16 September 2020

Fakta Masker Scuba yang Dianggap Tak Efektif dan Dilarang di KRL

Sejak pandemi COVID-19, keberadaan masker kain kini telah berubah menjadi kebutuhan yang wajib dimiliki oleh semua orang.
Fakta Masker Scuba yang Dianggap Tak Efektif dan Dilarang di KRL

Sejak pandemi COVID-19, keberadaan masker kain kini telah berubah menjadi kebutuhan yang wajib dimiliki oleh semua orang. Namun ternyata ada beberapa jenis masker yang tak boleh dikenakan karena tidak efektif melindungi diri dari COVID-19, salah satunya ialah masker scuba.

Baca Juga: Anjuran Memakai Masker Kain, Ini Penjelasannya

Fakta Masker Scuba

Masker berbahan scuba ini pun kini juga telah dilarang penggunaannya di KRL. PT KCI mengimbau masyarakat untuk tidak memakai masker scuba karena tidak bisa menyaring debu, virus, dan bakteri. Agar lebih waspada dalam memilih masker kain, berikut fakta-fakta masker scuba yang perlu Moms perhatikan.

1. Tingkat Efektifitas Masker Scuba Rendah

fakta masker scuba yang dianggap tak efektif dan dialarang di KRL
Foto: fakta masker scuba yang dianggap tak efektif dan dialarang di KRL

Foto: Kompas.com

Menurut data yang dihimpun dari Varsay Health Care dan Ketua Tim Pakar Gugur Tugas COVID-19 Profesor Wiku Adisasmito, efektivitas masker scuba dalam menghalau partikel virus dan bakteri hanya sebesar 5%.

Hal ini jauh di bawah masker lainnya seperti masker N95 yang tingkat efektivitasnya mencapai 95%, masker bedah 80%, masker FFPI 80%, dan masker lapis 3 50%.

Baca Juga: Cara Mencuci Masker Kain Agar Senantiasa Aman dan Higienis

2. Hanya Memiliki Satu Lapis

fakta masker scuba yang dianggap tak efektif dan dialarang di KRL
Foto: fakta masker scuba yang dianggap tak efektif dan dialarang di KRL

Foto: Jernih.id

Selain itu, Prof Wiku menjelaskan bahwa masker scuba hanya memiliki satu lapisan. Bahannya pun tipis sehingga tidak berfungsi baik dalam menyaring partikel dan droplets virus Corona.

"Masker scuba atau buff adalah masker dengan satu lapis saja dan terlalu tipis, sehingga kemungkinan tembus, tak bisa menyaring lebih besar. Maka dari itu disarankan untuk pakai masker berkualitas untuk bisa menjaga," kata Wiku dalam konferensi pers dikutip dari kumparan.com, Selasa (15/9).

Sementara itu, melalui rilis resmi dari PT KCI, penumpang KRL dihimbau untuk memakai masker kain minimal dua lapis. Dan akan dilakukan razia oleh petugas bagi penumpang yang masih nekat menggunakan masker scuba saat naik KRL.

3. Mudah Melar

fakta masker scuba yang dianggap tak efektif dan dialarang di KRL
Foto: fakta masker scuba yang dianggap tak efektif dan dialarang di KRL

Foto: Totabuan.news

Bahan masker scuba yang elastis jadi salah satu alasan mengapa maske rini begitu populer. Meski begitu, Prof Wiku menyebut bahwa sifat bahan elastis inilah kerap disalahgunakan oleh masyarakat dengan menariknya ke bawah dagu. Sehingga masker scuba tidak berfungsi sebagaimana mestinya dalam menyaring virus.

"Selain itu, masker scuba sering mudah ditarik ke bawah di dagu sehingga fungsi masker jadi tak ada. Maka itu, gunakan masker dengan cara yang tepat untuk melindungi menutup area batang hidung, hidung, mulut, dagu, dan rapat di pipi," kata Wiku.

Bahan yang digunakan pada masker scuba ini biasanya dipakai untuk membuat baju para penyelam. Teksturnya elastis dan ringan. Namun, bahan ini tidak cocok digunakan sebagai masker pelindung wajah dari virus Corona.

Baca Juga: Anjuran WHO Terbaru, Pakai Masker Kain 3 Lapis

Itulah tiga fakta mengenai masker scuba yang dilarang penggunaannya di KRL. Menurut Prof Wiku, hingga saat ini masker paling baik dalam menyaring virus Corona adalah masker bedah. Sedangkan berdasarkan pedoman terbaru yang dikeluarkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), orang tanpa masalah kesehatannya atau dalam keadaan sehat wajib mengenakan masker kain berbahan katun 3 lapis.

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb