02 Desember 2021

Mengenal Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD), Gejala Haid yang Lebih Parah dari PMS

Kondisi ini melumpuhkan 3-8% perempuan yang menstruasi, lho
Mengenal Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD), Gejala Haid yang Lebih Parah dari PMS

Pernahkan Moms mendengar istilah PMDD atau Premenstrual Dysphoric Disorder? Hal ini merupakan salah satu masalah kewanitaan menjelang masa menstruasi.

PMDD adalah sindrom pramenstruasi berat yang melumpuhkan 3-8% perempuan yang sedang menstruasi.

Masalah ini terdiri dari gejala afektif, perilaku dan somatic yang kambuh setiap bulan selama fase dari siklus menstruasi.

Mari kenali PMDD lebih lanjut melalui informasi di bawah ini, Moms.

Baca Juga: 5 Bahaya Berhubungan saat Haid, Salah Satunya Memicu Infeksi!

Apa Itu Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD)?

PMDD
Foto: PMDD (medicalnewstoday.com)

Foto: Orami Photo Stock

Boleh dibilang gangguan pramenstruasi ini adalah bentuk yang lebih parah dari sindrom pramenstruasi atau yang biasa Moms sebut dengan PMS.

Kondisi ini dianggap sebagai kondisi kesehatan yang dapat mempengaruhi perubahan gaya hidup dan terkadang membutuhkan pengobatan.

Antara 20 dan 40% wanita mengalami gejala pramenstruasi sedang sampai berat.

Perbedaan antara PMDD dan PMS adalah bahwa gejalanya yang lebih parah dan melemahkan.

Melansir John Hopkins Medicine, PMDD melibatkan serangkaian gejala fisik dan psikologis yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari dan mengancam kesejahteraan mental seseorang.

Oleh karena itu, penderitanya memerlukan perawatan secara medis untuk dapat mengatasi gangguan ini.

PMDD adalah kondisi kronis yang memerlukan perawatan ketika hal tersebut terjadi. Perawatan yang dimaksud termasuk perubahan gaya hidup dan pengobatan.

Baca Juga : Simak Ciri Menstruasi Terakhir Sebelum Hamil, Moms Harus Tahu Ini!

Gejala Premenstrual Dysphoric Disorder

PMDD
Foto: PMDD

Foto: Orami Photo Stock

Gejala ini mirip tetapi lebih parah daripada yang dialami saat PMS.

Gejala ini biasanya hadir selama seminggu sebelum menstruasi dan sembuh dalam beberapa hari pertama setelah menstruasi.

Mereka yang mengalami PMDD sering tidak melakukan aktivitas normal mereka saat gejala sedang hadir.

Kondisi ini dapat memengaruhi hubungan dan mengganggu rutinitas di rumah dan tempat kerja.

Gangguan disforik pramenstruasi dilaporkan bisa memengaruhi hingga 5% wanita usia subur. Wanita yang sudah mengalami gangguan kesehatan mental seperti kecemasan atau depresi juga berisiko mengidap kondisi ini

Gejala yang umum dan jarang, meliputi:

  • Kelelahan parah
  • Perubahan mood, termasuk lekas marah, gugup, depresi, dan kecemasan
  • Menangis dan kepekaan emosional
  • Kesulitan berkonsentrasi dan berkoordinasi
  • Palpitasi jantung
  • Paranoia dan masalah dengan citra diri
  • Perut kembung, nafsu makan meningkat dan gangguan gastrointestinal
  • Sakit kepala, punggung hingga kejang otot dan mati rasa
  • Perubahan penglihatan dan keluhan mata
  • Keluhan pernapasan, seperti alergi dan infeksi
  • Paranoid (padahal biasanya tidak memiliki gangguan kepribadian paranoid)
  • Citra diri yang negatif
  • Koordinasi tubuh berkurang
  • Mudah lupa
  • Payudara nyeri atau payudara bengkak
  • Gangguan penglihatan dan mata
  • Gangguan pernapasan, seperti alergi atau infeksi

Kemungkinan ada tanda-tanda dan gejala lainnya. Bila Moms memiliki tanda-tanda tersebut atau khawatir akan sebuah gejala tertentu, konsultasikanlah dengan dokter.

Baca Juga : 10 Cara Meredakan Nyeri Haid dengan Ampuh dan Efektif

Faktor Resiko Penderita PMDD

PMDD
Foto: PMDD (Orami Photo Stock)

Foto: Orami Photo Stock

Dikutip dari MIND Organizations, para ahli menduga kondisi ini sebagai reaksi abnormal tubuh terhadap perubahan hormon yang terjadi pada siklus menstruasi wanita.

Perubahan hormon ini menyebabkan kadar serotonin dalam tubuh wanita berkurang.

Akan tetapi, para ahli belum mengetahui secara pasti mengapa hormon serotonin pada orang tertentu bisa menurun drastis saat menstruasi.

Meski tidak ada penyebab yang pasti, beberapa faktor dapat meningkatkan risiko seorang wanita terkena PMDD, yaitu sebagai berikut.

  • Riwayat keluarga dengan PMS atau PMDD
  • Punya riwayat depresi, depresi postpartum (pascamelahirkan), dan gangguan mood lain, baik yang terjadi pada diri sendiri atau dalam anggota keluarga
  • Kebiasaan merokok
  • Penyalahgunaan alkohol atau obat terlarang
  • Gangguan tiroid
  • Kelebihan berat badan
  • Kurang berolahraga

Baca Juga: Nyeri saat Haid, Kenali Jenis dan Cara Mengatasinya

Pengobatan Premenstrual Dysphoric Disorder

Konsultasi dengan dokter untuk pengobatan
Foto: Konsultasi dengan dokter untuk pengobatan (Orami Photo Stock)

Foto: Orami Photo Stock

Obat-obatan dapat digunakan untuk perempuan yang mengalami Premenstrual Dysphoric Disorder.

Tidak seperti perawatan untuk gangguan depresi, obat-obatan para penderita PMDD tidak perlu diminum setiap hari tetapi hanya selama gejala PMDD saja.

Bentuk pengobatan PMDD bermacam-macam, seperti:

1. Antidepresan

Penghambat reuptake serotonin selektif (SSRI), seperti fluoxetine (Prozac, Sarafem, lainnya) dan sertraline (Zoloft) yang dapat mengurangi gejala seperti gejala emosional, kelelahan, mengidam makanan, dan masalah tidur.

Moms dapat mengurangi gejala PMDD dengan mengonsumsi SSRI sepanjang bulan atau hanya dalam interval antara ovulasi dan awal menstruasi.

2. Pil KB

Minum pil KB tanpa interval bebas pil atau dengan interval bebas pil yang diperpendek dapat mengurangi gejala PMS dan PMDD bagi sebagian wanita.

Baca Juga: Jarang Diketahui! Ini Fakta Menarik Seputar PMS pada Pria

3. Suplemen Nutrisi

Mengonsumsi 1.200 miligram makanan dan kalsium tambahan setiap hari mungkin dapat mengurangi gejala PMS dan PMDD pada beberapa wanita.

Vitamin B-6, magnesium dan L-triptofan juga dapat membantu, tetapi konsultasikan dengan dokter untuk meminta nasihat sebelum mengonsumsi suplemen apa pun.

4. CBT

Selain obat-obatan tersebut, Anda mungkin bisa melakukan terapi perilaku kognitif (cognitive behavioral therapy/CBT).

Terapi ini dapat membantu mengatasi gejala PMDD yang terkait dengan kondisi mental.

5. Perubahan Pola Makan dan Gaya Hidup

Olahraga teratur sering kali mengurangi gejala PMDD pramenstruasi.

Mengurangi kafein, menghindari alkohol, dan berhenti merokok juga dapat meredakan gejala.

Tidur yang cukup dan menggunakan teknik relaksasi, seperti perhatian, meditasi, dan yoga, juga dapat membantu.

Hindari pemicu stres dan emosional, seperti pertengkaran tentang masalah keuangan atau masalah hubungan, jika memungkinkan.

Baca Juga: 12 Penyebab Terlambat Haid, Tidak Selalu Karena Hamil Lho

Itu dia Moms segala informasi yanng perlu Moms ketahui seputar kondisi PMDD. Semoga bermanfaat, ya!

  • https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/premenstrual-dysphoric-disorder-pmdd
  • https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/premenstrual-syndrome/expert-answers/pmdd/faq-20058315
  • https://www.womenshealth.gov/menstrual-cycle/premenstrual-syndrome/premenstrual-dysphoric-disorder-pmdd
  • https://www.webmd.com/women/pms/premenstrual-dysphoric-disorder
  • https://www.mind.org.uk/information-support/types-of-mental-health-problems/premenstrual-dysphoric-disorder-pmdd/about-pmdd/
  • https://my.clevelandclinic.org/health/articles/9132-premenstrual-dysphoric-disorder-pmdd

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb