22 Februari 2023

Ketahui Antibiotik untuk Keputihan, Atasi Infeksi Vagina

Tuntaskan keputihan dengan obat yang tepat ya, Moms
Ketahui Antibiotik untuk Keputihan, Atasi Infeksi Vagina

Antibiotik untuk keputihan bisa diperlukan jika Moms mengalami keluhan.

Keputihan pada dasarnya wajar, jika warnanya bening atau agak putih, tidak berbau, dan teksturnya tidak terlalu kental.

Cairan vagina memang normal keluar di masa-masa tertentu, misalnya pada saat ovulasi.

Lalu, bagaimana jika keputihan berbau, warnanya kekuningan atau kehijauan, dan teksturnya sangat kental sampai menjadi gumpalan?

Nah, bisa jadi Moms sedang mengalami infeksi vagina.

Baca Juga: 5 Cara Meningkatkan Kecerdasan Emosional dan Manfaatnya dalam Kehidupan

Gejala Keputihan Tidak Normal yang Butuh Penanganan

ilustrasi Vagina Gatal
Foto: ilustrasi Vagina Gatal

Menurut situs kesehatan asal Amerika Serikat WebMD, keputihan yang tidak normal ditandai dengan gejala seperti sakit ketika buang air kecil atau berhubungan seks, vagina terasa gatal, serta keluarnya cairan vagina berbau tak sedap, kental, dan berwarna pink, cokelat, kuning, atau kehijauan.

Keputihan tidak normal bisa disebabkan oleh infeksi jamur, infeksi virus, atau infeksi bakteri.

Jamur, virus, dan bakteri penyebab infeksi sendiri bisa ditularkan lewat hubungan seks yang tidak aman atau terjadi akibat kurangnya menjaga kebersihan area intim Moms terutama saat menstruasi.

Di samping itu, penggunaan obat-obatan, alat kontrasepsi, atau produk kewanitaan tertentu juga dapat memicu pertumbuhan jamur atau bakteri penyebab keputihan.

Sebaiknya langsung periksakan ke dokter untuk memastikan apa penyebab keputihan yang Moms alami.

Baca Juga: 10 Cara Menurunkan Kreatinin agar Ginjal Tetap Sehat

Penyebab Keputihan

Ilustrasi Keputihan
Foto: Ilustrasi Keputihan

Untuk mendiagnosis infeksi vagina, dokter akan menanyakan tentang riwayat kesehatan kita.

Mereka biasanya juga akan menanyakan tentang kesehatan seksual kita seperti pasangan seksual saat ini dan riwayat infeksi vagina atau infeksi menular seksual (IMS) di masa lalu.

Dokter juga mungkin juga melakukan pemeriksaan panggul. Selama pemeriksaan ini, dokter akan mengumpulkan sampel keputihan.

Mereka akan mengirim sampel ini ke laboratorium untuk dianalisis. Ini dapat membantu dokter untuk mempelajari apa yang menyebabkan infeksi kita.

Moms Jangan salah memilih obat keputihan karena khasiatnya tentu jadi tidak maksimal.

Perawatan untuk infeksi keputihan akan bergantung pada apa yang menyebabkan infeksi.

Beberapa penyebab umumnya adalah sebagai berikut.

1. Infeksi bakteri

Bakteri tertentu biasanya ditemukan di vagina kita. Pertumbuhan berlebih dari bakteri ini dapat menyebabkan vaginosis bakterialis.

2. Infeksi Jamur

Infeksi jamur biasanya disebabkan oleh jamur yang disebut Candida albicans.

Banyak hal, termasuk antibiotik, bisa mengurangi jumlah bakteri antijamur di vagina Moms.

Penurunan ini dapat menyebabkan pertumbuhan berlebih jamur dan menyebabkan infeksi.

Baca Juga: 8 Manfaat Masker Alpukat dan Cara Membuatnya untuk Perawatan Wajah

3. Trikomoniasis

Infeksi vagina ini disebabkan oleh parasit protozoa yang dapat tertular melalui hubungan seksual.

4. Atrofi Vagina

Kondisi ini umumnya terjadi setelah menopause.

Ini juga dapat berkembang selama waktu lain dalam hidup ketika kadar estrogen Moms menurun, seperti saat menyusui.

Kadar hormon yang berkurang dapat menyebabkan penipisan dan kekeringan pada vagina.

Kondisi ini dapat menyebabkan peradangan vagina.

5. Iritan

Sabun, sabun mandi, parfum, dan kontrasepsi vagina semuanya dapat mengiritasi vagina kita.

Ini bisa menyebabkan peradangan.

Pakaian ketat juga dapat menyebabkan ruam panas yang mengiritasi vagina.

Baca Juga: Bahaya Rematik saat Hamil dan Cara Mencegahnya, Catat!

Antibiotik untuk Keputihan

Ilustrasi Keputihan
Foto: Ilustrasi Keputihan

Obat antibiotik adalah terapi andalan untuk infeksi vagina.

Namun, penggunaan antibiotik untuk keputihan tidak bisa sembarangan dan harus sesuai resep dokter.

Jika antibiotik tidak digunakan dengan tepat, hal ini justru bisa menimbulkan berbagai efek samping.

Penggunaan antibiotik untuk keputihan hanya bisa digunakan untuk mengatasi keputihan yang disebabkan oleh infeksi bakteri, misalnya pada vaginosis bakterialis.

Menurut studi Journal of the American Pharmaceutical Association, bakterial vaginosis ditandai dengan bau apek atau bau amis pada vagina dan keputihan yang tipis dan berwarna putih.

Kondisi ini terjadi ketika vagina mengalami peradangan akibat jumlah bakteri yang hidup secara alami di vagina tidak seimbang.

Selain itu, antibiotik untuk keputihan juga dapat digunakan untuk mengobati kondisi akibat infeksi bakteri pada penyakit menular seksual seperti gonorea dan klamidia.

Beberapa jenis antibiotik untuk mengatasi keputihan akibat infeksi bakteri, yaitu:

1. Metronidazole

Metronidazole adalah antibiotik untuk mengobati infeksi bakteri di berbagai organ tubuh, termasuk di saluran pencernaan, paru-paru, darah, saluran kemih, hingga kelamin.

Antibiotik untuk keputihan ini juga bisa digunakan untuk menangani infeksi parasit tertentu, seperti trikomoniasis atau amebiasis.

Metronidazole bekerja dengan menghambat pembentukan protein yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan mikroba, termasuk bakteri dan parasit.

Metronidazole tersedia dalam bentuk tablet, suspensi, infus, dan supositoria.

Metronidazole dalam sediaan tersebut menyebar ke seluruh tubuh melalui darah, kemudian menuju ke lokasi infeksi.

Untuk mengatasi infeksi bakteri pada vagina yang bisa memicu keputihan, Moms dapat menggunakan aplikator ketika mengoleskan gel metronidazole ke vagina.

Dosis yang umum direkomendasikan dokter adalah 1 aplikator penuh setiap malam, selama 5 malam.

2. Ketoconazale

Ketoconazole adalah obat antijamur jenis azole.

Ketoconazole bekerja dengan cara menghambat pembentukan ergosterol dan enzim tertentu yang dibutuhkan jamur untuk tumbuh dan bertahan hidup.

Dengan begitu, obat ini dapat membunuh jamur sekaligus mencegahnya bertambah banyak.

Umumnya obat ini diberikan selama 5 hari dan angka kesembuhan dengan pemberian obat cukup tinggi.

Baca Juga: Cara Memberikan Pendidikan Seksual pada Anak Sesuai Tahapan Usia

Antibiotik untuk keputihan lainnya adalah:

  • Tinidazole
  • Cefixime
  • Doxycycline
  • Azithromycin
  • Levofloxacin

Pada September 2017, FDA menyetujui secnidazole pengobatan oral dosis tunggal pertama (Solosec, Symbiomix Therapeutics) untuk wanita dengan infeksi vagina yang disebabkan oleh bakteri.

Persetujuan didasarkan pada dua studi acak terkontrol plasebo yang mengevaluasi kemanjuran secnidazole dalam pengobatan vaginosis bakterial.

Antibiotik untuk keputihan dapat berupa pil yang diminum, krim yang dioleskan ke vagina, serta obat jenis suppositoria atau kapsul yang dimasukkan ke dalam vagina.

Pada wanita hamil, dokter umumnya akan memberikan antibiotik dalam bentuk oral.

Pada kasus keputihan tertentu, dokter mungkin juga akan memberikan obat antibiotik untuk keputihan berupa suntikan, seperti ampicilin, ceftriaxone, dan kanamycin.

Mengonsumsi antibiotik untuk keputihan harus sesuai dengan dosis yang dianjurkan oleh dokter.

Termasuk apakah antibiotik untuk keputihan ini harus dihabiskan, berapa lama jeda waktu minum obatnya.

Jika digunakan tanpa resep atau cara dari dokter, antibiotik bisa tidak efektif dalam mengobati keputihan akibat infeksi bakteri.

Selain itu, penggunaan antibiotik untuk keputihan yang tidak tepat juga berisiko menimbulkan berbagai efek samping, misalnya membuat kuman menjadi kebal atau resisten terhadap antibiotik.

Baca Juga: Jangan Dibuang, Simak 7 Manfaat Ampas Kopi yang Tak Diduga!

Obat Keputihan Selain Antibiotik

Ilustrasi Obat-obatan
Foto: Ilustrasi Obat-obatan

Berikut ini obat untuk mengatasi keputihan yang disebabkan jamur dan virus.

1. Antijamur

Jika Moms mengalami infeksi jamur, Moms harus menggunakan obat untuk keputihan dengan kandungan antijamur.

Dilansir dari WebMD, kebanyakan obat keputihan antijamur tersedia dalam bentuk gel atau krim yang harus dioleskan langsung ke area bibir vagina yang terinfeksi.

Menurut British Medical Journal (The BMJ), jenis obat keputihan antijamur yang biasanya diresepkan oleh dokter meliputi butoconazole, miconazole, dan clindamycin.

Berapa lama Moms harus menggunakan obat keputihan ini tergantung dari kondisi setiap orang. Rata-rata, obat untuk keputihan harus digunakan secara rutin selama tiga hari.

Namun, selalu ikuti anjuran dokter dalam penggunaan obat apa pun.

Baca Juga: Pilihan Obat Vertigo yang Manjur

2. Antivirus

Terakhir, bila Moms mengalami keputihan akibat infeksi virus seperti herpes simplex (juga dikenal sebagai herpes genital), Mom akan dianjurkan untuk menggunakan obat antivirus.

Obat antivirus yang sering diresepkan dokter untuk mengobati herpes genital yaitu acyclovir, valacyclovir, dan famciclovir.

Jangan lupa, konsultasikan dulu dengan dokter sebelum Moms mengonsumsi antivirus ini untuk mengobati keputihan yang tidak normal.

Oleh karena itu, Moms sebaiknya mencegah infeksi vagina agar tidak terjadi.

Namun memang tidak semua infeksi vagina bisa dicegah.

Menggunakan kondom selama hubungan seksual akan membantu mencegah penyebaran IMS.

Ini juga akan menurunkan risiko Moms tertular mereka.

Kebersihan yang tepat juga dapat membantu mencegah beberapa infeksi vagina.

Jika memungkinkan, Moms harus mengenakan pakaian dalam yang terbuat dari bahan katun.

Hal ini dapat menurunkan risiko timbulnya peradangan dan iritasi vagina.

Beberapa wanita mengalami peradangan dan iritasi karena mengenakan kain yang kurang bernapas.

Baca Juga: Sederet Fakta Tentang Gizi Balita yang Wajib Moms Ketahui

Itu dia Moms penjelasan tentang antibiotik untuk keputihan. Semoga membantu!

  • https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/9479409/
  • https://www.webmd.com/women/guide/vaginal-discharge-whats-abnormal#1
  • https://www.bmj.com/content/335/7630/1147

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb