21 Februari 2023

Glaukoma, Kerusakan Saraf Mata yang Tidak Dapat Disembuhkan

Glaukoma bisa juga menyerang anak-anak dan bayi, lho Moms
Glaukoma, Kerusakan Saraf Mata yang Tidak Dapat Disembuhkan

Dilansir dari American Academy of Ophthalmology, glaukoma adalah penyakit kerusakan saraf optik mata.

Hal ini biasanya terjadi ketika cairan menumpuk di bagian depan mata. Cairan ekstra itu meningkatkan tekanan di mata, lalu merusak saraf optik.

Kelainan mata ini bisa dikatakan sebagai salah satu penyebab utama kebutaan bagi orang berusia di atas usia 60 tahun.

Namun, kondisi ini sebenarnya dapat terjadi pada semua usia, hanya saja lebih sering terjadi pada orang dewasa yang lebih tua.

Bahkan, kelainan mata ini kerap kali tidak memiliki tanda-tanda peringatan, lho Moms.

Efeknya sangat bertahap sehingga Moms mungkin tidak melihat perubahan penglihatan hingga kondisi mata sampai pada stadium lanjut.

Baca Juga: Mata Buram, Yuk Cari Tahu Gejala, Penyabab, dan Cara Mencegah Moms!

Gejala Glaukoma

Glaukoma
Foto: Glaukoma (Orami Photo Stock)

Gejala yang ditimbulkan dari kondisi ini, berbeda berdasarkan dari tipenya. Ada 2 tipe glaukoma berdasarkan onset penyakitnya:

1. Tipe Kronis

Glaukoma tipe ini tidak menimbulkan gejala, dan dikenal juga sebagai “pencuri penglihatan”.

Pasien umumnya baru mengeluh penglihatan terganggu apabila sudah terjadi penyempitan lapang pandang yang ekstrim, seperti mengintip lubang kunci.

Gejala yang mungkin terjadi adalah sering tersandung dan/atau menabrak, atau tidak melihat objek yang datang dari arah samping kanan atau kiri pasien.

2. Tipe Akut

Tipe ini terjadi secara mendadak akibat peningkatan tekanan bola mata seketika.

Gejalanya bisa berupa rasa sakit, penglihatan kabur, dan mata merah secara tiba-tiba. Kadang kala apabila sakit sangat hebat, dapat menimbulkan mual dan muntah.

Secara umum, kedua tipe glaukoma ini akan tetap mengalami progresivitas penurunan penglihatan, walaupun sudah diterapi, karena penyebab pastinya yang belum diketahui.

Baca Juga: Latihan dan Gerakan Senam Mata Minus, Coba Yuk Moms!

Gejala Glaukoma dari Anak-Anak hingga Dewasa

Gejala Glaukoma
Foto: Gejala Glaukoma (Orami Photo Stocks)

Seperti yang sudah Moms ketahui, kondisi ini tidak hanya menyerang orang dewasa di atas 40 tahun atau lansia saja, melainkan bisa menyerang dari segala usia.

Simak penjelasan gejala glaukoma menurut dr. Astrianda Nadya Suryono, Sp. M, Subsp. G Dokter Spesialis Ilmu Kesehatan Mata Subspesialis Glaukoma, RS Pondok Indah, Jakarta Selatan.

1. Gejala untuk Anak Bayi

Untuk anak atau bayi, gejala yang umum adalah besarnya bola mata saat baru lahir atau saat usia bayi.

Gejala ini juga dapat disertai dengan mata yang berair dan Si Kecil yang sering kali menyipitkan mata karena penglihatan yang silau.

2. Gejala untuk Orang Dewasa

Untuk orang dewasa, gejala penyakit dapat bervariasi, tergantung pada tipe yang dialami.

Penyakit glaukoma kronis umumnya tidak bergejala, tetapi pada penderita kronis stadium lanjut dapat ditandai dengan seringnya tersandung dan menabrak, serta keluhan penglihatan yang buram dan berat.

Sementara itu, penyakit glaukoma akut umumnya ditunjukkan dengan rasa sakit yang hebat di mata dan kepala.

Selain itu disertai juga dengan penglihatan yang buram dan mata merah yang terjadi secara mendadak.

Penderita glaukoma akut terkadang juga mengalami mual dan muntah, penglihatan yang silau dan seolah melihat pelangi jika menatap sumber cahaya.

Baca Juga: Mengenal Strabismus, Kondisi Mata Juling pada Bayi

Penyebab Glaukoma

Glaukoma
Foto: Glaukoma (Orami Photo Stocks)

Sayangnya, hingga saat ini belum diketahui penyebab pasti dari kondisi ini, Moms.

Diketahui ada beberapa kelainan genetika pada tipe glaukoma tertentu (primer), tapi hubungan sebab akibatnya masih belum jelas.

“Faktor risiko utama yang dikaitkan dengan terjadinya glaukoma adalah tekanan bola mata yang tinggi,” kata dr. Astrianda.

Hal ini tidak dapat diartikan secara sederhana dan dikaitkan dengan ketahanan saraf optik per individu terhadap tekanan tersebut.

Tekanan bola mata tertentu dapat menyebabkan glaukoma dan perburukan kondisi.

Kondisi lain yang menjadi faktor risiko adalah penyakit diabetes melitus, darah tinggi, kelainan refraksi tertentu, ras Asia, dan jenis kelamin wanita.

Adapun beberapa hal diketahui dapat menyebabkan glaukoma sekunder, yakni:

  • Penggunaan obat steroid jangka panjang atau berulang
  • Katarak yang terlalu tebal dan lanjut
  • Peradangan di dalam bola mata
  • Komplikasi operasi mata lain
  • Komplikasi penyakit sistemik seperti diabetes melitus, hipertensi, dan lain-lain

Baca Juga: Mengulik Ulkus Kornea, Infeksi yang Membuat Mata Merah dan Membengkak

Faktor Risiko Glaukoma

Faktor Risiko Glaukoma
Foto: Faktor Risiko Glaukoma (Orami Photo Stocks)

Orang-orang dengan riwayat anggota keluarga lain yang menderita glaukoma mempunyai risiko lebih tinggi menderita penyakit yang sama.

Oleh sebab itu sebaiknya segera memeriksaan mata secara rutin, khususnya jika sudah berusia di atas 40 tahun.

Faktor risiko lainnya adalah:

  • Usia tua (lebih dari 40 tahun)
  • Kelainan refraksi (miopia dan hipermetropia)
  • Menderita penyakit diabetes melitus
  • Memiliki kondisi medis tertentu, seperti penyakit jantung, tekanan darah tinggi dan anemia sel sabit
  • Memiliki kornea yang tipis di tengah
  • Memiliki tekanan mata internal yang tinggi (tekanan intraokular)
  • Pernah mengalami cedera mata atau jenis operasi mata tertentu
  • Menggunakan obat kortikosteroid, terutama obat tetes mata dalam waktu lama

Apabila Moms termasuk dalam kategori yang memiliki faktor risiko tersebut, sebaiknya segera lakukan pemeriksaan mata rutin sebagai antisipasi, ya.

Baca Juga: Mengenal Degenerasi Makula, Kondisi Hilangnya Penglihatan Mata di Usia Lanjut

Diagnosis Glaukoma

Diagnosis Glaukoma
Foto: Diagnosis Glaukoma (Istockphoto)

Dikutip dari WebMD, tes glaukoma tidak menimbulkan rasa sakit dan tidak memakan waktu lama. Dokter mata biasanya akan menguji penglihatan Moms.

Dokter akan menggunakan obat tetes untuk melebarkan pupil Moms dan memeriksa mata. Mereka akan memeriksa saraf optik untuk mengidentifikasi tanda-tandanya.

Selain itu, dokter mungkin akan mengambil foto sehingga mereka dapat melihat perubahan pada kunjungan Moms berikutnya.

Dokter juga akan melakukan tes yang disebut tonometri untuk memeriksa tekanan mata, serta melakukan tes bidang visual untuk melihat apakah Moms kehilangan penglihatan tepi.

Jika dokter mencurigai adanya glaukoma, mereka mungkin memesan tes pencitraan khusus saraf optik untuk Moms.

Baca Juga: Mengenal Kalazion, Benjolan di Kelopak Mata

Pengobatan Glaukoma

Pengobatan Glaukoma
Foto: Pengobatan Glaukoma (Orami Photo Stocks)

Cara mengatasi glaukoma jika sudah diketahui ada glaukoma, maka perlu dilakukan pemantauan rutin seumur hidup.

Hal ini dilakukan untuk memonitor tekanan bola mata dan fungsi saraf mata. Prinsip penatalaksanaan glaukoma adalah mempertahankan fungsi penglihatan dan kualitas hidup.

Faktor tekanan bola mata masih merupakan faktor risiko yang diketahui mendukung perkembangan dan memperberat penyakit glaukoma.

Oleh sebab itu, untuk memperlambat progresivitas, cara mengatasi penyakit mata ini adalah dengan menjaga tekanan bola mata senormal mungkin.

“Tekanan bola mata dapat diturunkan dengan obat-obat tetes dan minum, dengan tindakan laser, dan pembedahan,” tutur dr. Astrianda Nadya Suryono.

Tipe pembedahan antara lain adalah pembuatan saluran secara manual atau dengan menanamkan implan di bola mata.

Baca Juga: Pterygium, Kondisi Munculnya Selaput Lendir di Atas Kornea Mata

Cara Mencegah Glaukoma

Berikut cara yang dapat diterapkan sebagai upaya pencegahan terjadinya glaukoma.

1. Pemeriksaan Mata Rutin

Cara Mencegah Glaukoma
Foto: Cara Mencegah Glaukoma (medicalnewstoday.com)

Cara pencegahan pertama dari penyakit mata ini adalah dengan deteksi dini, memeriksakan mata secara rutin tanpa menunggu ada gejala.

“Jika sudah terdeteksi/terkonfirmasi glaukoma, dapat dilakukan pemeriksaan mata secara rutin untuk pemantauan fungsi penglihatan dan tekanan bola mata secara berkala, seumur hidup,” jelas dr. Astrianda Nadya Suryono.

Sebagai aturan umum, American Academy of Ophthalmology merekomendasikan untuk melakukan pemeriksaan mata yang komprehensif setiap:

  • 5 sampai 10 tahun sekali jika berusia di bawah 40 tahun
  • 2 hingga 4 tahun sekali jika berusia 40 hingga 54 tahun
  • 1 hingga 3 tahun sekali jika berusia 55 hingga 64 tahun
  • 1 hingga 2 tahun sekali jika berusia lebih dari 65 tahun

Jika Moms berisiko terkena penyakit ini, perlu melakukan pemeriksaan lebih sering. Mintalah dokter untuk merekomendasikan jadwal skrining yang tepat untuk Moms.

Baca Juga: Penyebab Mata Terasa Mengganjal dan Cara Mengatasinya

2. Ketahui Riwayat Kesehatan Mata Keluarga

Menurut jurnal Ophtalmic Molecular Genetics yang diterbitkan pada Desember 1998, kerabat pasien dengan glaukoma memiliki peningkatan risiko glaukoma yang kuat.

Maka, sudah sangat jelas bahwa penyakit ini cenderung diturunkan dalam keluarga. Jadi, apabila Moms berisiko tinggi, sebaiknya melakukan skrining lebih sering.

3. Berolahraga dengan Aman

Olahraga teratur dapat membantu menurunkan tekanan mata dan menjaga aliran darah ke saraf di mata.

Namun, sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter tentang program latihan yang tepat karena beberapa aktivitas fisik mungkin dapat meningkatkan tekanan.

Baca Juga: 7 Rekomendasi Produk Vitamin Mata yang Bagus untuk Dewasa dan Anak

4. Menggunakan Obat yang Telah Diresepkan

Cara Mencegah Glaukoma
Foto: Cara Mencegah Glaukoma (Orami Photo Stocks)

Obat tetes mata khusus dapat mengurangi risiko tekanan mata tinggi secara signifikan yang akan berkembang menjadi glaukoma.

Agar efektif, obat tetes mata yang diresepkan oleh dokter perlu digunakan secara teratur bahkan jika Moms tidak memiliki gejala.

Apabila dokter juga memberikan obat lain yang dianjurkan untuk diminum, pastikan Moms tidak melewatkannya, ya.

Baca Juga: Tak Kalah Penting, Simak 6 Cara Menjaga Kesehatan Mata!

5. Gunakan Pelindung Mata

Cedera mata yang serius dapat menyebabkan glaukoma.

Oleh sebab itu, Moms sebaiknya mengenakan pelindung mata saat menggunakan perkakas listrik atau bermain olahraga raket berkecepatan tinggi di lapangan tertutup.

Saat memilih riasan mata, gunakan merek non-alergi, dan sering-sering mengganti riasannya ya, Moms. Apalagi jika sudah kedaluwarsa.

Pastikan juga untuk memakai kacamata hitam di luar ruangan, terutama di musim panas atau di sekitar permukaan yang sangat silau seperti pasir, salju, dan air.

Apakah Glaukoma Bisa Disembuhkan?

Apakah Glaukoma Bisa Disembuhkan?
Foto: Apakah Glaukoma Bisa Disembuhkan? (Coach.nine.com.au)

Pasti Moms dan Dads pernah bertanya-tanya, apakah kondisi ini bisa disembuhkan atau tidak?

Nah, menurut penjelasan dr. Astrianda, kondisi ini tidak dapat disembuhkan.

"Glaukoma merupakan kondisi gangguan penglihatan akibat adanya kerusakan sel saraf mata.

Sel-sel ini tidak memiliki daya regenerasi sehingga jika terjadi kerusakan, tidak dapat disembuhkan atau diobati," jelasnya.

Seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya, mengonsumsi obat-obatan hanya untuk mengurangi kondisi semakin parah dan tidak bisa sepenuhnya sembuh.

"Tidak ada istilah sembuh pada penyakit glaukoma. Glaukoma dapat dikatakan stabil atau terkendali jika tekanan bola mata sudah normal setelah pasien menjalani terapi obat-obatan atau operasi glaukoma," pungkas dr. Astrianda.

Perlu Moms dan Dads ketahui, bahwa pengobatan dan pengawasan dokter untuk mengendalikan penyakit ini harus dilakukan seumur hidup karena tidak dapat disembuhkan.

Pengobatan dan pengawasan dokter harus berkesinambungan seumur hidup penderitanya.

Pemeriksaan tekanan bola mata dan saraf dilakukan secara berkala untuk mengantisipasi progresivitas penyakit yang mungkin membutuhkan terapi atau tindakan tambahan.

Nah, itulah beberapa hal yang perlu Moms ketahui tentang glaukoma.

Jadi, meskipun lebih banyak menyerang kelompok usia di atas 40 tahun, penyakit ini juga bisa terjadi pada kelompok usia lain. Maka, selalu lakukan pencegahan, ya.

  • https://www.aao.org/eye-health/diseases/what-is-glaucoma
  • https://www.webmd.com/eye-health/glaucoma-eyes
  • https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/glaucoma/symptoms-causes/syc-20372839
  • https://jamanetwork.com/journals/jamaophthalmology/fullarticle/264654

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb