03 Juni 2020

Rewel Gejala ADHD pada Bayi? Ini Kata Ahli!

Ternyata, tidak semua bayi ADHD menunjunkan gejala
Rewel Gejala ADHD pada Bayi? Ini Kata Ahli!

Attention Deficit Hyperactivity Disorder atau ADHD gangguan perilaku yang memengaruhi 4 hingga 12 persen anak-anak usia sekolah di Amerika. Menurut American Academy of Pediatrics, meski ADHD paling umum didiagnosis setelah anak-anak masuk sekolah, sebagian besar pakar sepakat bahwa kecenderungan seorang anak untuk mengembangkan ADHD sudah ada sejak lahir.

Banyak orang tua juga telah melaporkan melihat tanda-tanda ADHD bahkan sebelum anak-anak mereka dapat berjalan.

Baca Juga: Bagaimana Cara Mendeteksi Anak ADHD dan Apakah Ia Bisa Bersekolah di Sekolah Umum?

Bayi Rewel dan ADHD

Growth Spurt Bikin Bayi Sering Menangis, Ini Penjelasannya!
Foto: Growth Spurt Bikin Bayi Sering Menangis, Ini Penjelasannya!

Nah, berdasarkan penelitian yang dilakukan University of Basel, Swiss, bayi yang menangis berlebihan dan kesulitan tidur serta makan, berisiko lebih tinggi untuk masalah perilaku selama masa kanak-kanak, termasuk attention deficit hyperactivity disorder (ADHD). Temuan baru ini muncul di Archives of Disease in Childhood.

Hampir 20 persen dari semua bayi menunjukkan tanda-tanda seperti menangis terus-menerus, masalah tidur, dan masalah makan selama tahun pertama kehidupan. Sebagian besar gejala ini bersifat sementara dan bayi menyesuaikan pada saat mereka mencapai prasekolah.

"Tetapi mereka yang terus-menerus rewel dalam keluarga dengan masalah lain, mungkin memerlukan intervensi dini untuk meminimalkan atau mencegah konsekuensi jangka panjang dari masalah pengaturan bayi,” jelas peneliti studi Mirja Helen Hemmi dari University of Basel, Swiss seperti dilansir dari webmd.com.

Para peneliti menganalisis 22 studi yang mengamati masalah pengaturan bayi pada 1.935 anak-anak. Sepuluh dari studi ini melihat konsekuensi dari tangisan yang berlebihan, empat melihat masalah tidur, tiga masalah pemberian makan bayi, dan lima penelitian berfokus pada bayi dengan berbagai masalah regulasi.

Risiko masalah perilaku paling tinggi di antara bayi yang mengalami masalah dalam beberapa kategori. Paling umum, masalah-masalah ini terkait dengan ADHD dan masalah perilaku eksternal seperti perilaku agresif atau destruktif dan atau marah-marah.

ADHD adalah gangguan perilaku yang ditandai oleh impulsif, hiperaktif, dan kurang perhatian.

Sejumlah bayi yang berada pada risiko terbesar untuk masalah perilaku sebagai anak-anak, juga lebih mungkin berasal dari keluarga bermasalah. Termasuk mereka yang memiliki masalah psikososial dan masalah berinteraksi satu sama lain.

Baca Juga: Ketahui Panduan Pola Asuh Anak ADHD yang Tepat

Apa Itu Menangis Berlebihan?

SehatQ--Kenali-Kolik-pada-Bayi,-Penyebab-Bayi-Menangis-Tanpa-Sebab-Hero.jpg
Foto: SehatQ--Kenali-Kolik-pada-Bayi,-Penyebab-Bayi-Menangis-Tanpa-Sebab-Hero.jpg

Semua bayi menangis dan terkadang sulit untuk menenangkan mereka. Menangis berlebihan mengacu pada serangan tangis yang intens dan tanpa alasan yang jelas dalam tiga bulan pertama kehidupan.

Bayi yang susah tidur juga mengalami kesulitan untuk menetap di waktu tidur dan tidak tidur sepanjang malam tanpa gangguan. Dalam studi tersebut, masalah makan ditandai dengan muntah, penolakan makanan, sedikit nafsu makan, atau masalah menelan.

"Dulu bayi rewel disebut kolik, sekarang apa yang dulu diterima sebagai kolik sering didiagnosis sebagai gejala refluks ringan dan diobati. Banyak bayi yang menghabiskan banyak waktu dengan mudah tersinggung merespons perawatan ini dengan cepat," kata Penny Glass, PhD, seorang psikolog perkembangan di Children's National Medical Center di Washington, DC.

Jika Moms khawatir dengan kondisi Si Kecil, Glass menyarankan agar segera menemui dokter anak. Karena mungkin itu adalah sesuatu yang mudah diobati, seperti refluks ringan.

Gejala ADHD pada Bayi

Bayi-Menangis-Hero.jpg
Foto: Bayi-Menangis-Hero.jpg

Menurut American Academy of Pediatrics, sebagian besar ahli sepakat bahwa kecenderungan untuk mengembangkan ADHD ada sejak lahir, namun perilaku ADHD sering tidak diperhatikan sampai anak-anak memasuki sekolah dasar.

Namun, memang tidak semua bayi yang mengalami ADHD menunjukkan gejala. Ada tanda-tanda awal yang harus diperhatikan jika Moms mencurigai perilaku Si Kecil memerlukan bantuan dokter atau tenaga spesialis. Berikut hal-hal yang bisa menjadi tanda dan gejala ADHD pada bayi.

1. Susah Ditenangkan

Gejala ADHD pada bayi yang pertama adalah susah ditenangkan. Bayi dengan ADHD biasanya membutuhkan lebih banyak perhatian dan perawatan daripada yang lainnya. Mereka sering tertekan, dan tidak nyaman. Ini bisa melibatkan menangis kolik atau berlebihan yang tidak dapat dihilangkan ketika tidak ada masalah yang tampak.

Orang tua dari bayi ADHD telah melaporkan bahwa bayi mereka juga perlu dipegang, dimanja, atau diayun. Untuk orang tua yang pekerjaannya adalah pengasuh utama untuk bayi dengan ADHD, hal ini bisa melelahkan dan sepertinya tidak ada habisnya.

2. Kegelisahan yang ekstrem

Gejala ADHD pada bayi yang berikutnya adalah gelisah. Sejumlah gejala mulai dari tidak bisa tertidur atau tetap tidur dan pola tidur yang buruk sampai menjadi menggeliat dan susah ditenangkan pada jam-jam bangun mereka, adalah umum.

Selain perilaku ini, bayi gelisah mungkin sulit untuk diberi makan atau mengalami kesulitan menerima susu formula bayi.

Baca Juga: 5 Pilihan Aktivitas Esktrakurikuler Terbaik Untuk Anak ADHD

3. Amukan

Banyak ibu yang mengakui bahwa amukan dimulai sebelum bayi mereka tumbuh menjadi balita. Ini bisa menjadi salah satu adanya gejala ADHD pada bayi. Bayi dengan ADHD khususnya diketahui memiliki masalah dengan temperamen.

Melempar satu atau kedua kaki mereka, menendang dan berteriak ke samping, bayi-bayi ADHD mungkin juga terlibat dalam perilaku yang lebih mengganggu seperti menggoyang-goyangkan berlebihan di tempat tidur bayi atau kursi bayi mereka.

Namun, yang paling menyedihkan adalah mereka membenturkan kepalanya ke boks bayi atau permukaan keras lainnya.

Karena gejala ADHD pada bayi sering kali merupakan perilaku umum pada bayi, gejala-gejala ini lebih cenderung berlanjut, sementara perilaku yang sama menghilang pada anak-anak lain pada usia yang sama.

Yang terpenting, bicarakan dengan dokter ya Moms, jika perilaku ini konsisten atau tetap ada saat Si Kecil tumbuh hingga usia balita.

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb