30 Desember 2022

Perbedaan Psikolog dan Psikiater, Mari Kenali Sebelum Konseling!

Ketahui agar Moms mendapatkan perawatan yang tepat
Perbedaan Psikolog dan Psikiater, Mari Kenali Sebelum Konseling!

Sudahkah Moms tahu tentang perbedaan psikolog dan psikiater? Tidak sedikit yang menyamakan kedua profesi tersebut.

Hal itu wajar, karena psikolog dan psikiater sama-sama merawat pasien dengan gangguan kesehatan mental.

Kendati demikian, bukan berarti keduanya mirip, ya, Moms.

Perbedaan psikolog dan psikiater yang paling mencolok adalah jenjang pendidikan keduanya.

Selain itu, ada pula perbedaan layanan yang diberikan dari kedua tenaga profesional tersebut.

Lalu, apa lagi perbedaan psikolog dan psikiater yang bisa terlihat?

Yuk, kenali bersama-sama, Moms!

Baca Juga: 11 Rekomendasi Buku Anak yang Edukatif, agar Si Kecil Mengenal Warna, Huruf dan Belajar Mandiri!

Mengenal Perbedaan Psikolog dan Psikiater

Mengutip Your Health in Mind, psikiater dan psikolog sama-sama memahami cara otak bekerja. Kedua profesi tersebut juga mempelajari emosi, perasaan, dan pikiran manusia.

Keduanya dapat mengobati gangguan kesehatan mental dengan berbagai terapi.

Lantas, apa perbedaan psikolog dan psikiater? Berikut ini beberapa di antaranya:

1. Pendidikan Formal yang Ditempuh

Peran Psikolog dalam Konseling
Foto: Peran Psikolog dalam Konseling (Scmp.com)

Mengutip Psychology Today, Ralph Ryback, M.D., psikoterapis dari Sovereign Health Group, menyebutkan bahwa perbedaan psikolog dan psikiater adalah dari pendidikan yang ditempuh.

  • Psikiater

Psikiater menerima pendidikan sekolah kedokteran yang sama dengan dokter medis lainnya.

Contohnya, pendidikan dokter penyakit dalam atau dokter anak.

Hal inilah yang membuat seorang psikiater punya gelar kedokteran.

"Mereka, psikiater, mempelajari semua sistem dan fungsi dalam tubuh manusia, riwayat dan keterampilan pemeriksaan fisik, serta rencana perawatan khusus untuk setiap kondisi medis," jelas Ralph.

Tidak berhenti di situ, usai sekolah kedokteran, seorang psikiater juga menjalankan pendidikan spesialisasi.

Seorang psikiater juga belajar tentang diagnosis dan pengobatan untuk kondisi psikologis, seperti gangguan bipolar dan skizofrenia.

Baca Juga: Obat Antidepresan: Manfaat, Jenis, Dosis, dan Efek Samping

  • Psikolog

Berbeda dengan psikiater, psikolog memiliki gelar di bidang psikologi, yaitu studi tentang pikiran dan perilaku manusia.

Akan tetapi, seorang psikolog tidak dapat berperan sebagai dokter medis.

Dengan kata lain, psikolog tidak bisa meresepkan obat, layaknya psikiater.

Hal tersebutlah yang menjadi perbedaan psikolog dan psikiater yang paling nyata.

Seorang psikolog dapat memiliki gelar PhD dalam bidang filsafat.

Mereka pun bisa memiliki gelar dalam psikologi klinis atau konseling.

Di Amerika Serikat, sebagai proses mendapatkan gelar psikolog, seseorang perlu magang selama 1-2 tahun.

Terlepas dari itu, psikolog juga terlatih dalam memberikan tes psikologis, seperti tes IQ dan tes kepribadian.

Hal lain yang menjadi perbedaan psikolog dan psikiater, yaitu psikolog tidak bisa meresepkan obat.

Faktanya, yang hanya bisa meresepkan obat hanyalah psikiater.

Hal tersebut karena psikiater memiliki jenjang pendidikan medis alias telah ditetapkan dokter.

Kendati demikian, terdapat beberapa negara yang mengizinkan psikolog untuk meresepkan obat psikiatri.

Resep obat yang dibuat pun hanya dalam jumlah terbatas, dan telah mengambil kursus dalam psikofarmakologi.

2. Pendekatan dalam Pengobatan

Peran Psikolog dan Psikiater
Foto: Peran Psikolog dan Psikiater (Careersinpsychology.org)

Latar belakang pendidikan yang berbeda membuat pendekatan atau pengobatan yang dilakukan juga tidak sama.

Berikut ini perbedaan psikiater dan psikolog dari segi pendekatan dalam pengobatan:

  • Psikiater

Psikiater adalah seseorang yang mengkaji dari sisi biologi dan neurokimia yang lebih kuat.

"Mereka akan melakukan diagnosis pengecualian," kata Ranna Parekh, MD, direktur di American Psychiatric Association, mengutip Mayo Clinic.

Misalnya, sebelum pasien didiagnosis depresi, psikiater akan bahwa pasien ini tidak mengalami kekurangan vitamin atau gangguan tiroid.

"Setelah membuat diagnosis kesehatan mental, psikiater umumnya akan meresepkan obat untuk pasien tersebut," sambung Ranna Parekh.

  • Psikolog

Psikolog melakukan diagnosis dengan pendekatan berdasarkan perilaku pasien.

Psikolog akan melacak pola tidur, pola makan, dan pikiran negatif yang mungkin berkontribusi terhadap masalah mental pasien.

Hal tersebut dimaksudkan agar pasien bisa mengubah perilaku atau aktivitas tak sehat, agar kesehatan mental bisa lebih baik.

Perbedaan psikolog dan psikiater pun bisa dilihat dari jenis terapi yang diberikan.

Jika psikiater umumnya memberikan obat, maka terapi yang diberikan psikolog biasanya hanya sebatas terapi perilaku.

Beberapa terapi perilaku yang dimaksud, misalnya Cognitive Behavioral Therapy, Interpersonal Therapy (IPT), dan sejenisnya.

Baca Juga: Ini Penyebab dan Bahaya Gangguan Kesehatan Mental pada Remaja yang Tidak Ditangani

3. Pekerjaan dan Diagnosis Penyakit

Pekerjaan Psikolog
Foto: Pekerjaan Psikolog (Rainn.org)

Perbedaaan psikolog dan psikiater juga bisa dilihat dari lingkungan pekerjaan sdiagnosis yang bisa dilakukan.

  • Psikiater

Mengutip Healthline, psikiater dapat bekerja dengan membuka klinik pribadi, di rumah sakit umum, atau rumah sakit jiwa.

Banyak psikiater yang juga berperan di pusat medis universitas, rumah jompo, penjara, dan pusat rehabilitasi.

Mereka sering merawat orang dengan gangguan kesehatan mental yang memerlukan pengobatan.

Gangguan mental yang diobati oleh psikiater, misalnya gangguan kecemasan, attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), bipolar, hingga skizofrenia.

Baca Juga: Pentingnya Support System untuk Kesehatan Mental Moms

Psikiater mendiagnosis kondisi kesehatan mental tersebut menggunakan cara-cara sebagai berikut:

  • Tes psikologis
  • Evaluasi

Ada pula beberapa kondisi yang membutuhkan tes laboratorium untuk menyingkirkan penyebab fisik pada pasien.

Setelah diagnosis dibuat, psikiater dapat meresepkan obat atau merujuk ke psikoterapis untuk terapi perilaku.

Beberapa obat yang diresepkan oleh psikiater, meliputi antidepresan, antipsikotik, stimulan, dan obat penenang.

Setelah memberikan obat, psikiater tetap akan memonitor perkembangan pasien.

Tujuannya adalah untuk melihat tanda-tanda perbaikan dan risiko efek samping.

Berdasarkan informasi tersebut, psikiater dapat mengubah dosis atau jenis obat guna mengoptimalkan manfaatnya.

Baca Juga: 8 Jenis Gangguan Kesehatan Mental yang Perlu Kita Kenal

  • Psikolog

Psikolog juga bekerja dengan orang yang memiliki kondisi kesehatan mental.

Mereka mendiagnosis kondisi tersebut menggunakan wawancara, survei, dan pengamatan.

Psikolog dapat bekerja di lingkungan yang sama dengan psikiater, termasuk praktik pribadi, pusat rehabilitasi, rumah sakit jiwa, dan lainnya.

Mereka biasanya hanya mengobati pasien dengan psikoterapi.

Perawatan ini melibatkan duduk dengan terapis dan berbicara tentang hal apa pun.

Selama serangkaian sesi, psikolog akan bekerja dengan asistennya untuk membantu memahami kondisi pasien.

Terapi perilaku kognitif adalah jenis salah satu psikoterapi yang sering digunakan psikolog.

Terapi ini adalah pendekatan yang berfokus membantu mengatasi pikiran negatif dan mengubah cara berpikir.

Terapi bicara dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, termasuk terapi individu, keluarga, dan kelompok.

Terapi ini pun juga yang menjadi perbedaan antara psikolog dan psikiater.

Baca Juga: 8 Cara Melembapkan Kulit Wajah yang Mudah untuk Diikuti

Pertimbangan Memilih Psikiater atau Psikolog

Konseling dengan Psikiater
Foto: Konseling dengan Psikiater (Militaryonesource.mil)

Dalam jurnal American Psychiatric Association, psikiater dan psikolog mewakili dua kelompok dokter terbesar yang menyediakan layanan kesehatan mental.

Lalu, di antara kedua pakar ini, mana pilihan yang lebih baik untuk berkonsultasi terkait masalah mental?

Berkonsultasi dengan psikiater adalah yang paling baik.

Hal ini karena psikiater memiliki pengetahuan psikologis, juga telah terlatih untuk mengevaluasi masalah medis.

Apabila membutuhkan obat-obatan, psikiater dapat langsung meresepkannya.

Seorang psikiater juga dapat memantau efek obat pada pasien guna mengetahui tingkat efektivitasnya.

Kendati demikian, bukan berarti berkonsultasi dengan psikolog adalah tindakan yang buruk.

Faktanya, masalah kesehatan mental yang belum tentu membutuhkan obat, lebih baik dikonsultasikan kepada psikolog.

"Seseorang yang berhadapan dengan fobia akan efektif bila diberikan terapi di bawah pengawasan psikolog," terang Wright.

Tidak menutup kemungkinan, seorang psikolog akan menyarankan pasiennya untuk berkonsultasi dengan psikiater.

Hal ini bila pasien tersebut merasakan gejala parah, seperti berpikiran untuk bunuh diri, membutuhkan diagnosis yang lebih akurat, atau obat-obatan.

Baca Juga: 10 Rekomendasi Merek Sepeda Anak yang Bagus dan Keren, Bantu Si Kecil Makin Aktif

Pentingnya Psikolog dan Psikiater untuk Keluarga

Keahlian Psikolog dan Psikiatri
Foto: Keahlian Psikolog dan Psikiatri (Northwesternmutual.com)

Ada sebuah buku yang berjudul The Digital Pandemic: Reestablishing Face-to-Face Contact in the Electronic Age yang dikutip dari Psychology Today, Mack Hicks, Ph.D.

Buku tersebut menjelaskan bahwa peran psikolog bisa sangat berguna untuk mempertahankan keselarasan dalam keluarga.

Sebagai orang tua, tentu saja Moms sangat ingin anak tumbuh dengan baik dan menjaga keharmonisan dalam keluarga. Namun, apakah cara yang ditempuh sudah tepat?

Berikut beberapa manfaat dan pentingnya berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater:

1. Mampu Memberikan Penyuluhan Terkait Parenting

Ketika Moms memutuskan untuk pergi berkonsultasi ke psikolog, tentu saja akan memiliki banyak sekali informasi mengenai hal-hal yang perlu dilakukan.

Bahkan, mungkin mengetahui bahwa cara yang Moms lakukan untuk mendidik anak ternyata kurang efektif.

Psikolog anak dan keluarga biasanya bisa memberikan informasi serta panduan untuk:

Tentunya, informasi tersebut bisa sangat berguna untuk mengasah bakat dan menjaga tumbuh kembangnya.

Baca Juga: Tidak Perlu Cemas, 5 Langkah Persiapan sebelum ke Psikolog

2. Mengoptimalkan Tumbuh Kembang Anak

Tak sampai di sana, psikolog dan psikiater juga berperan aktif dalam pengasuhan.

Mereka bisa membantu Moms untuk menentukan arah serta sikap untuk memaksimalkan cara pengasuhan anak.

Hal tersebut dikarenakan psikolog mampu membantu Moms untuk melihat kondisi anak yang sesungguhnya secara objektif.

Tentu saja hal ini pada akhirnya bisa membantu anak ataupun para Moms untuk membuat berbagai keputusan untuk mengembangkan bakat Si Kecil.

3. Mendukung Kesehatan Mental Orang Tua

Bukan hanya untuk sang anak, Moms yang memutuskan untuk berkonsultasi pada psikolog biasanya juga akan terbantu untuk mengenai diri mereka sendiri.

Tentunya hal tersebut, bisa sangat membantu dalam mengurangi kebingungan dalam pembuatan keputusan.

Manfaatnya juga bisu mengurangi kecemasan sebagai orang tua yang biasanya melanda orang tua baru.

Sementara itu, tak sedikit orang yang enggan bahkan merasa takut untuk membuka dir.

Hal ini karena pernah mengalami hal buruk seperti diacuhkan ataupun dihakimi usai bercerita.

Namun, psikolog adalah tenaga profesional yang dapat mendengarkan dan memberi saran tanpa menghakimi.

Baca Juga: 7 Dampak Memukul Anak pada Kondisi Mentalnya saat Dewasa

Jadi, kini Moms sudah mengetahui perbedaan psikolog dan psikiater serta kegunaannya untuk keharmonisan keluarga, bukan?

Kini jangan ragu untuk berkonsultasi demi menjaga kesehatan mental keluarga yang lebih baik, ya!

  • https://www.yourhealthinmind.org/psychiatry-explained/psychiatrists-and-psychologists
  • https://www.psychologytoday.com/us/blog/the-truisms-wellness/201601/psychiatrist-vs-psychologist
  • https://www.healthline.com/health/mental-health/what-is-the-difference-between-a-psychologist-and-a-psychiatrist#practice
  • https://ps.psychiatryonline.org/doi/full/10.1176/appi.ps.53.8.977

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb