap anak pasti sudah ada rezekinya masing-masing, jadi aku tidak perlu khawatir.

Yang paling menjadi kekhawatiran aku adalah, bagaimana aku membagi kasih sayang lagi nantinya?

Karena keadaan yang sekarang saja, dua orang anak, seringkali membuat mamanya ini jadi rebutan.

Di satu sisi alangkah bahagianya untuk seorang ibu di saat anak-anaknya berebutan ingin selalu dekat dengan mamanya, apalagi di saat-saat paling krusial, yaitu waktu tidur di malam hari.

Aku pikir dulu anakku yang pertama, laki-laki Razi, dekat sekali denganku. Karena memang dia anak laki-laki dan biasanya anak laki-laki lebih dekat dengan ibunya dibanding bapaknya.

Jadi begitu anakku yang kedua lahir, Saliha, aku bakal tenang karena dia pasti akan dekat dengan papanya.

Ya memang benar, si anak perempuan ini dekat dengan papanya. Tapi... saat ingin tidur atau sedang rewel, yang dicari mamanya lagi, mamanya lagi...

Mungkin karena aku juga memberikan ASI kepada keduanya sampai dua tahun, ikatan yang terbentuk antara aku dan anak-anak begitu kuat.

Seberapa besar pun si papa berusaha dekat dengan anak-anak, rasanya tetap tidak bisa terkalahkan oleh kuatnya ikatan yang dibangun karena meng-ASI-hi itu.

Alrazi sekarang sudah hampir 6 tahun usianya, sudah punya kamar sendiri, tapi belum mau tidur di kamarnya.

Adiknya yang baru akan tiga tahun sudah pasti masih dengan mamanya. Waktu si adik masih bayi, kami masih sanggup tidur berempat dalam satu kamar.

Tetapi semakin besar,tempat tidur pun terasa semakin sempit. Harus ada yg mengalah. Dan sudah bisa ditebak kan, siapa yang akhirnya mengalah? Yup! Papanya… hehe.

Sekarang aku dan papanya tiap malam mau tidak mau harus pisah kamar, karena anak-anak tidak ada yang mau pisah dengan mamanya.

Dulu, sebelum hamil anak ketiga dan papanya memang sering bilang ingin punya anak lagi, aku sering bilang “Kalau tambah satu anak lagi terus maunya nempel lagi sama mamanya, mau ditaruh dimana, anak yang pertama misalnya udah digendong di tangan kanan, anak kedua di tangan kiri, lalu anak yang ketiga dimana? Tanganku cuma dua lho...”

Lalu si papa dengan kelakar menjawab, “Yang ketiga nemplok di punggung.” Aku pun hanya bisa tersenyum miris.

Beginilah yang menjadi kekhawatiranku.. Bagaimana bisa membagi kasih sayang yang sama dengan tiga orang anak dan jangan lupakan juga suami.

Seperti banyak orang bilang, sesungguhnya suami itulah ‘anak’ yang pertama,karena butuh perhatian yang sama juga dengan anak-anak.

Baca Juga: Cinta Indonesia, 10 Artis Ini Memilih Jadi WNI

Tetap Harus Quality Time dengan Suami

36883149 221691631807308 494829912385912832 n
Foto: 36883149 221691631807308 494829912385912832 n

Suami. Jangan pernah lupakan sosoknya juga. Seringkali dalam rumah tangga kita lupa dengan suami karena sibuk dengan anak.

Akhirnya suami merasa dipinggirkan, tidak diperhatikan, dan mencari perhatian dari yang lain. Naudzubillah…

Untuk itulah penting sekali tetap punya quality time dengan suami. Aku dan suami Alhamdulillah beruntung punya tante yang bisa membantu menjaga anak-anak jika sesekali kami berdua ingin “pacaran” lagi hanya sekedar untuk nonton atau makan bareng di luar.

Jadi momen seperti nonton atau makan berdua saja jadi rutinitas yang wajib dijalani. Jangan lupa untuk selalu berpegangan tangan setiap kali jalan bersama.

Kecil dan receh kalo kata orang, tapi efeknya begitu besar kalau dijalani. Rasa “pacaran terus” jadi akan selalu tumbuh dan begitu kita pulang lagi bertemu anak-anak, perasaan cinta seperti tumbuh baru lagi dan bahkan semakin besar.

Kalau belum ada kesempatan, sempatkanlah! Jika pertanyaannya tidak bisa meninggalkan anak, di rumah juga bisa kok.

Coba di setting supaya anak-anak tidur cepat, siapkan film-film romantis untuk bisa ditonton bersama di televisi.

Sambil makan popcorn dan lampunya dimatikan. Sama saja kan? Yang penting harus usaha dulu.

Baca Juga: Perankan Abah dan Emak di Keluarga Cemara, Begini Cerita Ringgo dan Nirina

Bersikap Adil Pada Anak

43760884 192689914986802 9120506438772594055 n
Foto: 43760884 192689914986802 9120506438772594055 n

Kalau dengan anak, jangan pernah membeda-bedakan perlakuan dan kasih sayang. Anak laki-laki dan perempuan harus diperlakukan sama.

Ini yang pernah aku tanyakan pada psikolog anak dan buku-buku tentang anak yang aku baca. Tidak ada rumusnya anak laki-laki harus diperlakukan lebih keras di anak perempuan, begitu pula sebaliknya.

Pernah suatu ketika Alrazi mengganggu Saliha yang sedang main sampai akhirnya menangis dan memukul abangnya.

Si papa datang menengahi, lalu si abang diberitahu untuk tidak mengganggu adiknya, sambil sedikit kena jewer.

Lalu si adik juga didatangi papa, diberitahu untuk tidak memukul abangnya, tapi tidak kena jewer, hanya diusap punggungnya. Seketika itu juga si abang protes,kenapa hanya dia yang dijewer tapi adiknya tidak?

Lalu aku langsung ngomong berdua dengan papanya untuk segera meluruskan semuanya, kalau tidak boleh ada perlakuan yang beda antara anak laki-laki dan perempuan.

Jika membedakan perlakuan, sang anak nantinya akan berpikir orangtuanya pilih kasih, tidak terlalu sayang padanya dan akan terus diingat sampai dewasa, dan jika dibiarkan terus menerus akan menimbulkan dendam.

Mendengar itu si papa pun langsung memanggil si abang lagi, lalu minta maaf padanya. Demi memperlihatkan kalau papanya juga sama perlakuannya ke adiknya, adiknya pun dipanggil dan kena jewer juga deh.

Tapi semuanya dilakukan dengan pelan-pelan ya, bukan jewer yang kasar dan bikin sakit. Semuanya hanya untuk memperingatkan anak saja agar tidak melakukan hal yang buruk lagi ke abangnya atau adiknya.

Begitu juga dengan hadiah. Jika suatu ketika aku membelikan sesuatu untuk abangnya, jangan lupa untuk juga memberikan untuk adiknya, begitu pula sebaliknya.

Aku tak ingin memberikan celah sedikitpun untuk anak2 berpikir yang satu lebih disayang dari yang lainnya.

Jadi untuk anak ketiga nanti? Tentu harus mendapat perlakuan yang sama dengan abang dan kakaknya.

Itulah salah satu tantangannya menjadi orang tua. Dan suami? Tentu harus tetap jadi prioritas utama juga.

Mungkin itulah sebabnya ada surga di telapak kaki ibu. Karena menjadi seorang ibu tidaklah mudah, terutama jika semuanya ingin dekat dengan mamanya.

Harus mampu membagi kasih sayang yang sama dengan anak, suami, juga memperhatikan kebutuhan setiap anggota keluarga, sudahkah terpenuhi?

Karena sesungguhnya ada yang lebih penting lagi yang harus terpenuhi dari sekedar kebutuhan fisik, yaitu kebutuhan batin. Kasih sayang dan cinta,yang terbagi sama rata,dan tidak akan pernah ada habisnya.

Love,

Intan Nuraini

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb