19 Agustus 2018

Gemuk Belum Tentu Sehat, Waspadai Dampak Buruk Bayi Obesitas

Terlihat menggemaskan, tapi ternyata berbahaya bagi bayi
Gemuk Belum Tentu Sehat, Waspadai Dampak Buruk Bayi Obesitas


Siapapun pasti suka melihat bayi gemuk dengan pipi gembil, tangan dan paha seperti roti sobek, dan perut buncit.

Gemuk memang jadi salah satu acuan orang untuk menilai lucu tidaknya bayi. Semakin gemuk dan gembilnya bayi, semakin banyak juga yang menyebutnya lucu.

Tapi, tahukah Moms, bayi-bayi dengan bobot tubuh besar itu bisa saja merupakan tanda-tanda obesitas? Jika sudah masuk obesitas, bisa dipastikan bahwa bayi tersebut tidak sehat.

Belakangan, istilah obesitas bayi sedang hangat diperbincangkan. Banyak orang tua yang mulai khawatir anaknya mengalami obesitas di usia yang masih sangat kecil.

Baca Juga : Yuk, Berikan Gizi Anak Sesuai Usianya

Mengapa Obesitas Pada Bayi Berbahaya?

shutterstock 785448628
Foto: shutterstock 785448628

Bayi gemuk memang menggemaskan ya Moms. Di usia pertumbuhannya, bayi memang membutuhkan banyak lemak untuk bisa tumbuh dengan baik.

Namun, jika Si Kecil terlalu gemuk karena kelebihan lemak, dampaknya bisa sangat buruk untuk kesehatan.

Dikutip dari Nursingdegree.net, obesitas bayi merupakan dasar dari kondisi kesehatan yang tidak baik di usia anak dan dewasa mereka kelak.

Bayi yang berat badannya naik secara signifikan secara terus menerus bisa terancam mengalami obesitas di usia 3 tahun. Itu artinya, bertambahnya berat badan di usia bayi bisa mengarah kepada obesitas, bukan hanya di usia anak, tapi juga di usia dewasa.

Beberapa penelitian melaporkan bahwa pola makan yang terbentuk sejak dini sekitar usia 3 bulan dapat memprediksi kemungkinan obesitasnya di masa depan.

Obesitas di masa kanak-kanak kerap diasosiasikan dengan dampak buruknya di masa dewasa, seperti tekanan darah tinggi, gangguan tidur, puber dini, dan diabetes.

Obesitas yang terus berlanjut juga bisa mengarah kepada penyakit jantung, kanker, dan stroke.

Tanda-Tanda Obesitas pada Bayi dan Bagaimana Penanganannya

shutterstock 311146907
Foto: shutterstock 311146907

Dokter anak akan membantu Moms mengecek body mass index (BMI) Si Kecil untuk bisa menentukan apakah Si Kecil mengalami obesitas atau tidak. BMI hasil perhitungan itu disandingkan dengan tabel pertumbuhan anak sesuai dengan usianya.

Jika ada ketidaksesuaian dan Si Kecil dinyatakan berisiko mengalami obesitas, dokter anak juga yang akan memberikan Moms arahan. Dokter anak biasanya akan mengarahkan orang tua untuk mempertahankan berat badan anak alih-alih menurunkannya.

Dengan menjaga berat badan, Si Kecil yang terus berkembang akan memiliki poin BMI yang lebih rendah dari sebelumnya dan menjadi lebih sehat karena semakin mendekati berat badan normal sesuai dengan usianya.

Cara menjaga berat badan yang disarankan dokter anak biasanya berupa asupan makanan sehat tanpa makan berlebihan dan memperbanyak aktivitas fisik.

Bagaimana Obesitas pada Bayi Bisa Terjadi?

shutterstock 80947540
Foto: shutterstock 80947540

Dikutip dari Mayoclinic.org, ada dua faktor yang mempengaruhi terjadinya obesitas pada anak, yakni genetik dan hormonal. 

Adapun obesitas pada bayi biasanya terjadi karena banyak makan tetapi tidak dibarengi dengan aktivitas fisik yang cukup.

Karena itu, penting bagi orang tua untuk peka melihat obesitas bayi. Dengan begitu, orang tua bisa langsung mengambil tindakan untuk mengubah gaya hidup demi mengurangi risiko berat badan Si Kecil terus naik tidak wajar.

Baca Juga : Kapan Gula Garam Boleh Ditambahkan pada Makanan untuk Bayi?

Bagaimana Mencegah Obesitas Pada Bayi?

shutterstock 390433933
Foto: shutterstock 390433933

Moms, obesitas bayi sebetulnya bisa dicegah. Banyak cara yang bisa Moms lakukan bahkan sejak saat Moms sedang mengandung. Apa saja? Cari tahu yuk!

1. Pertambahan berat badan normal saat hamil

Sebuah studi menunjukkan bahwa pertambahan berat badan berlebihan saat hamil menjadi salah satu faktor yang memicu terjadinya obesitas bayi.

Pastikan Moms selalu rutin melakukan kontrol ke dokter kandungan untuk memonitor pertambahan berat Moms dan Si Kecil.

2. Menyusui

Menyusui punya banyak sekali keunggulan, salah satunya mengajarkan bayi untuk makan sesuai kebutuhan.

Memberikan ASI tanpa jadwal atau takaran tertentu membuat Si Kecil belajar bahwa saat kenyang, dia harus berhenti makan.

3. Belajar tanda-tanda bayi kenyang

Mengajari Si Kecil untuk berhenti menyusu saat kenyang memang tidak mudah. Cara terbaik adalah Moms mempelajari tanda-tanda Si Kecil kenyang.

Jika dia sudah cukup kenyang, Moms bisa berhenti menyusui. Hindari Si kecil kekenyangan ya Moms. Itu tidak akan mengajarkannya kebiasaan untuk berhenti makan saat kenyang.

4. Hindari memberi MPASI dini

Sebuah studi yang dilakukan Harvard menemukan bahwa bayi yang diberikan MPASI dini sekitar usia 4 tahun punya risiko terkena obesitas di usia 3 tahun lebih besar dari bayi lainnya. American Academy of Pediatric merekomendasikan pemberian makanan pada pertama pada usia 6 bulan.

5. Ajak Melakukan Aktivitas Fisik

Umumnya bayi sangat senang saat mereka bergerak. Tapi ada saja bayi yang kurang aktif dan butuh stimulasi untuk bergerak.

Ajaklah Si Kecil untuk tummy time. Taruh Si Kecil di lantai dan putarkan musik. Moms juga bisa ikut menari agar Si Kecil tertarik untuk bergerak

Itulah beberapa hal yang harus Moms ketahui mengenai obesitas bayi. Semoga bermanfaat!

(AND)

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb