28 April 2020

Remote Class dan Mengurus Anak, Ini Kisah Saya di Tengah Pandemi COVID-19 di Amerika Serikat

Tidak mudah belajar di rumah sambil mengurus anak di tengah pandemi. Namun support keluarga selalu menjadi kekuatan dan semangat untuk saya
Remote Class dan Mengurus Anak, Ini Kisah Saya di Tengah Pandemi COVID-19 di Amerika Serikat

Oleh Lusia Novita Sari, ibu dari Maria Seraphina (1 tahun), tinggal di New York, Amerika Serikat

Pandemi virus corona (COVID-19) membawa perubahan yang begitu besar. Tidak hanya bagi kami saja, namun juga semua orang di seluruh dunia. Bahkan di New York sendiri, sekarang ada pembatasan untuk melakukan aktivitas di luar rumah.

Kecemasan dan kekhawatiran memang tidak dipungkiri ada juga. Namun beruntungnya kami, Konsulat jenderal Republik Indonesia (KJRI) New York, sangat proaktif menjangkau masyarakat dan kami tidak pernah ketinggalan berita.

Ini cerita saya dan keluarga menghadapi masa pandemi di New York.

Baca Juga: Pandemi Covid-19, Ini yang Keluarga Kami Lewati di Negeri Jiran Malaysia

Awal Mula Covid-19 di New York

cerita di tengah covid-19
Foto: cerita di tengah covid-19

Foto: Dokumentasi Pribadi

Awal mulai Pandemi virus corona (COVID-19), yang saya ingat Pemerintah Negara Bagian New York dan Pemerintah Kota New York (New York City) secara berturut-turut mendeklarasikan emergency state.

Kemudian diikuti dengan berbagai himbauan social distancing, Work From Home dan puncaknya sekolah serta institusi pendidikan dirumahkan.

Pada tanggal 22 Maret 2020 diberlakukan kebijakan “New York State on PAUSE” oleh Gubernur New York State, dengan poin-poin penting antara lain, penutupan kegiatan bisnis yang tidak bersifat esensial, peniadaan kegiatan perkumpulan sosial yang tidak esensial, dan pentingnya praktik social distancing.

Menariknya, di saat yang bersamaan, saya mulai mendengar banyak rumah sakit yang mulai kewalahan dan tingkat korban atau pasien COVID-19 semakin bertambah. Agak menyeramkan juga sih.

Pemerintah Federal juga mengirimkan kapal rumah sakit ke New York berkapasitas 1000 orang untuk menangani pasien non-COVID-19 dengan tujuan meringankan beban rumah sakit setempat. New York City menjadi epicenter COVID-19 di Amerika.

Untuk WNI di New York sendiri, KJRI sangat proaktif menjangkau masyarakat dan kami tidak pernah ketinggalan berita. KJRI selalu mendiseminasikan informasi melalui berbagai press release-nya beserta nomor yang dapat dihubungi.

Baca Juga: 5 Tips Bekerja di Rumah Agar Tetap Fokus di Tengah Pandemi COVID-19

Himbauan KJRI tentunya agar kita mengikuti perkembangan kebijakan pemerintah setempat dan mematuhinya. KJRI juga bagikan hotline kepada masyarakat. Saya melihat keaktifan KJRI sangat menunjukkan bahwa negara benar-benar hadir. Kita merasa diperhatikan.

Hal yang ingin saya khusus soroti adalah di New York juga ada Permias (organisasi mahasiswa Indonesia yang tengah kuliah di Amerika Serikat), diaspora Indonesia, dan berbagai institusi lainnya seperti Perbankan Indonesia dan Perutusan Tetap Republik Indonesia untuk PBB di New York yang cukup aktif menggalang solidaritas WNI.

Di Tengah Keterbatasan, Masih Banyak yang Bisa Disyukuri

cerita di tengah covid-19
Foto: cerita di tengah covid-19

Foto: Dokumentasi Pribadi

Di tengah pandemi ini, sangat terasa perubahan aktivitas sehari-hari. Dari yang sebelumnya orang bisa beraktivitas di luar rumah (bekerja dan lainnya), namun sekarang ada pembatasan aktivitas di luar rumah.

Orang diizinkan beraktivitas di luar rumah hanya untuk grocery shopping, membeli obat-obatan, dan olahraga mandiri (seperti jogging, olahraga grup dilarang dilakukan). Sedih, tapi tetap berusaha bersyukur dengan kesehatan yang diberikan untuk sekeluarga.

Pengin banget rasanya jalan-jalan saat weekend seperti dulu, apa lagi saat ini sudah memasuki musim semi, bunga-bunga cantik mulai bermekaran, pengin banget piknik sekeluarga di taman.

Kebetulan kami juga baru merayakan Paskah di sini, rasanya campur aduk beribadah dalam kondisi pandemi ini, di satu sisi bersyukur masih bisa merayakan di tahun ini, namun di satu sisi juga sedih karena tidak bisa merayakan seperti biasanya.

Perubahan lainnya yang dirasakan mungkin adalah perubahan kebiasaan, khususnya yang terkait kebersihan.

Misalnya dalam sehari saya pribadi bisa cuci tangan berkali-kali, menyemprot disinfektan untuk paket belanjaan online yang datang, menyemprot disinfektan pada sandal setiap dipakai keluar rumah untuk membuang sampah, semua barang belanjaan saya lap dengan disinfecting wipes. Saya merasa belum pernah se-‘hygiene freak’ ini seumur-umur.

Oh, ada satu lagi yang menurut saya unik, setiap jam 7 sore, masyarakat membuka jendela atau keluar ke balkon untuk sekedar bertepuk tangan sebagai simbolis untuk menyemangati tenaga medis yang berjuang di garda terdepan. Unik sekali kan?

Baca Juga: Saya Berjuang di Tengah Pandemi CoVID-19 dengan Kondisi Hamil Tua dan LDR dengan Suami

Remote Class Membuat Pekerjaan di Rumah Bertambah

cerita di tengah covid-19
Foto: cerita di tengah covid-19

Foto: parenting.firstcry.com

Kebetulan saat ini saya sudah memasuki semester dua di perkuliahan saya. Awalnya diumumkan kegiatan belajar mengajar akan diadakan secara ”remote” (online) dari tanggal 11 Maret-27 Maret, lalu diperpanjang lagi sampai 19 April.

Karena kasus COVID-19 semakin parah di kota New York dan pemerintah juga memberlakukan kebijakan untuk meniadakan aktivitas yang mengumpulkan banyak orang, maka remote class diperpanjang sampai semester Spring 2020 ini berakhir.

Tentunya sedih juga yah. Karena dengan remote class berarti lebih banyak tugas yang harus dikerjakan di rumah dan kegiatan belajar masih berjalan sesuai jadwal hanya bedanya kelas dilakukan melalui aplikasi tatap muka di Zoom.

Pintar Membagi Waktu Antara Mengurus Anak dan Tugas, Wajib

cerita di tengah covid-19
Foto: cerita di tengah covid-19

Foto: hbswk.hbs.edu

Rasanya lebih repot, karena harus membagi tugas antara mengurus anak dan mengerjakan tugas. Sebelumnya kan kalau mau mengerjakan tugas, bisa mampir ke perpustakaan sebentar untuk fokus menyelesaikan tugas.

Sementara kalau mengerjakan tugas di rumah tentunya harus membagi waktu dan fokus dengan anak. Tapi di satu sisi, menuntut kita juga untuk lebih produktif dan lebih kreatif untuk mengisi waktu.

Salah satunya menyalurkan hobi memasak dan mencoba berbagai resep baru, saya merasa sekarang menjadi “masterchef” (haha). Baru-baru ini juga saya berpikir untuk memulai hobi baru yaitu urban agriculture (berkebun kecil-kecilan di rumah), karena saya berpikir dalam kondisi saat ini ketahanan pangan sangatlah penting.

Makanan tetap menjadi kebutuhan utama masyarakat dan jangan sampai ada kelangkaan pangan, maka akses untuk memproduksi bahan pangan sendiri menurut saya penting.

Baca Juga: 5 Jenis Buah untuk Meningkatkan Kekebalan Tubuh Selama Pandemi

Selain itu, sesuai dengan slogan bahwa New York City adalah kota yang tidak pernah tidur, banyak sekali institusi yang menawarkan kegiatan dan akses belajar gratis yang dilakukan secara online, misalnya perpustakaan dan kampus-kampus di kota New York mengadakan webinar (seminar online) dan kursus online yang bisa diikuti masyarakat dan dibukanya akses gratis terhadap buku, artikel, atau jurnal yang menarik bagi masyarakat untuk mengisi waktu selama masa karantina ini.

Selain itu beberapa museum dan taman di kota New York menawarkan akses gratis tur virtual (bisa dicek di website museum terkait dan Department of Parks Pemerintah Kota New York). Ada juga yang menawarkan sesi yoga, senam, dan Zumba virtual. Intinya kanal kegiatan untuk mengisi waktu banyak sekali.

Belanja Online jadi Andalan Saya untuk Bahan Makanan

cerita di tengah covid-19
Foto: cerita di tengah covid-19

Foto: thejakartapost.com

Panic buying yang berlebihan sepanjang pengamatan saya rasanya tidak ada. Mungkin karena suplai bahan pangan sangat dijaga oleh pemerintah. Bahkan kalau saya tidak salah, Pemerintah Kota New York punya program pembagian makanan gratis bagi keluarga yang memiliki anak usia sekolah dan keluarga tidak mampu melalui pos-pos Meal Hubs yang disebar di seluruh kota.

Selain itu, toko bahan pangan juga masih beroperasi, cuma memang baiknya tidak terlalu sering ke luar rumah, yah. Yang jelas, aplikasi atau jasa grocery shopping jadi sangat diandalkan karena masyarakat memilih untuk menghindari keluar rumah.

Saking lakunya jasa ini, harus rebutan slot pengantaran, kadang slot pengantaran bisa habis untuk 2 minggu ke depan. Karena suka kehabisan slot pengantaran, suami saya masih ke luar rumah 2 minggu sekali untuk berbelanja makanan segar, sementara untuk makanan kering dan peralatan kebersihan, saya memilih untuk belanja online.

Ada kesulitan dalam mendapatkan stok makanan di situs online iya, karena beberapa toko menerapkan kebijakan beberapa barang hanya bisa didapatkan di toko langsung (biasanya hanya barang esensial seperti tisu toilet, beras, dan makanan instan).

Lalu pengiriman barang belanjaan online jadi agak tertunda, dulu saya masih mendapatkan fitur belanja “next day delivery”, tapi kalau sekarang rata-rata 5-14 hari baru tiba barangnya (ada juga sih yang cepat 3 hari).

Baca Juga: DIY Masker Kain dengan Sapu Tangan dan Dua Karet

Pun di beberapa toko juga memberlakukan pembatasan kuantitas pembelian untuk barang-barang yang dianggap esensial (seperti tisu toilet dan cairan disinfektan).

Dan beberapa toko, untuk pembelian langsung, juga ada yang memberlakukan kebijakan jam belanja khusus lansia (karena populasi senior citizen di New York City ini lumayan banyak dan mereka dianggap sebagai kelompok rentan), biasanya 1 jam pertama setelah toko buka.

Menjadi Ibu Kreatif sangat Penting untuk Anak

cerita di tengah covid-19
Foto: cerita di tengah covid-19

Foto: Dokumentasi Pribadi

Salah satu yang menjadi tantangan penting bagi saya di masa pendemi ini adalah menyusun kegiatan anak. Saya merasa harus menjadi lebih kreatif dalam hal parenting.

Kalau dulu, untuk kegiatan anak bisa membawa anak ke perpustakaan, ke kebun binatang, atau ke taman. Namun saat seperti ini tentunya tidak bisa dilakukan. Maka sebagai orang tua harus lebih kreatif dalam menciptakan media belajar dan media hiburan untuk anak tanpa memberikan gadget.

Baru-baru ini saya membeli peralatan Montessori yang rencananya akan segera saya coba. Tapi untuk saat ini Si Kecil lumayan terhibur dengan melihat pemandangan burung-burung terbang dari jendela, atau melihat anjing lewat dari balkon.

Hal yang akan kami sekeluarga apabila pandemi ini berakhir adalah mengajak si kecil ke kebun binatang atau New York Aquarium.

Baca Juga: Kegiatan Rianti Cartwright Selama Hamil #DiRumahAja

Dukungan Keluarga, Penyelamat Bagi Saya

cerita di tengah covid-19
Foto: cerita di tengah covid-19

Foto: Dokumentasi Pribadi

Saya tidak mungkin bisa melakukan semuanya sendiri, tentunya saya bisa karena mendapatkan bantuan dan dukungan dari suami, anak, dan ibu saya.

Untuk itu, di tengah situasi saat ini, kerja sama dalam keluarga sangat penting. Penting sekali antar anggota keluarga saling mengingatkan dan memperhatikan kesehatan fisik dan mental masing-masing.

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb