"Kenapa Sih Ma, Aku Harus Beresin Mainan?"

Seri: Menanamkan Tanggung Jawab Sejak Dini
"Kenapa Sih Ma, Aku Harus Beresin Mainan?"

Cerita Pengantar

'Lagi-lagi mainan berantakan,' keluh Mama Mora dalam hati sembari mengambil kotak mainan dan merapikannya satu per satu.

“Adekkkk… Kalau abis main dirapiin dong.. Mama cape deh setiap hari harus rapiin mainan kamu. Mana kalau sudah hilang, Mama yang ditanyain," Mama Mora mulai berteriak kepada Mimi (5 tahun).

Sementara Mimi hanya menengok sebentar dan kembali sibuk bermain lego.

"Adek… dengar Mama nggak sih?"

"Iya dengar…"

"Kenapa sih aku harus beresin mainan, Ma?" Mimi malah balik bertanya.


Halo Moms and Dads!

Apakah kisah Mama Mora dan Mimi menggambarkan situasi Anda di rumah bersama si kecil?

Moms and Dads akan mendapatkan jawabannya di dalam Seri Menanamkan Tanggung Jawab Sejak Dini. Apakah yang akan Anda pelajari ?

  1. Umur berapa sebaiknya Moms and Dads mengajarkan si kecil bertanggung jawab?
  2. Mengapa sudah diberitahu, tetap saja si kecil lupa melulu?
  3. Bagaimana menetapkan aturan dan konsekuensi jika si kecil melanggar?
  4. Apa yang boleh dan tidak boleh Moms and Dads lakukan saat mengajarkan tanggung jawab pada si kecil?


Bagian 1 : Umur Berapa Sebaiknya Saya Mulai Mengajarkan Si Kecil Bertanggung Jawab?

shutterstock_739341994.jpg
Foto: shutterstock_739341994.jpg

Moms and Dads, mengajarkan tanggung jawab kepada anak sudah bisa dimulai sejak usia batita. Diusia ini, anak sudah mulai mandiri dan mulai belajar tentang lingkungan tempat mereka tinggal.

  • Batita (18 bulan - 3 tahun)
    Menanamkan tanggung jawab untuk anak usia batita, bisa dimulai dengan memberitahu untuk bertanggung jawab atas apa yang menjadi kepemilikannya (dalam contoh disini adalah: mainan).

    Moms and Dads dapat berulang kali di setiap kesempatan untuk menceritakan pentingnya menjaga barang milik sendiri. Kemudian, Anda dapat menunjukkan caranya seperti: mengembalikan barang ke tempat semula atau Anda dapat mengingatkan anak untuk memainkan satu barang dulu dan kembalikan ke tempat awal sebelum beralih ke permainan berikutnya.

  • Balita (Usia 3 tahun - 5 Tahun)
    Pada usia ini, anak sudah lebih dapat menerima instruksi. Apabila Moms and Dads sudah membangun kebiasaan baik bertanggung jawab sejak dini, maka pada usia ini anak akan terlatih untuk mengikuti instruksi yang diberikan.

    Membuat tugas menjadi aktivitas yang menyenangkan juga bisa dilakukan sebagai alternatif mengajak anak lebih bertanggung jawab dengan barang-barang/mainan miliknya. Moms and Dads bisa menggunakan papan rekognisi yang bisa ditempel stiker lucu jika anak sudah selesai melakukan tanggung jawabnya.

Catatan Kecil :

Setiap anak berbeda-beda ya, walaupun berada pada fase usia yang sama. Coba Moms and Dads mengobservasi karakter si kecil, serta sesuaikan pemberian tanggung jawab dari hal-hal yang sederhana dan paling sesuai dengan budaya / kebiasaan di rumah.


Bagian 2: Mengapa Sudah Diberitahu Tetap Saja Si Kecil Lupa Melulu?

shutterstock_635755742.jpg
Foto: shutterstock_635755742.jpg

Mungkin Moms and Dads suka greget kenapa ya si kecil lupa melulu dengan tugas-tugasnya dan harus diberitahu berulang-ulang? Tahukah, Moms, Dads, bahwa berdasarkan riset diketahui durasi konsentrasi / kemampuan memori anak berbeda-beda disetiap usia:

  • Usia 2 tahun: 4-6 menit
  • Usia 4 tahun: 8-12 menit
  • Usia 6 tahun: 12-18 menit
  • Usia 8 tahun ke atas: 16-24 menit

Oleh karena itu, wajar jika si kecil masih suka lupa melulu ketika diberitahu. Penggunaan bahasa yang sederhana akan membantu mereka untuk mengerti instruksi dan gol pelatihan Moms and Dads.

Selain itu, keberhasilan komunikasi ditentukan dari :

  • 55% - Aspek Visual (Ekspresi wajah, posisi badan, tatapan mata)
  • 37% - Aspek Vokal (nada bicara, volume suara, intonasi, kecepatan bicara)
  • dan 8% Aspek verbal/isi pesan

Karenanya, ketika berbicara dengan si kecil, pastikan Moms and Dads berdiri sejajar, sehingga ada eye contact antara Anda dan si kecil, gunakan bahasa yang sederhana dan nada suara yang tenang. Hindari untuk memberikan instruksi sembari berteriak dari ruang sebelah/saat anak membelakangi Moms and Dads. Ini tidak akan menjadi cara yang efektif, apalagi kalau sudah dengan nada suara meninggi.

Catatan Kecil :

Nah, Moms and Dads tambah-tambahin sabarnya ya. Sekarang, sudah tahukah kenapa si kecil masih gampang lupa walau sudah diberitahu berkali-kali? Tenang ya Moms, Dads... Buahnya akan dirasakan nanti kalau si kecil secara konsisten diajarkan tanggung jawab.


Bagian 3: Bagaimana Menetapkan Aturan dan Konsekuensi Jika Si Kecil Melanggar?

shutterstock_635755760.jpg
Foto: shutterstock_635755760.jpg

Moms and Dads yang baik,

Ketika anak melanggar aturan, jangan buru-buru marah, ya. Coba tetap usahakan fokus pada perilaku yang perlu diperbaiki.

Ingatkan lagi kepada si kecil mengenai aturan yang disepakati dan akibat jika dilanggar. Selanjutnya ajak Anak untuk memperbaiki perilaku tersebut sesuai dengan usianya dan kemampuannya.

Sebagai contoh untuk Mimi usia 5 tahun, Mama Mora dapat mengingatkan kembali mengenai akibat jika mainan tidak dibereskan, misalkan: mainan kesayangannya bisa terselip atau rusak karena tidak sengaja terinjak. Kemudian, ajak Mimi untuk ikut serta membereskan mainan. Moms and Dads, memberikan contoh perilaku itu lebih manjur dari sekadar kata-kata.

Catatan Kecil :

Moms and Dads jangan lupa ya, setelah membuat aturan dan konsekuensi bisa direview lagi apakah efektif untuk diterapkan pada anak Moms and Dads? Jika tidak sesuai, aturan dan konsekuensi boleh dirombak kok, sampai ketemu formula yang pas untuk Moms, Dads dan si kecil.

Selalu ingat bahwa tujuan menerapkan aturan dan konsekuensi bukan untuk memberikan efek jera, melainkan mengajarkan anak tentang sebab-akibat. Semangat ya!


Bagian 4 : Apa yang Boleh dan Tidak Boleh Moms and Dads Lakukan Saat Menanamkan Tanggung Jawab Pada Si Kecil?

shutterstock_627449720.jpg
Foto: shutterstock_627449720.jpg

Moms and Dads terkadang yang bikin si kecil suka bingung, karena kita sebagai orang tua juga suka tidak konsisten. Nah, dalam rangka menanamkan tanggung jawab pada si kecil ada hal yang boleh dan tidak boleh Anda lakukan. Seperti apa?

Yang Boleh Moms and Dads Lakukan:

  • Mengingatkan Si Kecil
    Adek.. Rumah berantakan nih sama mainan adek, kira-kira apa ya yang harus dilakukan?” – Tujuannya agar anak melihat mainan yang berantakan dan ingat apa yang harus dilakukan.
  • Mengarahkan Si Kecil
    Adek kalau sudah merapikan mainan, ikut mama jalan-jalan di taman yuk,” bersifat mengarahkan tapi tidak memaksa, serta menunjukkan ada 'syarat' atau tanggung jawab yang harus diselesaikan sebelum menikmati tawaran jalan-jalan dari Anda.
  • Mengajak Si Kecil untuk Membereskan Mainan Sama-sama
    Adek mainan yang di lantai kita beresin sama-sama yuk, Mama ambil boks, lalu adek yang memasukan ya,” ini mengajak anak merapikan mainan dan kerjasama. Anak pun merasa dibantu, tapi tidak diambil alih tugas dan tanggung jawabnya.

Yang tidak boleh Moms and Dads Lakukan:

  • Mengambil alih tanggung jawab
    Berkaca dengan kisah Mama Mora yang kesal karena Mimi tidak membereskan mainan, lantas buru-buru membereskannya. Jika si kecil menyadari bahwa akan ada selalu Moms and Dads yang merapikan, maka sulit untuk si kecil belajar bertanggung jawab.
  • Menghukum Anak dengan Tujuan Memberi Efek Jera
    Pendisiplinan tidak berarti harus melakukan kekerasan. Anak dapat belajar konsekuensi dari tindakan dengan cara yang lebih positif. Pukulan, cubitan, jeweran atau mengancam anak tidak akan efektif untuk mengajarkan anak tanggung jawab.

Catatan Kecil:

Moms and Dads, pasti butuh waktu dan kesabaran ekstra untuk si kecil dalam belajar melakukan tugas-tugasnya. Konsistensi dan berlatih dari hal yang kecil akan menumbuhkan kebiasaan yang baik dan selalu ingat, anak kita adalah manusia kecil yang sedang bertumbuh. Kesalahan dan kegagalan akan selalu menjadi bagian untuk berproses lebih baik. Jadi, doakan yang terbaik untuk mereka selalu ya, Moms and Dads.


QUOTE PENUTUP

Tiada anak yang nakal,
yang ada, anak yang belum mengerti

Tiada anak yang nakal,
yang ada, hanya orang tua yang tidak sabar

Tiada anak yang nakal,
yang ada, hanya pendidik yang buru-buru melihat hasil

-Alhabib Muhammad Alhabsyi-


Moms and Dads, jadilah yang pertama mereview Parenting Eduseries!

Klik di sini


Baca seri Orami Parenting Eduseries lainnya.


Pranala Luar/Referensi

  • Atkins, Sue. (2007) . Raising Happy Children. John Wiley & Sons, Ltd, England
  • Brazelton, T. Berry, MD and Joshua Sparrow, MD. (2003). Discipline: The Brazelton Way. Perseus Publishing: Jackson, TN
  • Gookin, Sandra Hardin. (2007) . Parenting for dummies. Wiley Publishing Inc., Canada
  • Phelan, T.W.2016. 1-2-3 Magic. Effective Discipline for Children 2-12. Sourcebook, IL
  • Runcan, Patrcia Luciana, et al. (2012) . The role of communication in the parent-child interaction. Procedia - Social & Behavioral Sciences 46 (904-908)
  • https://blog.brainbalancecenters.com/normal-attention-span-expectations-by-age

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb