03 Mei 2023

Penyakit Chikungunya: Gejala, Penyebab, dan Pengobatannya

Chikungunya atau juga disebut flu tulang bisa dialami oleh siapa pun
Penyakit Chikungunya: Gejala, Penyebab, dan Pengobatannya

Chikungunya adalah salah satu dari beberapa penyakit yang ditularkan melalui nyamuk.

Penyakit yang berasal dari virus ini disebut juga flu tulang.

Jika dibiarkan, dapat menimbulkan masalah bagi siapa pun yang terkena, termasuk wanita hamil dan bayinya.

Dikutip dari jurnal yang diterbitkan di Journal of Virology karya Thomas E. Morrison, penyakit ini sering ditemukan di wilayah Afrika, Asia, Eropa, dan baru-baru ini, Karibia.

Nyamuk yang menularkannya biasanya Aedes aegypti atau Aedes albopictus.

Oleh karena itu, sangat wajar jika seseorang dapat terinfeksi chikungunya dan demam berdarah dalam waktu yang bersamaan.

Agar Moms tidak kekurangan informasi, berikut ini hal-hal yang perlu Moms ketahui tentang chikungunya. Yuk, simak sama-sama!

Baca Juga: Penyebab Napas Berat dan Cara Mengatasinya, Wajib Tahu!

Apa Itu Chikungunya?

Nyamuk Aedes Aegypti
Foto: Nyamuk Aedes Aegypti (Vaniman.com)

Chikungunya adalah infeksi virus yang ditularkan melalui nyamuk.

Di Indonesia, chikungunya juga dikaitkan dengan istilah flu tulang karena infeksi virus ini memengaruhi persendian.

Jenis nyamuk yang menularkan virus ini sama dengan yang menyebarkan virus demam berdarah dengue (DBD) dan virus Zika, yaitu nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.

Pasien yang terinfeksi biasanya akan menderita demam dan nyeri sendi parah secara tiba-tiba di awal.

Setiap orang bisa mengalami chikungunya, mulai dari bayi, orang tua, maupun individu dengan kondisi medis tertentu seperti tekanan darah tinggi, diabetes, atau penyakit jantung.

Tidak ada vaksin untuk mencegah demam chikungunya, dan belum ada pengobatan antivirus yang efektif.

Langkah pencegahan adalah cara terbaik untuk menghindari penyakit ini.

Baca Juga: Ketahui Derajat Luka Bakar Berdasarkan Tingkat Keparahannya

Apa Perbedaan Penyakit Chikungunya dan DBD?

Sakit Demam Berdarah
Foto: Sakit Demam Berdarah (Heath Shot)

Chikungunya dan Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah dua penyakit yang disebabkan oleh virus yang berbeda.

Tetapi, keduanya dapat menyebar melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang sama.

Perbedaan utama antara Chikungunya dan DBD adalah:

1. Gejala

Chikungunya biasanya ditandai dengan demam tinggi, rasa sakit pada sendi, nyeri otot, sakit kepala, ruam, dan lelah.

Sementara itu, DBD dapat menyebabkan demam tinggi, sakit kepala, sakit di belakang mata, ruam, nyeri sendi dan otot, serta pendarahan.

2. Masa Inkubasi

Masa inkubasi Chikungunya biasanya berkisar antara 2-12 hari setelah gigitan nyamuk.

Sementara masa inkubasi DBD berkisar antara 4-7 hari.

3. Pengobatan

Saat ini belum ada obat yang spesifik untuk Chikungunya atau DBD, dan pengobatan hanya bertujuan untuk meredakan gejala.

Namun, dalam beberapa kasus, orang dengan DBD memerlukan perawatan medis yang lebih intensif, seperti transfusi darah dan terapi cairan intravena.

4. Komplikasi

Chikungunya biasanya tidak berbahaya dan jarang menyebabkan komplikasi serius.

Namun, DBD dapat menyebabkan komplikasi yang berpotensi fatal, seperti sindrom syok dengue dan kegagalan organ.

Karena gejalanya yang mirip, diagnosis pasti harus dibuat oleh dokter melalui tes laboratorium untuk membedakan antara Chikungunya dan DBD.

Baca Juga: Mengenal Kondisi Koma, Apakah Pasien Bisa Mendengar?

Gejala Umum Chikungunya

Anak Sakit
Foto: Anak Sakit (Orami Photo Stocks)

Gejala biasanya akan timbul 4-8 hari kemudian (tetapi dapat berkisar antara 2-12 hari).

Adapun gejala chikungunya yang dirasakan secara umum, seperti:

  • Demam tinggi mendadak
  • Nyeri persendian terutama sendi lutut, pergelangan, jari kaki dan tangan serta tulang belakang
  • Disertai ruam (bintik bintik kemerahan) pada kulit
  • Sakit kepala, nyeri otot, dan pembengkakan sendi

Centers for Disease Control and Prevention mengemukakan, orang yang berisiko terkena penyakit ini yakni lansia (>65 tahun) dan bayi baru lahir.

Serta orang dengan kondisi medis tertentu seperti tekanan darah tinggi, diabetes, atau penyakit jantung.

Setelah seseorang terinfeksi, dia kemungkinan besar akan terlindungi dari infeksi yang akan terjadi di waktu yang akan datang.

"Penyakit ini bersifat self-limiting disease akan membaik sendiri dalam waktu 7-10 hari," kata dr. Hadianti Adlani, Sp.PD-KPTI Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Penyakit Tropik & Infeksi, RS Pondok Indah – Bintaro Jaya.

Namun, nyeri sendi dapat menetap beberapa bulan hingga beberapa tahun.

Jika parah bahkan dapat menyebabkan kelumpuhan sementara dan beberapa komplikasi.

Oleh karena itu, virus dapat menyebabkan penyakit akut, serta komplikasi tidak umum sehingga berisiko menyebabkan kematian.

Maka dari itu, jika sudah merasa tidak wajar, segera periksakan ke dokter ya, Moms!

Baca Juga: 12+ Pilihan KB yang Paling Aman untuk Mencegah Kehamilan

Penyebab Penyakit Chikungunya

Ilustrasi Digigit Nyamuk (Orami Photo Stock)
Foto: Ilustrasi Digigit Nyamuk (Orami Photo Stock)

"Penyakit chikungunya disebabkan oleh virus jenis chikungunya, genus alphavirus, family togaviridae yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk betina genus aedes." terang dr. Hadianti.

Aedes Aegypti atau Aedes Albopictus dapat terinfeksi virus ketika menggigit dan mengisap darah orang yang sudah terinfeksi oleh virus chikungunya.

Di dalam tubuh nyamuk, virus tersebut akan menggandakan diri dan menyebar ke jaringan sekunder termasuk kelenjar ludah.

Itulah sebabnya, gigitan nyamuk yang terinfeksi pada manusia dapat menularkan virus tersebut.

Sementara itu, virus chikungunya tidak dapat ditularkan secara langsung antarmanusia.

Melansir World Health Organization, nama "chikungunya" berasal dari sebuah kata dalam bahasa Kimakonde yang artinya, "yang membungkuk".

Hal ini lantaran penderita penyakit ini akan mengalami rasa nyeri pada sendi dan badan yang terasa seperti 'berkerut'.

Kasus ini pertama kali terjadi ketika wabah di Tanzania selatan pada tahun 1952.

Sejak tahun 2004, wabah yang intens terjadi dan meluas ke Afrika, di pulau-pulau di Samudra Hindia, dan di kawasan Pasifik.

Termasuk Australia dan Asia Tenggara (India, Indonesia, Myanmar, Maladewa, Sri Lanka, dan Thailand).

Baca Juga: Kelumpuhan atau Paralisis: Gejala, Penyebab, dan Pengobatan

Penularan Chikungunya

Nyamuk Aedes Aegypti
Foto: Nyamuk Aedes Aegypti (bbc.com)

Salah satu yang membuat orang khawatir adalah, bagaimana cara penularannya?

Ini bisa menular dari nyamuk yang menggigit manusia.

Penularan dapat terjadi dalam waktu kurang dari seminggu.

Meski begitu ini, penyakit ini tidak ditularkan melalui pelukan, ciuman, makanan, atau melalui udara yang kita hirup.

Dengan kata lain, penyakit ini tidak ditularkan dari satu orang ke orang lain.

Melansir Pan American Health Organization, virus membutuhkan 'tempat' untuk transportasi, yakni nyamuk.

Siklus penularan dimulai ketika nyamuk Aedes menggigit seseorang yang menderita chikungunya ketika mereka demam.

Setelah itu, 10 hari kemudian virus akan berkembang biak di kelenjar ludah nyamuk dan akan siap menularkan penyakit dengan menggigit orang yang sehat.

Setelah terkena gigitan, seseorang akan mulai mengalami gejala 3-7 hari setelah masa inkubasi.

Menurut Aaron Deutsch, M.D., seorang dokter dari Amerika Serikat, chikungunya adalah masalah khusus bagi wanita hamil.

Sebab, dalam kasus yang jarang terjadi, mereka menularkan virus ke bayi di sekitar waktu kelahiran.

Bayi baru lahir yang terinfeksi chikungunya memiliki risiko lebih tinggi untuk terkena penyakit parah.

Baca Juga: Posisi Sujud untuk Plasenta Previa, Apakah Efektif?

Cara Mendiagnosis Chikungunya

Tes Darah (Orami Photo Stock)
Foto: Tes Darah (Orami Photo Stock)

Dalam mendiagnosis virus chikungunya, dokter akan melakukan pemeriksaan berupa:

1. Tanya Jawab dan Pemeriksaan Fisik

Dokter akan menanyakan gejala yang dirasakan serta riwayat kesehatan, jika ada kemungkinan pasien telah bepergian ke lokasi virus chikungunya tersebar.

Kemudian dokter akan melakukan pemeriksaan fisik terhadap gejala yang muncul pada pasien.

2. Tes Serologi

Tes serologi adalah pemeriksaan darah untuk mendeteksi antibodi tertentu di dalam darah.

Dalam tes darah ini, kadar antibodi yang dihasilkan sistem imun pasien terhadap virus chikungunya akan diukur.

3. Tes PCR

Tes PCR dilakukan untuk memastikan hasil dari tes serologi.

Sebab, pemeriksaan ini bisa mendeteksi infeksi dengan melacak keberadaan material genetik dari virus chikungunya pada sampel.

Rangkaian tes tersebut juga dapat menyingkirkan kemungkinan penyakit lain, seperti demam berdarah dan virus Zika.

Baca Juga: 11 Tanda Bayi Cukup ASI, Salah Satunya Urine Tampak Jernih!

Cara Mengobati Chikungunya

Wanita sedang Tidur
Foto: Wanita sedang Tidur (pexels.com/Kampus Production)

Gejala chikungunya yang paling umum adalah demam dan nyeri sendi yang hebat.

Tak heran jika cara mengobatinya melalui perawatan sendi.

Sebenarnya, tidak ada pengobatan spesifik atau khusus. Biasanya dokter akan memberikan obat sesuai dengan gejalanya.

Berikut beberapa cara yang bisa meredakan penyakit dari virus ini, di antaranya:

1. Istirahat Cukup

Seperti cara mengobati orang sakit pada umumnya, tentu istirahat cukup adalah faktor utama pemulihan.

Pasien disarankan banyak minum dan istirahat yang cukup.

Istirahat sangat penting dalam cara mengobati penyakit akibat gigitan nyamuk ini.

Untuk beberapa kasus, dibutuhkan perawatan rawat inap agar dokter lebih mudah mengontrol perkembangan pasien dari waktu ke waktu.

2. Obat-obatan

Sebenarnya tidak ada obat chikungunya khusus yang bisa mengobati penyakit ini hingga tuntas.

Obat-obatan yang biasa diberikan untuk pasien chikungunya hanya berfungsi untuk meredakan gejalanya dan mempercepat proses pemulihan.

Untuk meringankan nyeri sendi dan demam chikungunya pada pasien, dokter biasanya akan memberikan obat:

  • Naproxen

Naproxen bekerja dengan menghalangi produksi prostaglandin, yaitu zat dalam tubuh yang memicu rasa sakit dan peradangan.

Setelah minum obat naproxen, gejala nyeri sendi dan demam chikungunya akan berkurang dalam beberapa hari.

  • Ibuprofen

Ibuprofen sering digunakan untuk mengurangi rasa sakit, bengkak, atau peradangan akibat berbagai penyakit.

Salah satunya karena penyakit chikungunya.

Sama seperti naproxen, minum ibuprofen dapat menurunkan demam serta menghilangkan nyeri sendi akibat chikungunya.

  • Paracetamol

Sama seperti ibuprofen, paracetamol juga dapat meringankan demam akibat chikungunya.

Cara kerjanya pun sama, yaitu menghambat produksi prostaglandin yang memicu rasa sakit dan peradangan dalam tubuh.

Namun bedanya, efek samping paracetamol cenderung lebih ringan karena tidak menyebabkan asam lambung naik maupun sakit perut.

Baca Juga: 10 Menu Appetizer Internasional dan Indonesia yang Populer

3. Mengonsumsi Herbal

Sebetulnya, tidak ada obat untuk chikungunya. Namun, beberapa terapi herbal diduga dapat membantu.

Mengonsumsi jahe misalnya membantu meningkatkan kekebalan tubuh dan menurunkan demam.

Untuk meredakan nyeri sendi, Moms bisa merendam area yang terasa sakit.

Rendam bagian tubuh yang nyeri dengan larutan garam epsom untuk menghilangkan rasa sakit.

Jangan mengonsumsi NSAID seperti ibuprofen atau aspirin, ya! Sebelum mengambil obat apapun, sebaiknya konsultasikan dulu dengan dokter.

4. Konsumsi Makanan kaya Vitamin C dan E

Vitamin C dapat membantu dalam penyembuhan luka, membantu pembentukan otot, tulang, dan pembuluh darah lainnya.

Vitamin E dapat meningkatkan kesehatan yang baik, mendapatkan kulit yang sempurna, mencegah kanker, dan serangan jantung.

Beberapa contoh makanan yang mengandung vitamin C dan E adalah jambu biji, paprika kuning, kiwi, brokoli, stroberi, tomat, dan kacang polong.

Untuk vitamin E Moms perlu makan lebih banyak buah beri, kacang-kacangan, buah-buahan, gandum, minyak dan brokoli.

Baca Juga: 5 Cara Cek Status BPJS Ketenagakerjaan, Catat Dulu Ya!

Cara Mencegah Chikungunya

Fogging
Foto: Fogging (QFMzambia.com)

Hingga kini belum ada vaksin untuk chikungunya.

Sama seperti pencegahan penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk, penyakit chikungunya dapat dicegah dengan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), dengan tindakan 3M plus (menutup, menguras, mengubur).

Namun, Moms bisa praktikkan beberapa hal berikut untuk menghindari gigitan dari nyamuk:

  • Gunakan obat nyamuk.
  • Kenakan pakaian katun longgar yang menutupi lengan dan kaki.
  • Pastikan sirkulasi udara di dalam rumah sudah baik.
  • Buang barang-barang bekas yang berpotensi jadi sarang nyamuk.
  • Jangan banyak menggantung pakaian.
  • Lakukan fogging secara rutin.
  • Menggunakan kelambu atau tirai pelindung saat tidur.
  • Menghindari bepergian ke daerah yang mengalami wabah.
  • Sebisa mungkin tinggal di dalam rumah, terutama pada pagi dan sore hari.
  • Menggunakan AC untuk mencegah nyamuk memasuki kamar.
  • Menggunakan produk yang mengandung minyak lemon eucalyptus, sebab kandungan tersebut dihindari oleh nyamuk.

Beberapa langkah pencegahan yang juga bisa dilakukan apabila hendak bepergian ke daerah endemis penyakit ini, yaitu dengan memakai losion antinyamuk dan menggunakan baju serta celana panjang.

Jangan lupa menggunakan obat nyamuk bakar untuk mengusir nyamuk.

Baca Juga: Berapa Kadar Kolesterol Normal Wanita dan Pria? Cek Di Sini!

Komplikasi Chikungunya

Ilustrasi Digigt Nyamuk (Orami Photo Stock)
Foto: Ilustrasi Digigt Nyamuk (Orami Photo Stock)

Kondisi ini dapat memburuk dan mengakibatkan berbagai komplikasi, seperti:

  • Uveitis. Peradangan pada lapisan mata antara retina bagian dalam dan lapisan fibrosa luar yang terdiri dari sklera dan kornea.
  • Retinitis. Peradangan pada retina.
  • Miokarditis. Radang otot jantung.
  • Hepatitis. Radang hati.
  • Nefritis. Radang ginjal.
  • Perdarahan.
  • Meningoensefalitis. Radang selaput otak dan jaringan otak yang berdekatan.
  • Myelitis. Radang sumsum tulang belakang.
  • Sindrom Guillain-Barré. Penyakit sistem saraf perifer langka yang ditandai dengan kelemahan otot.
  • Kelumpuhan saraf kranial. Hilangnya fungsi saraf kranial.

Baca Juga: 17+ Rekomendasi Merk Minyak Goreng, Sehat dan Berkualitas!

Meski berbahaya, virus ini tidak sampai mengancam nyawa. Walaupun bisa menular kepada bayi saat persalinan, Moms yang menderita chikungunya tetap bisa menyusui kok!

Namun, tetaplah waspada jika mengalami gejala yang disebutkan tadi, ya!

  • https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4178719/
  • https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/chikungunya
  • https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/18325255/
  • https://www.cdc.gov/chikungunya/symptoms/index.html
  • https://www3.paho.org/hq/index.php
  • https://www.medicalnewstoday.com/articles/306828
  • http://www.depkes.go.id/article/view/16020900002/kendalikan-dbd-dengan-psn-3m-plus.html

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb