13 April 2020

3 Bahaya Plasenta Previa dan Tandanya, Waspada!

Kenali tandanya, waspadai bahayanya Moms
3 Bahaya Plasenta Previa dan Tandanya, Waspada!

Plasenta atau ada juga yang mengenalnya dengan ari-ari adalah struktur yang berkembang di dalam rahim selama kehamilan, yang bertugas menyediakan oksigen dan nutrisi untuk bayi. Plasenta terhubung langsung ke bayi melalui tali pusat.

Sedangkan plasenta previa adalah kondisi di mana plasenta bayi sebagian atau seluruhnya menutupi serviks ibu.

Normalnya, pada awal kehamilan plasenta memang berada di bagian bawah rahim. Seiring pertambahan usia kehamilan dan perkembangan rahim, plasenta seharusnya akan bergerak ke atas.

Namun, jika seseorang mengalami kelainan plasenta previa, posisi plasenta tetap berada di bawah rahim sampai memasuki trimester ketiga kehamilan.

Selain membuat bayi tidak dapat keluar dari jalur lahir, ternyata ada banyak bahaya plasenta previa yang akan dirasakan baik oleh ibu maupun bayi di dalam janin.

Menurut American Pregnancy Association, kondisi plasenta previa ini dialami oleh 1 dari 200 ibu hamil pada trimester ketiga mereka.

Baca Juga: Mengenal Plasenta Previa yang Menutupi Jalan Lahir Bayi, Bagaimana Mengatasinya?

Tanda-tanda Plasenta Previa

listicle 1.jpg
Foto: listicle 1.jpg

Foto: pampers.com

Tanda yang paling umum dari plasenta previa adalah pendarahan tanpa rasa sakit pada trimester kedua kehamilan. Pendarahan bisa dalam jumlah banyak atau sedikit, dan bisa juga muncul setelah berhubungan intim.

Dalam beberapa kasus, pendarahan kadang disertai pula dengan kontraksi atau kram perut.

Bahaya dari Plasenta Previa

listicle 2.jpg
Foto: listicle 2.jpg

Foto: thebump.com

"Ketika Anda memiliki plasenta yang terletak di atas leher rahim atau sangat dekat dengan serviks saat persalinan dimulai, banyak bahaya yang dapat mengancam kesehatan bahkan kehidupan janin dan ibu," ungkap dr. James Bernasko, seorang obgyn di divisi kedokteran ibu-janin Rumah Sakit Universitas Stony Brook di New York seperti dikutip pada foxnews.com.

Seperti yang dinyatakan oleh dr. Bernasko, ternyata banyak sekali bahaya plasenta previa, bukan hanya untuk janin tapi juga ibunya.

Baca Juga: Yuk Cari Tahu Gejala dan Cara Menangani Plasenta Previa saat Hamil

Berikut bahaya plasenta previa yang bisa terjadi pada ibu dan janin:

1. Kehilangan Banyak Darah

Bahaya plasenta previa yang pertama adalah kehilangan banuak darah. Para ahli mengatakan bahwa pendarahan terjadi karena pada trimester ketiga, dinding rahim menjadi lebih tipis untuk mengakomodasi pertumbuhan janin.

Penipisan ini membuat plasenta meregang dan merobek dinding rahim, sehingga menyebabkan perdarahan.

Pendarahan hebat juga bisa terjadi karena proses persalinan. Maka dari itu jika seorang ibu memiliki kelainan plasenta previa, dokter akan menyarankan untuk melakukan operasi caesar dan biasanya bayi dilahirkan prematur untuk mencegah pendarahan tersebut.

2. Kelahiran Prematur

Bahaya plasenta previa yang sleanjutnya adalah kelahiran prematur. Pendarahan hebat dapat menyebabkan operasi caesar darurat sebelum bayi mencapai cukup bulan. Sekitar 15 persen wanita dengan plasenta previa melahirkan sebelum usia kehamilan 34 minggu.

Ini menempatkan bayi pada bahaya plasenta previa yang terkait dengan kelahiran prematur, termasuk masalah pernapasan, berat badan lahir rendah, dan cedera kelahiran.

3. Hypoxic-Ischemic Encephalopathy (HIE)

Bahaya plasenta previa yang sleanjutnya adalah Hypoxic-ischemic encephalopathy (HIE). Ini adalah jenis kerusakan otak yang disebabkan oleh kondisi yang terjadi ketika janin tidak mendapat cukup oksigen saat di dalam kandungan.

Ini salah satu bahaya plasenta previa yang sangat merugikan janin.

Baca Juga: Hamil dengan Plasenta Previa Bisa Melahirkan Normal?

Biasanya dokter kandungan akan terus memonitor perkembangan janin sekaligus letak plasentanya. Jika pada trimester kedua Moms mengalami pendarahan, baik sedikit atau banyak, Moms akan segera diperiksa apakah mengalami plasenta previa atau tidak.

Jika pendarahan terus terjadi, Moms akan diminta untuk bedrest total baik di rumah atau bahkan di rumah sakit.

Jika keadaan ini sudah diketahui sejak awal kehamilan, dokter mungkin akan menyarankan Moms untuk tidak melakukan kegiatan yang melelahkan, melompat, jongkok, atau bahkan berhubungan seks.

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb