29 Mei 2018

Rekanalisasi Tuba Falopi Agar Bisa Hamil Lagi, Bagaimana Prosedurnya?

Meski aman, tapi tidak dapat diaplikasikan pada semua wanita
Rekanalisasi Tuba Falopi Agar Bisa Hamil Lagi, Bagaimana Prosedurnya?

Ada beberapa hal yang mendasari keputusan sepasang suami-istri untuk melakukan prosedur sterilisasi atau menggunakan alat kontrasepsi yang permanen. Misalnya, ketika jumlah anak yang dimiliki sudah sesuai atau karena kondisi medis tertentu yang membuat seseorang terpaksa harus steril.

Untuk mencegah kehamilan secara permanen, ada beragam prosedur yang dapat dipilih. Untuk wanita, salah satunya adalah dengan melakukan ligasi tuba, dimana dokter mengikat atau memotong tuba falopi, agar telur tidak dapat bertemu dengan sperma.

Tapi, bagaimana jika pasangan tersebut berubah pikiran dan ingin memiliki momongan lagi?

Rekanalisasi tuba falopi dapat menjadi pilihan yang tepat. Rekanalisasi tuba falopi adalah prosedur operasi untuk membuka, melepas ikatan, atau menyambungkan kembali tuba falopi, agar seorang wanita dapat hamil.

Baca Juga : Berapa Lama Bisa Hamil Lagi Setelah Berhenti KB?

Pada dasarnya rekanalisasi tuba falopi adalah prosedur yang aman, namun tidak dapat diaplikasikan pada semua wanita. Ada beberapa faktor yang memengaruhi kesuksesan rekanalisasi tuba falopi, seperti:

  • Umur dan Body Mass Index (BMI).

Beberapa dokter mengatakan bahwa wanita berusia di bawah 40 tahun memiliki kemungkinan

  • Jenis ligasi tuba yang dilakukan sebelumnya.

Jika tuba falopi ditutup menggunakan klip atau cincin, maka rekanlisasi ini memiliki kemungkinan berhasil lebih besar, dibanding tuba yang ditutup dengan cara dibakar (electroautery).

  • Kesehatan tuba falopi, termasuk panjang yang tersisa.

Rekanalisasi tuba falopi memiliki kemungkinan sukses, jika sebagian besar organ tersebut masih tersisa dan sehat.

  • Faktor penentu kesuburan lainnya, seperti kualitas sel sperma dan sel telur.

Dokter akan memeriksa faktor kesuburan lain sebelum operasi untuk memastikan bahwa Mom dapat hamil lagi setelah tuba falopi dibuka kembali.

Baca Juga : Rencanakan Kehamilan Lagi 6 Bulan Pasca Keguguran

Operasi Rekanalisasi Tuba Falopi

Operasi ini memakan waktu sekitar 2-3 jam dan menggunakan bius total, sehingga Moms tidak akan merasakan apa-apa saat operasi. Dokter akan memotong sedikit bagian tubuh di atas kemaluan dan memasukkan alat mikroskopik untuk mengambil klip atau cincin yang menyumbat tuba falopi, kemudian menyambungkannya kembali dengan jahitan.

Proses Penyembuhan

Proses penyembuhan rekanalisasi tuba falopi bervariasi, tergantung metode operasi yang digunakan oleh dokter.

Beberapa wanita harus opname 1-3 hari, tapi ada pula pasien yang pulang 2-4 jam setelah operasi, karena dokter menggunakan teknik operasi microsurgical. Pada umumnya, Moms sudah bisa beraktivitas normal setelah sekitar 2 minggu.

Baca Juga : Berapa Lama Boleh Hamil Lagi Setelah Caesar?

Kemungkinan Hamil Lagi

Jika tuba falopi Mom berfungsi secara normal dan tidak ada masalah lain yang berhubungan dengan infertilitas, maka kemungkinan hamil lagi setelah rekanalisasi tuba falopi cukup besar, atau sekitar 40-85 persen.

Biasanya, Mom akan hamil dalam rentang waktu 1 tahun seelah rekanalisasi. Namun, perlu diingat bahwa usia juga berperan dalam hal ini. Tingkat keberhasilan makin tinggi untuk wanita yang lebih muda.

Untuk mengetahui apakah tuba falopi berfungsi normal setelah rekanalisasi Mom dapat menjalani tes x-ray sekitar 3-4 bulan setelah operasi.

Komplikasi dan Risiko

Walaupun jarang terjadi, rekanalisasi tuba falopi dapar memicu pendarahan, infeksi, luka pada organ sekitar, atau reaksi tubuh terhadap anestesi. Prosedur ini juga meningkatkan risiko Mom mengalami kehamilan etopik.

Baca Juga : 5 Cara Mengontrol Kehamilan dengan KB Alami

Alternatif selain Rekanalisasi Tuba Falopi

Jika tidak ingin menjalani operasi atau memiliki kondisi yang tidak memungkinkan untuk melakukannya, makan IVF atau bayi tabung bisa menjadi alternatif untuk dapat hamil.

Pada IVF, sperma dan telur, yang seharusnya bertemu di tuba falopi, dipertemukan di laboratorium untuk menjadi embrio. Embrio kemudian diletakkan dalam rahim.

(HIL)

Sumber: webmd.com, mayoclinic.org

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb