18 Maret 2020

Gagal Induksi Persalinan, Mungkinkah?

Cari tahu jawabannya berikut ini
Gagal Induksi Persalinan, Mungkinkah?

Induksi persalinan dapat membantu proses persalinan. Mengutip Mayo Clinic, induksi persalinan merupakan stimulasi kontraksi uterus selama kehamilan sebelum persalinan dimulai dengan sendirinya untuk mencapai kelahiran melalui vagina.

Namun, yang menjadi pertanyaan, apakah ada kemungkinan bagi proses induksi gagal?

Penyedia layanan kesehatan mungkin merekomendasikan induksi persalinan karena berbagai alasan, terutama bila ada kekhawatiran akan kesehatan ibu atau kesehatan bayi.

Baca Juga: Melahirkan dengan Induksi Persalinan, Adakah Dampaknya Bagi Janin?

Terkadang Proses Induksi Persalinan Gagal

proses induksi gagal-1
Foto: proses induksi gagal-1 (Babycenter.com)

Foto: Orami Photo Stock

Mengutip American College of Obstetricians and Gynecologists, terkadang proses induksi persalinan bisa gagal. Jika upaya induksi persalinan gagal, ini artinya bahwa Moms harus mencoba induksi lain atau melakukan operasi caesar.

Kemungkinan melahirkan sesar sangat meningkat untuk ibu yang baru pertama kali melakukan induksi persalinan, terutama jika serviks belum siap untuk persalinan.

"Sebagian besar induksi dapat berlangsung 12 hingga 48 jam. Jika seorang pasien diinduksi dan tidak melakukan perubahan serviks setelah periode waktu tertentu, operasi caesar akan dilakukan," jelas Lakeisha Richardson, dokter OB-GYN, mengutip Romper.

Jika calon ibu tidak melahirkan setelah proses induksi, bidan atau dokter kandungan akan membicarakan hal ini, dan memeriksakan calon ibu serta bayi secara menyeluruh.

Baca Juga: 5 Tips Menyiapkan Diri Sebelum Persalinan

Risiko Proses Induksi Persalinan

proses induksi gagal-
Foto: proses induksi gagal-

Foto: Orami Photo Stock

Terkadang, proses persalinan bisa membutuhkan induksi jika bayi terlambat untuk lahir, atau ada risiko apa pun untuk kesehatan bagi bayi dan calon ibu.

Mengutip National Health Service, risiko ini terutama terjadi jika memiliki kondisi kesehatan seperti tekanan darah tinggi, misalnya, atau bayi tidak tumbuh dengan baik.

Ada beberapa risiko induksi persalinan yang bisa terjadi. Kondisi ini termasuk:

1. Proses Induksi Gagal

Sekitar 75 persen wanita yang baru pertama kali menjadi ibu yang diinduksi akan mengalami persalinan melalui vagina yang berhasil. Ini berarti, sekitar 25 persen dari wanita dengan serviks tidak matang, mungkin perlu operasi caesar.

2. Detak Jantung Rendah

Obat-obatan yang digunakan untuk proses induksi persalinan, oksitosin atau prostaglandin, dapat menyebabkan kontraksi abnormal atau berlebihan, sehingga bisa mengurangi suplai oksigen bayi dan menurunkan denyut jantung Si Kecil.

3. Infeksi

Beberapa proses induksi persalinan, seperti pecahnya membran, dapat meningkatkan risiko infeksi bagi ibu dan bayi. Pecahnya membran dalam waktu lama meningkatkan risiko infeksi.

Baca Juga: 3 Tahap Kontraksi Sebelum Melahirkan yang Moms Perlu Tahu

4. Ruptur Uterus

Ruptur uterus adalah komplikasi yang jarang, tetapi serius, di mana rahim robek sepanjang garis parut dari operasi caesar sebelumnya atau operasi uterus mayor.

Sangat jarang, ruptur uterus juga dapat terjadi pada wanita yang belum pernah menjalani operasi uterus sebelumnya. Karena itu, perlu tindakan caesar darurat untuk mencegah komplikasi persalinan yang mengancam jiwa.

5. Pendarahan setelah Melahirkan

Induksi persalinan meningkatkan risiko bahwa otot rahim tidak akan berkontraksi dengan baik setelah melahirkan. Dampaknya, dapat menyebabkan perdarahan serius setelah melahirkan.

Terlepas dari risikonya, atau adanya kemungkinan proses induksi gagal, induksi untuk melahirkan bisa memberikan manfaat kepada Moms yang hendak melahirkan.

Mengutip jurnal Obstetrics & Gynecology Science, induksi persalinan dapat mengurangi kecemasan dan ketidaknyamanan ibu terkait dengan kehamilan normal.

Hal ini berlaku, terutama pada pasien yang tinggal jauh dari rumah sakit atau memiliki riwayat kelainan persalinan pada kehamilan sebelumnya, atau kasus kekhawatiran untuk persalinan cepat pada wanita multipara (wanita yang hamil lebih dari satu kali).

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb