27 April 2023

Asma Alergi: Gejala, Penyebab, Diagnosis dan Pengobatan

Pahami juga tingkat keparahannya, Moms!
Asma Alergi: Gejala, Penyebab, Diagnosis dan Pengobatan

Foto: Orami Photo Stock

Mungkin, sebagian dari kita bertanya-tanya mengapa asma alergi dapat terjadi secara bersamaan.

Menurut American Academy of Allergy, Asthma, & Immunology, asma alergi adalah jenis asma yang paling umum.

Asma alergi adalah jenis asma yang disebabkan oleh alergen atau pemicu alergi.

Sekitar 90% anak-anak dengan asma memiliki alergi, dibandingkan dengan sekitar 50% orang dewasa dengan asma.

Gejala-gejala yang muncul bersamaan dengan asma alergi muncul setelah kita menghirup hal-hal yang disebut alergen atau pemicu alergi seperti:

Jika kita menderita asma (alergi atau non-alergi), biasanya menjadi lebih buruk setelah kita berolahraga di udara dingin atau setelah menghirup asap dan debu.

Untuk tahu apa saja yang menjadi pemicunya serta bagaimana cara mengatasinya, simak penjelasan di bawah ini yuk Moms!

Baca Juga: 13 Makanan Penyebab Sinusitis yang Perlu Dihindari, Waspada!

Gejala Asma Alergi

Gejala Asma Alergi
Foto: Gejala Asma Alergi (Medicalnewstoday.com)

Jika kita menderita asma alergi, saluran udara kita lebih sensitif terhadap alergen tertentu. Begitu alergen masuk ke tubuh kita, sistem kekebalan tubuh akan bereaksi berlebihan.

Otot-otot di sekitar saluran udara kita menegang. Saluran udara menjadi meradang dan seiring waktu dibanjiri dengan lendir yang kental.

Gejala asma alergi atau asma non-alergi umumnya sama. Dikutip dari Healthline, umumnya Moms akan mengalami:

Jika Moms mengalami demam atau alergi kulit, mungkin juga mengalami:

Jika Moms menelan alergen, gejala-gejala ini mungkin juga muncul:

  • Gatal-gatal
  • Wajah atau lidah bengkak
  • Mulut terasa gatal
  • Mulut, tenggorokan, atau bibir bengkak
  • Anafilaksis (reaksi alergi parah)

Gejala asma alergi dapat berkisar dari ringan sampai berat, dan mungkin datang tiba-tiba atau selama beberapa jam.

Baca Juga: Tukak Lambung: Pengertian, Gejala, dan Cara Mengatasinya

Tingkat Keparahan Penyakit Asma

Tingkat Keparahan Sakit Asma
Foto: Tingkat Keparahan Sakit Asma (Brisbanebulkbillingdoctor.com.au)

Berdasarkan gejala di atas, penyakit asma bisa dibedakan dalam beberapa kategori keparahan, di antaranya:

  • Intermittent

Gejala terjadi hingga dua hari dalam seminggu atau membuat Moms terbangun di malam hari paling banyak dua malam dalam sebulan.

  • Ringan

Gejala terjadi lebih dari dua kali seminggu, tetapi tidak lebih dari sekali sehari, dan membuat Moms terbangun di malam hari 3–4 kali sebulan.

  • Sedang

Gejala terjadi setiap hari hingga membuat Moms terbangun di malam hari lebih dari sekali dalam seminggu, tetapi tidak setiap malam.

  • Parah

Gejala terjadi sepanjang hari hampir setiap hari dan sering membuat Moms terbangun di malam hari.

Baca Juga: 7 Rekomendasi Obat Batuk Gatal Tenggorokan, Ampuh!

Penyebab Asma Alergi

Penyebab Asma Alergi
Foto: Penyebab Asma Alergi (Medicalnewstoday.com)

Alergen penyebab asma alergi cukup kecil sehingga dapat terhirup hingga paru-paru. Melansir WebMD, beberapa penyebabnya adalah:

  • Serbuk sari yang tertiup angin dari pohon, rerumputan, dan ilalang.
  • Spora dan fragmen jamur.
  • Bulu binatang (dari rambut, kulit, atau bulu) dan air liur.
  • Kotoran tungau.
  • Kotoran kecoak.

Melansir studi di jurnal Sari Pediatri, anak-anak yang tinggal di rumah banyak kecoaknya 4 kali lebih mungkin mengalami asma alergi dibandingkan anak-anak yang rumahnya bersih.

Sementara itu, alergi makanan juga dapat menjadi penyebab asma meski lebih jarang.

Berikut beberapa makanan yang sebaiknya dihindari penderita asma karena paling sering menyebabkan gejala alergi:

Namun Moms harus tahu, bahan alergen bukan satu-satunya hal yang dapat memperburuk asma alergi.

Iritan juga dapat memicu serangan asma alergi, meskipun tidak menyebabkan reaksi alergi. Iritan umumnya termasuk:

  • Asap dari tembakau, perapian, lilin, dupa, atau kembang api.
  • Polusi udara.
  • Udara dingin.
  • Berolahraga di udara dingin.
  • Bau atau asap kimia yang kuat.
  • Parfum, penyegar udara, atau produk beraroma lainnya.
  • Kamar berdebu.
  • Bau kimia yang kuat.

Dokter Moms dapat menguji untuk melihat apa yang menyebabkan asma alergi.

Perawatan pengubah Leukotriene, misalnya Montelukast (Singulair) dalam perawatan ini dapat meredakan gejala alergi dan asma.

Baca Juga: 24 Makanan Antioksidan Tinggi untuk Menangkal Radikal Bebas, Banyak Jenis Buah dan Sayur!

Diagnosis Asma Alergi

Inhaler untuk Asma
Foto: Inhaler untuk Asma (Shutterstock.com)

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan oleh dokter untuk mendiagnosis asma alergi.

Dilansir dari laman Cleveland Clinic, asma alergi dapat didiagnosis dengan cara tes darah atau tes kulit.

Dalam tes ini, dokter akan bekerja dengan cara mencari efek alergen pada tubuh Moms.

Sementara pada tes kulit, kemungkinan alergen dapat diterapkan pada area kecil kulit untuk melihat bagaimana tubuh Moms bereaksi.

Proses ini mungkin tidak nyaman, tetapi tes tersebut akan memberi petunjuk pada dokter apa yang mungkin menyebabkan tubuh bereaksi terhadap alergen.

Selain itu, dokter juga dapat melakukan beberapa tes untuk mendiagnosis asma yang Moms derita.

Tes ini digunakan untuk memastikan bahwa memang benar bahwa penyakit asma yang menyebabkan gejala, dan bukan kondisi medis lainnya.

Tes untuk mendiagnosis asma dapat meliputi:

  • Spirometri

Tes pernapasan ini dilakukan dengan cara menarik napas dalam-dalam dan kemudian menghembuskannya ke dalam tabung.

Tabung ini terhubung ke komputer yang akan mengumpulkan informasi tentang seberapa baik udara bergerak saat Moms bernapas masuk dan keluar.

Spirometri juga dapat dilakukan dengan bronkodilator.

Versi tes ini melihat seberapa baik saluran udara pasien saat rileks sebelum dan sesudah minum obat.

Tes aliran ekspirasi puncak juga dapat dilakukan selama tes spirometri.

Dalam tes ini, Moms akan menghembuskan napas sekuat dan secepat mungkin ke dalam tabung.

  • Tes oksida nitrat yang dihembuskan (tes FeNO)

Dalam tes ini, dokter akan mengukur jumlah oksida nitrat dalam napas saat Moms mengeluarkan napas.

Ini dapat digunakan pada kasus asma alergi yang lebih ringan di mana pasien mungkin tidak merasakan gejala ekstrem.

Dalam kasus tersebut, tes masih akan mendeteksi oksida nitrat.

  • Tes provokasi bronkus

Tes ini mirip dengan tes alergi yang mungkin diterapkaan pada kulit.

Pada tes ini, dokter akan memasukkan kemungkinan alergen untuk melihat apa yang menyebabkan Moms mengalami reaksi.

Ini dilakukan di lingkungan yang terkendali dan dokter akan menggunakan sampel kecil untuk menghindari reaksi serius.

Selama prosedur, Moms akan menghirup kemungkinan alergen untuk melihat apa yang memicu asma.

Jika Moms menderita asma alergi, gejala biasanya dipicu oleh sesuatu yang dihirup.

Menentukan alergen apa yang memicu gejala adalah bagian lain dari proses diagnosis asma alergi.

Jadi, tidak ada salahnya juga untuk coba membuat jurnal atau catatan tentang apa yang terjadi saat Moms mengalami gejala asma.

Misalnya asma yang terjadi ketika Moms berada di luar dengan rumput yang baru dipotong, itu bisa menjadi alergi serbuk sari.

Jika asma terjadi usai mengelus anjing, itu bisa jadi bulu hewan peliharaan.

Dengan mencari tahu apa yang menjadi pemicu gejala, dapat membantu dokter untuk membuat rencana pengobatan asma alergi yang Moms derita.

Baca Juga: 15 Makanan Penyebab Kanker yang Harus Dibatasi

Kemungkinan Komplikasi Asma Alergi

Penyakit Asma Kambuh
Foto: Penyakit Asma Kambuh (Istockphoto.com)

Sama seperti penyakit lainnya, asma alergi juga memiliki potensi komplikasi apabila tidak ditangani.

Salah satu komplikasi fatal dari asma alergi yang tidak diobati adalah anafilaksis.

Jenis reaksi alergi yang parah ini mungkin memiliki gejala seperti:

Dilansir Healthline, anafilaksis yang tidak diobati dapat mengancam keselamatan jiwa penderitanya.

Sebab, anafilaksis dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti detak jantung yang tidak normal, kelemahan, tekanan darah rendah, serangan jantung, hingga serangan paru-paru.

Jika Moms berisiko mengalami reaksi alergi yang serius, dokter mungkin akan meresepkan alat suntik epinefrin (Epi pen).

Obat asma alergi ini bisa dibawa setiap saat dan dapat digunakan dalam beberapa menit pertama setelah timbulnya gejala alergi.

Jadi, dapat mencegah reaksi alergi anafilaksis yang mungkin saja bisa menyebabkan kematian

Baca Juga: 10 Buah Rendah Kalori, Baik Dikonsumsi Saat Diet

Cara Mengobati Asma Alergi

Cara Mengobati Asma Alergi
Foto: Cara Mengobati Asma Alergi (Thesun.co.uk)

Ketahui hal-hal yang memicu gejala asma alergi dan pelajari cara membatasi paparan terhadapnya.

Konsultasikan dengan dokter untuk menemukan perawatan terbaik dan mengelola gejala kita, serta periksa ke dokter secara teratur.

Karena gejala alergi dan asma dapat berubah seiring waktu, Moms mungkin perlu menyesuaikan perawatan.

Namun, perawatan ini diharuskan dengan saran medis untuk reaksi psikologis yang tidak biasa terhadap salah satu obat.

Dikutip dari Mayo Clinic, ada beberapa pengobatan yang bisa dilakukan untuk mengatasi asma alergi, maupun salah satu di antara keduanya.

1. Pengubah Leukotrien

Jenis obat ini dapat meredakan gejala rinitis alergi dan asma.

Disebut pengubah leukotrien, pil harian ini membantu mengendalikan bahan kimia sistem kekebalan yang dilepaskan selama reaksi alergi.

Montelukast (Singulair) adalah pengubah leukotrien yang dapat mengobati asma alergi secara bersamaan.

2. Suntikan Alergi (Imunoterapi)

Suntikan alergi dapat membantu mengobati asma alergi secara bertahap mengurangi respon sistem kekebalan tubuh terhadap pemicu alergi tertentu.

Imunoterapi melibatkan suntikan rutin sejumlah kecil alergen yang memicu gejalanya.

Sistem kekebalan akan membangun toleransi terhadap alergen dari waktu ke waktu, hingga reaksi alergi berkurang.

Pada gilirannya, gejala asma juga berkurang. Perawatan ini umumnya membutuhkan suntikan rutin selama periode waktu tertentu.

Baca Juga: 8 Ragam Olahraga Tradisional Indonesia, Sudah Tahu?

3. Terapi Anti-imunoglobulin E (IgE)

Ketika Moms memiliki alergi, sistem kekebalan secara keliru mengidentifikasi zat tertentu sebagai sesuatu yang berbahaya.

Karenanya, tubuh melepaskan antibodi, yang dikenal sebagai IgE untuk melawan alergen.

Nantinya, ketika tubuh menemukan alergen itu, antibodi IgE merasakannya dan memberi sinyal pada sistem kekebalan untuk melepaskan bahan kimia yang disebut histamin.

Obat omalizumab (Xolair) akan membantu mencegah reaksi alergi yang memicu gejala asma alergi.

Perawatan ini digunakan untuk kondisi yang lebih parah, tetapi mungkin juga membantu rinitis alergi.

4. Pengobatan Lain

Saat mengobati asma alergi, mungkin Moms juga diberi pilihan pengobatan lainnya. Pengobatan yang bisa digunakan antara lain:

  • Obat alergi untuk hidung.
  • Pencucian hidung dengan larutan garam.
  • Semprotan dekongestan nasal.

Semprotan steroid hidung dan antihistamin kuat dapat digunakan untuk kasus yang lebih berat, tetapi harus dengan resep dokter.

Baca Juga: 7+ Penyakit Akibat Pola Makan Tidak Teratur, Bisa Jantungan!

Itulah Moms informasi tentang asma alergi. Waspada jika mengalami gejalanya, ya!

  • https://saripediatri.org/index.php/sari-pediatri/article/view/864
  • https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/asthma/in-depth/allergies-and-asthma/art-20047458
  • https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK526018/
  • https://medlineplus.gov/genetics/condition/allergic-asthma/
  • https://www.medicalnewstoday.com/articles/324476
  • https://www.webmd.com/asthma/guide/allergic-asthma
  • https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/21461-allergic-asthma
  • https://www.healthline.com/health/asthma/allergic-asthma
  • https://www.healthline.com/health/allergic-asthma/treatment-options-doctor

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb