12 Juli 2021

5 Tanda Anak Depresi dan Cara Mengatasinya yang Sering Diabaikan, Moms Wajib Tahu!

Sedih berkepanjangan bisa menjadi tanda ia depresi
5 Tanda Anak Depresi dan Cara Mengatasinya yang Sering Diabaikan, Moms Wajib Tahu!

Anak-anak dikenal sebagai sosok yang ceria dan menyenangkan. Tetapi, akan ada momen di mana Si Kecil merasa murung dan sedih. Moms, bisa jadi momen tersebut merupakan tanda anak depresi.

Perubahan suasana hati merupakan hal yang normal. Namun, bila Si Kecil terlalu lama berlarut dalam kesedihan hingga mengganggu aktivitasnya, bisa jadi salah satu tanda anak depresi.

Melansir The British Journal of Psychiatry, ketidakstabilan suasana hati dilaporkan pada 40-60 persen dari mereka dengan depresi, gangguan kecemasan, gangguan stres pasca-trauma dikaitkan dengan peningkatan penggunaan layanan kesehatan hingga ide bunuh diri.

Karena itu, Moms dan Dads sebagai orang tua penting untuk mengenali gejala dan tanda anak depresi agar dapat mengatasi dan membuat kondisi psikologis anak membaik.

Baca Juga: Kenali Tanda dan Gejala Depresi pada Anak Berikut Ini

Pandemi COVID-19 Berdampak Depresi pada Anak

anak depresi
Foto: anak depresi

Foto: Orami Photo Stock

Pandemi COVID-19 telah berdampak pada ekonomi, mata pencaharian, kesejahteraan fisik, hingga mental orang-orang di seluruh dunia.

dr. Anggia Hapsari, Sp.KJ (K), dokter spesialis kedokteran jiwa konsultan psikiatri anak dan remaja RS Pondok Indah mengatakan bahwa, pandemi COVID-19 sangat memengaruhi kesehatan mental anak-anak.

"Kesehatan mental anak-anak kemungkinan bisa menjadi krisis berikutnya, menjadi gelombang krisis berikutnya di masa pandemi ini. Dalam kasus yang saya tanganin banyak anak-anak yang mencoba untuk bunuh diri atau melukai diri sendiri," kata dr. Anggia saat Zoom meeting, Rabu, 30 Juni 2021.

Stres, ketakutan, kesedihan, isolasi, dan ketidakpastian yang diciptakan oleh pandemi COVID-19 dapat membuat siapa pun lelah, tetapi banyak anak-anak dan remaja mengalami waktu yang sangat sulit untuk mengatasi secara emosional.

Sebagai orang tua harus memperhatikan tanda anak depresi. Anak dan remaja paling banyak terkena dampak dari pandemi COVID-19.

Baca Juga: Dirawat Sendirian karena Covid-19, Stres Berat Rasanya karena Harus Pisah dari Suami dan Anak-anak

Tanda Anak Depresi

Tanda-tanda anak depresi kadang sulit dibedakan dengan perasaan yang umumnya dialami anak, seperti sedih dan murung. Oleh karenanya, Moms harus selalu memperhatikan kondisi anak.

Tanda-tanda depresi anak, antara lain:

1. Kesulitan Tidur dan Makan

anak tidak mau makan
Foto: anak tidak mau makan

Foto: Orami Photo Stock

Tanda anak depresi yang pertama adalah mengalami gangguan makan dan minum.

Perasaan sedih, kecewa, atau putus asa bisa menjadi reaksi yang sehat terhadap tantangan hidup. Dalam depresi, perasaan ini mengikuti pola yang berbeda.

Perubahan tersebut menyebabkan kesulitan anak dalam menjalani aktivitas sehari-hari, seperti makan dan tidur.

2. Mimpi Buruk

anak mimpi buruk
Foto: anak mimpi buruk (Orami Photo Stock)

Foto: Orami Photo Stock

Moms, akhir-akhir ini Si Kecil suka terbangun dan menangis akibat mimpi buruk saat tidur? Bisa jadi ini merupakan tanda anak depresi.

Melansir Journal of Clinical Medicine, mimpi buruk sangat umum terjadi pada seseorang yang mengalami gangguan kejiwaan.

Ini memengaruhi hingga 70 persen pasien dengan gangguan kepribadian atau stres pascatrauma.

3. Agresif

anak agresif
Foto: anak agresif

Foto: Orami Photo Stock

Tanda anak depresi yang paling umum adalah anak menjadi agresif.

Ketika anak-anak mudah tersinggung, mereka mudah frustrasi, memiliki "sumbu pendek" dan mungkin lebih cenderung bertingkah laku.

"Anak-anak akan merasa mudah sensitif dan kesal, karena tadinya mereka bisa bertemu dengan teman-temannya dan bermain bebas tetapi adanya COVID-19 menjadi sangat sulit dan merasa terkekang," jelas dr. Anggia.

Baca Juga: 5 Hal yang Dapat Menyakiti Hati Anak

4. Keluhan Fisik tanpa Sebab

anak sakit
Foto: anak sakit

Foto: Orami Photo Stock

Tanda anak depresi ini bisa disebut gangguan psikosomatik. Melansir International Journal of Social Psychiatry, gangguan psikosomatik merupakan keluhan fisik yang dipengaruhi oleh pikiran atau emosi, bukannya karena alasan fisik yang jelas, seperti luka atau infeksi.

5. Ketakutan Ditinggal Sendiri

anak rewel
Foto: anak rewel

Foto: Orami Photo Stock

Anak akan merasakan khawatir setiap kali orang tuanya bekerja atau pergi ke acara tertentu. Mereka akan menelpon dan menanyakan berkali-kali kapan Moms dan Dads pulang.

Baca Juga: Suami Mengalami Depresi? Kenali Tanda-tandanya!

Pengaruh Orang Tua Terhadap Depresi pada Anak

depresi pada anak-2.jpg
Foto: depresi pada anak-2.jpg (awomanstime.com)

Foto: awomanstime.com

Orang tua memegang peran penting dalam pembentukan psikologi anak. Apabila orang tua melakukan pola asuh yang salah atau abusif, tentunya psikologi anak akan terganggu.

Kondisi ini lambat laun dapat menyebabkan tanda anak depresi. Beberapa hal berikut dapat memengaruhi terjadinya depresi pada anak:

1. Kehangatan dari Orang Tua

Kehangatan yang diberikan oleh orang tua menjadi faktor kunci dalam mencegah terjadinya tanda anak depresi. Orang tua yang dapat mendekatkan diri dengan anak dapat membuat anak lebih terbuka dan memiliki pemikiran positif.

Hal ini dapat mengurangi kemungkinan anak untuk mengalami depresi. Orang tua yang memiliki hubungan erat dengan anak mampu membuat anak menceritakan segala kesulitannya pada orang tua.

2. Pemberian Otonomi pada Anak

Pengaruh lainnya adalah faktor otonomi yang diberikan oleh orang tua pada anak. Hal ini akan memengaruhi psikologi anak saat beranjak dewasa. Anak dapat mengatur emosi secara lebih baik dan juga memengaruhi hubungan pertemanan yang terjalin.

Sebaliknya, keterlibatan berlebihan orang tua terhadap pilihan hidup anak juga turut memberikan dampak. Orang tua diharapkan dapat berperan dengan menunjukkan dukungan dan penghargaan terhadap minat anak, serta mengetahui kapan perlu memberikan batasan.

Perasaan dihargai dan didukung akan meningkatkan kepercayaan diri anak dan mencegah terjadinya depresi pada anak.

Baca Juga: Waspada Depresi! Kenali 5 Gejalanya Sejak Dini

3. Konflik dalam Keluarga

Konflik antar orang tua berperan besar dalam perkembangan psikologi anak terhadap proses internalisasi masalah. Konflik yang terjadi memengaruhi kerentanan emosional yang dialami anak saat remaja.

Resolusi dari konflik akan menghasilkan output yang lebih baik pada anak dan mencegah depresi pada anak.

Banyaknya konflik antara anak dan orang tua menyebabkan tidak terjalinnya komunikasi yang baik antara kedua pihak. Selain itu, anak akan merasa kurang mendapat dukungan.

Anak dengan kondisi demikian cenderung memiliki kontrol emosi yang lebih buruk. Hal ini membuatnya lebih rentan untuk mengalami depresi.

4. Pemberian Hukuman pada Anak

Seringkali orang tua memberikan hukuman pada anak jika mereka berbuat salah. Hukuman yang diberikan dapat berdampak buruk bagi psikologi anak. Anak yang banyak diberikan hukuman oleh orang tuanya lebih rentan terhadap depresi.

Baca Juga: Ketahui Masalah Bipolar dan Depresi Anak dari Giginya

Cara Memperlakukan Anak yang Depresi

depresi pada anak-3.jpg
Foto: depresi pada anak-3.jpg (psycom.net)

Foto: psycom.net

Perhatian dan perlakuan orang tua sangat memengaruhi psikologi dalam mencegah terjadinya tanda anak depresi. Jika Si Kecil tampak depresi, cobalah untuk menjadi pendengar yang bagi anak.

Berikan kesempatan anak untuk bercerita mengenai perasaannya dan kejadian yang membuatnya sedih, baik di rumah, di sekolah, maupun di lingkungan sekitarnya.

"Orang tua harus tetap berusaha untuk terlibat dan menunjukkan minat terhadap segala hal yang dilakukan anak. Hindari sikap cuek karena menganggap anak sudah bisa sendiri," saran dr. Anggia.

Dukungan dan kedekatan emosional antara anak dan orang tua berperan penting dalam pendekatan pada anak yang sedang depresi.

Selain memengaruhi psikologi anak, Moms sebagai orang tua berperan dalam memastikan kondisi kesehatan anak, seperti aktivitas makan, tidur, dan hubungan positif dengan orang-orang di sekitarnya.

Jangan ragu untuk mengajak Si Kecil ke psikiater atau psikolog untuk membantu anak keluar dari kondisi depresi yang dialaminya. Anak dianjurkan menjalani screening terhadap depresi setiap tahun sejak usia 12-21 tahun.

  • https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4589661/
  • https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7763994/
  • https://journals.sagepub.com/doi/abs/10.1177/002076408803400206
  • https://www.healthychildren.org/English/health-issues/conditions/COVID-19/Pages/Signs-your-Teen-May-Need-More-Support.aspx

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb