04 Mei 2022

Mengenal Mikrosefalus, Kondisi Lingkar Kepala Bayi Lebih Kecil dari Normal

Bayi dengan mikrosefalus bisa disebabkan oleh paparan racun atau sindrom kelainan bawaan
Mengenal Mikrosefalus, Kondisi Lingkar Kepala Bayi Lebih Kecil dari Normal

Mikrosefalus pada bayi adalah cacat lahir yang sangat jarang terjadi, dengan rentang kejadian sekitar 2-12 bayi per 10.000 kelahiran di Amerika Serikat.

Kondisi ini terjadi ketika lingkar kepala bayi jauh lebih kecil dari normal menurut standar dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

"Mikrosefalus adalah kondisi ukuran kepala yang lebih kecil dari normal. Cara mengetahui ukuran kepala dilakukan dengan pengukuran lingkar kepala dan membandingkannya dengan kurva pertumbuhan," jelas dr. Caessar Pronocitro, Sp. A, M.Sc, Dokter Spesialis Anak di RS Pondok Indah-Bintaro Jaya.

"Mikrosefalus dapat disebabkan oleh 2 jenis mekanisme, yaitu penyatuan tulang-tulang penyusun tengkorak yang terlalu dini (kraniosinostosis) atau pertumbuhan otak yang kurang," lanjutnya.

Baca Juga: Teratozoospermia, Mungkinkah Istri Bisa Hamil dengan Hasil Cacat Lahir?

Penyebab Mikrosefalus pada Bayi

mikrosefalus-1.jpg
Foto: mikrosefalus-1.jpg (voanews.com)

Foto: voanews.com

dr. Caessar menjelaskan, 2 jenis mekanisme pada mikrosefalus tersebut dapat terjadi karena beberapa kondisi, di antaranya:

  • Sindrom atau kelainan bawaan, seperti sindrom Down, sindrom Patau, sindrom Edward, dan lain-lain
  • Kekurangan nutrisi ibu selama kehamilan, seperti defisiensi asam folat atau hipotiroidisme
  • Berbagai gangguan yang terjadi setelah kelahiran, misalnya cedera otak, stroke, atau ensefalopati hipoksik-iskemik

Mengutip Stanford Children's Health, mikrosefalus pada bayi bisa disebabkan oleh masalah selama kehamilan. Beberapanya termasuk:

  • Paparan bahan kimia beracun
  • Keracunan metilmerkuri
  • Janin yang tidak mendapatkan cukup vitamin dan nutrisi
  • Infeksi dengan cytomegalovirus, rubella, virus varicella, virus Zika, atau toksoplasma
  • Penggunaan obat resep
  • Penggunaan obat-obatan terlarang
  • Minum alkohol
  • Fenilketonuria yang tidak diobati
  • Stroke

Baca Juga: 15 Kelainan Jantung Bawaan Pada Bayi, Moms Sudah Tahu?

Mayoritas Kasus Disebabkan Virus Zika

digigit nyamuk
Foto: digigit nyamuk (Orami Photo Stock)

Foto: Orami Photo Stock

Beberapa tahun yang lalu, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) mengkonfirmasi bahwa bayi yang ibunya terpapar atau terinfeksi virus zika selama kehamilan memiliki peningkatan risiko terkena mikrosefalus.

Untuk diketahui, zika adalah infeksi nyamuk yang mirip dengan demam berdarah yang menyebar ke seluruh bagian tertentu dari Amerika Tengah dan Selatan, Karibia, Asia dan Kepulauan Pasifik, dan di Miami-Dade County, Florida.

Menurut Journal of The Lancet Child & Adolescent Health, bayi yang terinfeksi virus zika menunjukkan tingkat pertumbuhan rata-rata (lingkar kepala dan berat badan) lebih rendah dari anak-anak biasa.

Oleh karena itu, anak-anak yang terpapar virus zika berisiko mengalami retardasi pertumbuhan dan perkembangan dibandingkan dengan anak-anak pada umumnya.

Baca Juga: Mengenal Chikungunya, Penyakit Karena Virus yang Ditularkan Lewat Nyamuk

Diagnosis Mikrosefalus pada Bayi

Cacat lahir pada bayi ini bisa didiagnosis saat dalam kandungan atau setelah bayi lahir.

Berikut cara dokter menentukan apakah seorang bayi mengalami cacat lahir yang ditandai dengan ukuran kepala yang lebih kecil dari ukuran normalnya.

1. Selama Masa Kehamilan

Proses USG Fetomaternal
Foto: Proses USG Fetomaternal (Hopkinsmedicine.org)

Foto: Orami Photo Stock

Selama kehamilan, mikrosefalus terkadang dapat didiagnosis dengan tes ultrasound (yang menghasilkan gambar tubuh).

Untuk melihat mikrosefalus selama kehamilan, tes ultrasound harus dilakukan pada akhir trimester kedua atau awal trimester ketiga.

2. Setelah Bayi Lahir

diagnosis cacat lahir
Foto: diagnosis cacat lahir (Tommys.org)

Foto: Orami Photo Stock

Sementara itu, kelainan lingkar kepala bayi juga bisa didiagnosis setelah kelahiran. Biasanya, dokter akan mengukur lingkar kepala bayi menggunakan pita pengukur.

Jika ditemukan adanya kelainan ukuran lingkar kepala pada bayi, maka dokter dapat mendiagnosis anak Moms dengan mikrosefalus.

U.S National Library of Medicine, cacat lahir in biasanya ditentukan dengan pengukuran lingkar oksipital-frontal (lingkar kepala) yang lebih dari 2 standar deviasi (SD) di bawah rata-rata untuk usia dan jenis kelamin atau kurang dari persentil ke-3 untuk usia dan jenis kelamin.

Perlu Moms ketahui, pengukuran lingkar kepala yang dicurigai mengalami cacat lahir harus dilakukan selama 24 jam setelah kelahiran atau sesegera mungkin.

Jika dokter mencurigai bayi menderita cacat lahir, ia dapat meminta satu atau lebih tes untuk membantu memastikan diagnosis.

Misalnya, tes khusus seperti pencitraan resonansi magnetik dapat memberikan informasi penting tentang struktur otak bayi yang dapat membantu menentukan apakah bayi yang baru lahir mengalami infeksi selama kehamilan.

Dokter anak akan terus mengukur kepala anak pada pemeriksaan kesehatan bayi secara rutin selama 2 tahun pertama kehidupannya.

Mereka juga akan menyimpan catatan pertumbuhan dan perkembangan anak sehingga akan membantu mereka mendeteksi kelainan lainnya.

Baca Juga: 5 Jenis Kelainan Penis Pada Anak Laki-Laki

Penanganan Mikrosefalus pada Bayi

mikrosefalus-2.jpg
Foto: mikrosefalus-2.jpg (newsweek.com)

Foto: newsweek.com

Mengutip dari CDC, kondisi mikrosefalus pada bayi adalah kondisi yang akan dialami seumur hidup. Karena tidak ada obat atau perawatan standar untuk mikrosefalus.

Mikrosefalus itu sendiri dapat berkisar dari ringan hingga berat, sehingga jenis perawatan dapat beragam.

Bayi dengan mikrosefalus ringan cenderung tidak mengalami masalah lain selain ukuran kepala yang kecil.

Karenanya, mereka membutuhkan pemeriksaan rutin untuk memantau kemajuan proses tumbuh kembangnya.

Sementara, untuk mikrosefalus dengan kondisi yang lebih berat, bayi akan membutuhkan perawatan yang berfokus pada pengelolaan masalah kesehatan lainnya.

dr. Caessar mengatakan, "Pengobatan pada bayi dengan kondisi mikrosefalus lebih berfokus pada penanganan kelainan bawaan yang memengaruhi tumbuh kembangnya."

"Misalnya, mencegah komplikasi di berbagai organ, mengoptimalkan nutrisi, atau mengatasi infeksi yang mungkin terjadi," lanjutnya.

Sementara, apabila mikrosefalus disebabkan oleh penyatuan tulang-tulang penyusun tengkorak yang terlalu dini, maka diperlukan tindakan pembedahan.

Namun, apabila penyebabnya adalah kelainan bawaan, maka tidak ada penanganan yang dapat dilakukan untuk menormalkan ukuran kepala bayi dengan mikrosefalus.

Baca Juga: Spina Bifida pada Bayi, Ini Penyebab, Jenis, dan Pengobatannya

Dampak Mikrosefalus untuk Tumbuh Kembang Bayi

mikrosefalus-3.jpg
Foto: mikrosefalus-3.jpg (telegraph.co.uk)

Foto: telegraph.co.uk

Efek mikrosefalus pada tumbuh kembang bayi sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh penyebab serta derajat dari kondisi mikrosefalus itu sendiri.

Umumnya, bayi yang menderita mikrosefalus lebih sering mengalami keterlambatan perkembangan ataupun gangguan yang terkait sistem saraf pusat dibandingkan bayi-bayi lainnya, seperti kejang atau hiperaktivitas.

Mengutip CDC, kondisi mikrosefalus pada bayi telah dikaitkan dengan masalah berikut:

  • Kejang
  • Keterlambatan perkembangan, seperti masalah dengan bicara atau tonggak perkembangan lainnya (duduk, berdiri, dan berjalan)
  • Kecacatan intelektual (penurunan kemampuan untuk belajar dan berfungsi dalam kehidupan sehari-hari)
  • Masalah dengan gerakan dan keseimbangan
  • Masalah makan, seperti sulit menelan
  • Gangguan pendengaran
  • Masalah penglihatan

Masalah-masalah ini dapat berkisar dari ringan hingga parah dan seringkali terjadi seumur hidup.

Mikrosefalus yang parah bisa mengancam jiwa. Hal ini karena otak pada bayi dengan mikrosefalus lebih kecil dan kurang berkembang.

Sehingga dapat mengalami lebih banyak masalah daripada bayi dengan mikrosefalus yang tingkatnya lebih ringan.

Sulit untuk memprediksi masalah apa yang akan dialami bayi dengan mikrosefalus ketika mereka telah lahir.

Oleh karena itu, penting untuk melakukan pemeriksaan rutin untuk memantau progres tumbuh dan kembang mereka.

Selain itu, tidak ada harapan hidup standar untuk bayi mikrosefalus karena hasil perawatan bergantung pada banyak faktor, dan tingkat keparahan kondisi dapat berkisar dari ringan hingga parah.

Baca Juga: 8 Rekomendasi Susu untuk Kecerdasan Otak Anak, Dukung Akal Kreatif dan Inovatif!

Yuk, pantau berat badan, tinggi badan, hingga lingkar kepala Si Kecil sesuai dengan usianya, dengan tools Pertumbuhan dari Orami Apps.

Fitur ini akan memudahkan para orang tua untuk memastikan buah hati tumbuh sehat sekaligus dapat mendeteksi gangguan pertumbuhan sejak dini.

  • https://www.whattoexpect.com/pregnancy/pregnancy-health/microcephaly
  • https://www.healthline.com/health/microcephaly
  • https://www.cdc.gov/ncbddd/birthdefects/microcephaly.html
  • https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/microcephaly/symptoms-causes/syc-20375051
  • https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5710988/
  • https://www.thelancet.com/journals/lanchi/article/PIIS2352-4642(18)30020-8/fulltext

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb