09 Oktober 2023

6 Jenis Imunisasi Ibu Hamil, Manfaat serta Waktu Pemberian!

Lindungi diri dan bayi dengan mendapatkan imunisasi yang aman untuk ibu hamil
6 Jenis Imunisasi Ibu Hamil, Manfaat serta Waktu Pemberian!

Moms, pentingnya imunisasi ibu hamil terletak pada efektivitasnya dalam melindungi bayi sejak masih di kandungan.

Kekebalan yang Moms miliki, menjadi perisai pertama bagi bayi dalam menghadapi berbagai penyakit.

"Selama bulan-bulan terakhir kehamilan, ibu hamil menghasilkan dan mentransfer banyak antibodi ke bayi.

Proses vaksinasi meningkatkan jumlah antibodi tersebut," ujar Dr. Sharon Nachman, MD, kepala divisi penyakit menular anak di Rumah Sakit Anak Stony Brook, dikutip dari Parents.

Dr. Sharon menegaskan ada tiga jenis vaksin: Virus hidup, Virus mati, dan Toksoid.

Masing-masing memiliki fungsi khusus dalam memperkuat imunitas.

Oleh karena itu, sangat disarankan bagi Moms untuk berkonsultasi dengan dokter tentang pilihan vaksin yang cocok.

Penting untuk diketahui, vaksin terbuat dari protein aman yang telah diolah.

Namun, ibu hamil sebaiknya menghindari imunisasi dengan virus hidup, contohnya vaksin campak, gondok, dan rubella (MMR) karena risikonya bagi bayi.

Sebaliknya, vaksin dari virus mati atau toksoid, seperti influenza atau suntikan tetanus/difteri/pertusis (Tdap), terbukti aman bagi ibu hamil.

Yuk, ketahui lebih lanjut soal imunisasi ibu hamil, di sini, Moms!

Baca juga: Vaksin Prevenar Untuk Bayi, Apa Fungsinya?

Jenis Imunisasi Ibu Hamil

Ibu Hamil di Suntik (Orami Photo Stock)
Foto: Ibu Hamil di Suntik (Orami Photo Stock)

Menurut The Pediatric Infectious Disease Journal, imunisasi ibu hamil sangat penting untuk melindungi dan mencegah janin serta bayi dari infeksi.

Masih ada yang belum mengetahui bahwa imunisasi yang dibuat dari virus mati biasanya aman untuk diberikan kepada ibu hamil.

Namun, dokterlah yang akan membantu menentukan jenis imunisasi yang paling sesuai. Pasalnya, Moms tidak dapat memprediksi kondisi bayi pasca kelahiran.

"Hal terburuk adalah seorang bayi terkena salah satu penyakit yang menghancurkan ini karena seorang ibu tidak divaksinasi dengan benar," kata Sharon.

Jadi, apa saja imunisasi ibu hamil yang aman?

1. Vaksin Influenza

Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menyarankan semua ibu hamil untuk divaksinasi flu selama musim flu, antara November hingga Maret.

Suntikan flu terbuat dari virus yang sudah mati, jadi aman untuk Moms dan bayi.

Ibu hamil yang terserang flu, terutama selama paruh kedua kehamilan, lebih mungkin menderita gejala atau komplikasi parah seperti pneumonia dibandingkan perempuan lain.

Bahkan kasus flu sedang, dapat mengakibatkan demam, sakit kepala, nyeri otot, sakit tenggorokan, dan batuk.

Sebagian besar gejala ini akan berlangsung sekitar empat hari, meskipun batuk dan kelelahan dapat berlangsung selama 2 minggu atau lebih.

Tentu saja ini akan mengganggu kehamilan, yang akan dirasakan juga oleh janin.

Imunisasi ibu hamil jenis ini sangat aman selama masa kehamilan, bahkan untuk janin di dalam kandungan karena dibuat dari virus mati.

Namun, sebaiknya tidak menggunakan vaksinasi flu dengan semprotan hidung "FluMist" karena ini dibuat dari virus hidup.

2. Tetanus Tetanus / Difteri / Pertusis (Tdap)

Moms, karena meningkatnya pertusis atau batuk rejan di Amerika, rekomendasi mengenai vaksin Tdap diperbarui sejak Juni 2013.

Jika diperlukan, imunisasi ibu hamil jenis tetanus / difteri booster (Td) bisa diberikan, termasuk pertusis.

Batuk rejan atau pertusis termasuk salah satu jenis batuk yang mudah sekali menular apalagi bila imun tubuh ibu hamil sedang menurun.

Melansir Clinical Practice Guideline Journal, Tdap dapat diberikan kapan saja selama kehamilan, meskipun akan lebih baik dilakukan antara usia 27 dan 36 minggu kehamilan.

Tetanus yang juga disebut lockjaw, adalah penyakit pada sistem saraf pusat yang menyebabkan kejang otot yang menyakitkan.

Bakteri penyebab tetanus dapat ditemukan di tanah dan kotoran hewan.

Penyakit ini dapat memasuki aliran darah melalui luka di kulit, jadi konsultasikan dengan dokter jika mendapatkan luka yang dalam atau kotor.

Jika tertular saat hamil, tetanus bisa menyebabkan kematian janin.

Difteri adalah infeksi saluran pernapasan yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan, kelumpuhan, koma, bahkan kematian.

Meski jarang terjadi, tetapi Moms perlu suntikan penguat setiap 10 tahun.

Jika tidak, kekebalan tubuh akan berkurang.

Pertusis merupakan penyakit bakteri yang sangat menular, bahkan bisa berakibat fatal pada bayi dan ditandai dengan batuk yang dalam dan berbunyi seperti ‘teriakan’ bernada tinggi.

Baca juga: Segudang Manfaat Jalan Pagi untuk Ibu Hamil, Baik untuk Ibu dan Janin!

3. Imunisasi Hepatitis B

Hepatitis B adalah infeksi virus yang menyebabkan peradangan hati, mual, kelelahan, dan penyakit kuning seperti kulit dan mata menguning.

Dalam beberapa kasus, ini dapat menyebabkan penyakit hati kronis, kanker hati, dan kematian.

Ibu hamil dengan hepatitis B dapat menularkan infeksi kepada bayinya selama persalinan.

Tanpa pengobatan yang tepat, bayi memiliki risiko tinggi untuk tertular penyakit hati yang serius saat dewasa.

Imunisasi ibu hamil jenis ini dapat dilakukan setelah melakukan tes hepatitis B.

Jika setelah menjalani tes dan tidak terbukti positif hepatitis B, Moms bisa menjalani imunisasi.

Untuk pemberian imunisasi, Moms bisa berkonsultasi dengan dokter setelah selesai melakukan serangkaian tes tersebut.

Umumnya, vaksin diberikan dalam 3 dosis dan semua merek dianjurkan untuk digunakan pada ibu hamil, kecuali Heplisav-B.

Penting juga, agar bayi baru lahir mendapat vaksinasi HepB dalam waktu 24 jam setelah lahir.

4. Vaksin Hepatitis A

Imunisasi ibu hamil jenis ini melindungi dari penyakit hati yang menyebar melalui makanan atau air yang terkontaminasi.

Gejalanya berupa demam, kelelahan, dan mual.

Biasanya tidak seserius penyakit versi B, dan penyakit ini tidak akan memengaruhi bayi yang belum lahir.

Dalam kasus yang jarang terjadi, hepatitis A dapat menyebabkan persalinan prematur dan infeksi pada bayi baru lahir.

Meski keamanan vaksin ini belum ditentukan, tetapi karena diproduksi dari virus mati, risikonya cenderung rendah.

Melansir immunize.org, pemberian vaksin hepatitis A untuk ibu hamil diberikan pada mereka yang memiliki faktor risiko spesifik.

Misalnya memiliki penyakit hati yang kronis atau yang tinggal bersama dengan penderita hepatitis A lainnya. 

Namun, langkah terbaik adalah mendapatkan vaksin hepatitis A sebelum kehamilan.

Vaksin hepatitis A diberikan dalam dua kali dosis dengan rentang jarak enam hingga 18 bulan. 

Dokter akan mendiagnosis dan mempertimbangkan perlu atau tidaknya pemberian vaksin hepatitis A saat hamil dengan melihat manfaat dan risikonya.

Konsultasikan tentang pemberian vaksin hepatitis A ini kepada dokter, ya.

5. Vaksin Meningitis

Meningitis adalah kondisi yang disebabkan oleh peradangan pada selaput pelindung otak dan saraf tulang belakang.

Penyebab utamanya meliputi virus, bakteri, jamur, dan parasit.

Gejala-gejalanya mulai dari demam, sakit kepala hebat, hingga kaku kuduk.

Penting bagi Moms untuk mengetahui bahwa vaksin meningitis saat hamil bisa menjadi langkah pencegahan efektif.

Menurut data dari Meningococcal Vaccination in Pregnancy, vaksinasi meningitis untuk ibu hamil telah terbukti sukses dalam mencegah infeksi pada bayi yang baru lahir.

6. Vaksin Pneumokokus

Jika Moms memiliki kondisi kronis tertentu seperti diabetes atau penyakit ginjal.

Dokter mungkin akan merekomendasikan imunisasi pneumokokus, yang melindungi dari beberapa bentuk pneumonia .

Meskipun potensi bahaya pada bayi yang belum lahir tidak diketahui, para peneliti percaya bahwa risikonya rendah.

Baca juga: Hamil Menjelang Menopause, Mungkinkah?

Infeksi tertentu yang berbahaya selama kehamilan, ternyata dapat dicegah dengan imunisasi. Apa saja...

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb