22 Juni 2022

Pengertian Transfer Embrio IVF dan Kapan Waktu yang Tepat untuk Melakukannya!

Simak ya Moms penjelasannya!
Pengertian Transfer Embrio IVF dan Kapan Waktu yang Tepat untuk Melakukannya!

Foto: Orami Photo Stock

Bagi Moms yang akan atau pernah menjalani IVF pasti mengetahui proses ini. IVF adalah salah satu metode program kehamilan berbantu yang merupakan singkatan dari Fertilisasi In Vitro atau bisa juga dikenal sebagai bayi tabung.

Transfer embrio adalah bagian dari proses fertilisasi yang cukup rumit dan pasiennya diharuskan untuk mengonsumsi obat kesuburan guna merangsang ovarium untuk melepaskan sel telur yang sehat.

Telur-telur sehat ini kemudian dikeluarkan dari ovarium wanita dan dibuahi oleh sperma di laboratorium. Setelah telur yang dibuahi berkembang biak, barulah embrio dipindahkan ke rahim ibu.

Namun, agar kehamilan dapat dimulai, embrio kemudian harus menempelkan dirinya ke dinding rahim atau rahimnya.

Satu siklus penuh IVF membutuhkan waktu sekitar 3 minggu. Namun terkadang, langkah-langkah ini dibagi menjadi bebrapa bagian dan prosesnya bisa memakan waktu lebih lama.

Baca Juga: 7 Gejala Setelah Embrio Transfer pada IVF, Hampir sama dengan Gejala PMS!

Waktu yang Tepat untuk Transfer Embrio IVF

2 IVF.jpg
Foto: 2 IVF.jpg

Foto embrio IVF (Orami Photo Stock)

IVF perlu dilakukan pada kasus di mana pembuahan secara alami tidak membuahkan hasil atau mengalami kesulitan.

Seperti yang Moms ketahui, tidak semua pasangan menikah bisa mudah untuk mendapatkan anak hanya dengan berhubungan seksual atau secara alami.

Dewasa ini banyak pasangan yang harus melewati transfer embrio IVF untuk bisa mendapatkan momongan. Nah, Moms mungkin bertanya-tanya, kapan waktu yang tepat untuk IVF?

Melansir dari Medical News Today, ada banyak waktu yang tepat kapan Moms perlu melakukan transfer embrio IVF, di antaranya adalah:

  • Gangguan ovulasi, waktu yang tepat untuk embrio IV adalah ketika ovulasi jarang terjadi dan sel telur yang tersedia hanya sedikit untuk bisa berhasil dalam pembuahan.
  • Kerusakan pada saluran tuba, saluran tuba merupakan tempat pertemuan sel telur dan sel sperma, dan juga merupakan jalan yang akan dilalui embrio untuk mencapai rahim. Jika saluran ini rusak atau terluka, sulit bagi telur untuk bertemu dengan sperma, juga sulit bagi sel telur yang telah dibuahi untuk mencapai rahim dengan aman.
  • Endometriosis, yaitu ketika jaringan dari rahim berimplantasi dan tumbuh di luar rahim. Sebab, hal ini dapat memengaruhi cara kerja sistem reproduksi wanita.
  • Kegagalan ovarium prematur, jika ovarium gagal, ovarium tidak akan menghasilkan estrogen dalam jumlah normal atau melepaskan telur secara teratur.
  • Fibroid rahim, kondisi ini merupakan adanya tumor jinak kecil di otot atau dinding rahim. Tumor jinak ini dapat mengganggu kemampuan embrio untuk menanam dirinya di dalam rahim. Sehingga berisiko mencegah kehamilan.
  • Kelainan genetik, beberapa kelainan genetik bisa saja mengganggu proses kehamilan hingga mencegah kehamilan.
  • Gangguan produksi sperma, pada kasus pria, produksi sperma yang rendah, pergerakan sperma yang buruk, kerusakan pada testis atau kelainan pada air mani, bisa menjadi alasan gagalnya pembuahan secara alami.

Bagi pasien yang sudah didiagnosis dengan kondisi-kondisi di atas, maka hal tersebut merupakan alasan yang tepat untuk menjalani program kehamilan berbantu IVF.

dr. Aida Riyanti, Sp.OG-KFER, M.RepSc Dokter Spesialis Kebidanan & Kandungan Konsultan Fertilitas, Endokrinologi & Reproduksi RS Pondok Indah IVF Centre dan RS Pondok Indah - Bintaro Jaya menjelaskan bahwa transfer embrio IVF ada 2 macam yaitu fresh embrio transfer dan yang kedua frozen embrio transfer.

Baca Juga: Moms, Ketahui Manfaat Kacang Kedelai untuk IVF

1. Fresh Embryo Transfer

2 Faktor Embrio Segar.jpg
Foto: 2 Faktor Embrio Segar.jpg

Foto embrio IVF (Orami Photo Stock)

Transfer embrio IVF jenis ini dilakukan langsung setelah pengambilan sel telur, lalu sel telur dibuahi dengan sperma kemudian dikultur di inkubator.

"Biasanya fresh transfer dilakukan pada hari ketiga atau kelima tetapi bisa juga dilakukan di hari kedua atau keenam tergantung dari kualitas dan jumlah embrio itu sendiri," jelas dr. Aida Riyanti.

dr. Aida Riyanti menambahkan untuk transfer embrio fresh pada hari ketiga, biasanya dilakukan saat embrio sedang tahap membelah. Sedangkan hari kelima embrio pada tahap blastosis.

2. Frozen Embryo Transfer

Frozen embryo transfer atau transfer embrio yang sudah dibekukan, dimulai dengan mempersiapkan dinding rahim pada siklus di luar siklus stimulasi/pembesaran sel telur.

"Biasanya pasien diminta untuk datang di hari kedua atau ketiga haid kemudian akan diberikan obat-obatan untuk mempersiapkan dinding rahim untuk proses implantasi atau artificial cycle," jelas dr. Aida.

Tapi dr. Aida menambahkan, bahwa ada beberapa kasus juga bisa dilakukan dengan natural cycle.Biasanya persiapan mulai dari 12 hingga 15 hari tergantung dari tahap demi tahap mana embrio tersebut dibekukan.

Baca Juga: 4 Fase Pertumbuhan dan Perkembangan Embrio dalam Kandungan, Bumil Wajib Tahu!

Apa yang Dirasakan Saat Transfer Embrio IVF dan Risikonya

Setiap prosedur yang dilakukan tentunya memiliki efek samping dan risiko, ya Moms, termasuk transfer embrio.

dr. Aida Riyanti menyebutkan efek samping dari transfer embrio IVF sendiri sangat ringan dan bahkan di beberapa kasus tidak memiliki efek samping.

"Efek samping mild cramping atau nyeri perut bawah sedang hingga ringan, kemudian spotting (darah yang keluar di luar periode menstruasi). Biasanya prosesnya tidak sakit hanya seperti melakukan prosedur pap smear," jelas dr. Aida.

Melansir dari Mayo Clinic, ada beberapa risiko yang bisa saja terjadi pasca atau sebelum transfer embrio IVF, yaitu

1. Kehamilan Kembar

Bayi Kembar Masuk NICU.jpg
Foto: Bayi Kembar Masuk NICU.jpg

Foto anak kembar (Orami Photo Stock)

IVF meningkatkan risiko kelahiran kembar apabila dimasukkan lebih dari 1 embrio ke rahim.

Sayangnya kehamilan dengan banyak janin ini memiliki persalinan dini dan bayi lahir dengan berat badan rendah dibandingkan kehamilan dengan janin tunggal.

Baca Juga: Zaskia Sungkar Embrio Transfer untuk IVF, Ini Kisahnya

2. Persalinan Prematur

Persalinan prematur dan bayi dengan berat badan lahir rendah bisa menjadi risiko dari IVF.

3. Sindrom Hiperstimulasi Ovarium

Saat menjalani prosedur IVF, Moms diharuskan untuk mengonsumsi obat kesuburan dengan cara disuntik, seperti human chorionic gonadotropin (HCG), yang pada kasus tertentu seperti pada pasien sindrom ovarium polikistik memiliki risiko untuk terjadinya sindrom hiperstimulasi ovarium. Pada sindrom ini terjadi pembesaran ovarium karena pertumbuhan sel telur yang banyak

Gejala dari sindrom ini bisa berlangsung selama seminggu, yaitu berupa sakit perut ringan, kembung, mual, muntah, dan diare. Namun jika Moms hamil, gejala bisa berlangsung beberapa minggu.

Risiko yang berat dari sindrom ini bisa menyebabkan kenaikan berat badan dan sesak napas.

4. Keguguran

Langkah Meringankan Kesedihan Setelah Keguguran Seiring Waktu.jpg
Foto: Langkah Meringankan Kesedihan Setelah Keguguran Seiring Waktu.jpg

Foto sedih akibat keguguran (Orami Photo Stock)

Tingkat keguguran dari perempuan hamil menggunakan prosedur IVF sekitar 15 persen sampai 25 persen, lho Moms. Sayangnya persentase keguguran juga akan meningkat seiring bertambahnya usia.

Baca Juga: Dikenal Sebagai Bayi Mahal, Berapa Biaya Bayi Tabung?

5. Komplikasi Ketika Mengambil Sel Telur

Pengambilan sel telur melibatkan prosedur dengan menggunakan jarum aspirasi. Meskipun risikonya rendah, bisa menyebabkan pendarahan, infeksi, cedera pada usus. Hingga kerusakan pada kandung kemih dan pembuluh darah.

6. Kanker

Kanker Saat Hamil, Apakah Bayi Masih Bisa Dilahirkan.jpg
Foto: Kanker Saat Hamil, Apakah Bayi Masih Bisa Dilahirkan.jpg (nfcr.org)

Foto pasien kanker (Orami Photo Stock)

Risiko kanker ini muncul ketika menggunakan obat-obatan tertentu yang digunakan untuk merangsang pertumbuhan sel telur. Hingga berisiko adanya jenis tumor ovarium tertentu.

Tapi tidak semua pasien yang melakukan IVF akan mengalami hal ini ya, Moms, jadi jangan cemas terlebih dahulu karena Moms bisa konsultasikan ke dokter.

7. Stres

Transfer embrio IVF tidak hanya menguras materi saja nih, Moms! Melainkan menguras fisik dan emosional. Sebab prosedur ini bisa saja gagal.

Ketika gagal, pastinya perasaan kecewa akan menyelimuti hati Moms, bukan?

Maka dari itu, dukungan dari konselor, keluarga, hingga teman-teman bisa membantu Moms untuk menghadapi pasang surut perawatan IVF ini.

Baca Juga: 8 Cara Mengatasi Stres di Rumah, Patut Dicoba!

Biaya untuk IVF

ivf.jpg
Foto: ivf.jpg (healtheuropa.eu)

Foto embrio IVF (Orami Photo Stock)

Moms, tentunya mengenai harga IVF sendiri yang cukup tinggi, sudah menjadi rahasia umum, ya! Prosedur ini memang sangat membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Melansir dari berbagai sumber, rincian biaya IVF sendiri berupa:

  • Konsultasi dokter: Rp300.000
  • USG: Rp150.000 sampai Rp250.000
  • Analisa sperma: Rp325.000
  • Paket bayi tabung IVF: Rp31.500.000

Sedangkan besar kemungkinan diperlukan tindakan lainnya untuk memperlancar IVF, Moms perlu menambahkan biaya, sebesar kurang lebih:

  • Penyimpanan embrio/sperma beku: Rp1.650.000
  • Frozen embrio transfer: Rp3.250.000
  • Thawing embryo: Rp1.500.000
  • Assisted hatching: Rp2.200.000

Dengan begitu, biaya paling minim untuk prosedur IVF bisa berkisar Rp15.000.000 dan paling tinggi bisa berkisar Rp60.000.000 ke atas.

Harga ini tentunya bukan harga pasti, ya Moms, sebab tergantung dari kondisi fisik, organ reproduksi, serta kondisi dari sel telur dan sperma.

Baca Juga: Ciri-Ciri Embrio Berkualitas untuk Program Bayi Tabung

Berapa Banyak Jumlah Transfer Embrio IVF

1 Sekilas Transfer Embrio IVF.jpg
Foto: 1 Sekilas Transfer Embrio IVF.jpg

Foto proses embrio ivf (pressfoto - freepik.com)

Dikutip dari Women & Infants, jumlah terbaik embrio yang dapat ditransfer dalam prosedur IVF masih menjadi perdebatan.

Dalam embrio IVF, pilihan untuk hanya mentransfer 1 embrio biasanya direkomendasikan pada pasien yang memiliki peluang besar untuk hamil pada siklus IVF pertama.

Misalnya, wanita yang berusia di bawah 35 tahun dan memiliki kualitas serta jumlah embrio yang baik. Sedangkan, transfer 2 atau lebih embrio biasanya dilakukan untuk memperbesar peluang kehamilan IVF.

Namun, transfer lebih dari satu ini embrio dapat berakibat pada kelahiran bayi kembar. Kehamilan kembar sendiri dapat menyebabkan risiko kesehatan pada bayi maupun Moms, dibandingkan dengan satu embrio IVF untuk bayi sehat.

Baca Juga: Mungkinkah Pasangan IVF Memilih Embrio Paling Cerdas?

Kemudian, hanya mentransfer 1 embrio pun sudah bisa melahirkan bayi sehat hal ini terbukti terbukti melalui sebuah penelitian yang dilakukan oleh ginekolog dan peneliti Diane De Neubourg, MD.

Bersama tim-nya dari Antwerp’s Centre for Reproductive Medicine, Diane mendata wanita yang menjalani perawatan reproduksi di Belgia dari tahun 1998-2003.

Para peneliti lalu membandingkan hasil bayi yang lahir dari Moms yang menjalani prosedur transfer embrio tunggal dengan bayi yang lahir alami.

"Bayi yang lahir dengan transfer embrio tunggal memiliki bobot kelahiran yang sama dengan bayi yang lahir alami. Mereka juga tidak lebih mungkin untuk dilahirkan secara prematur dan frekuensi mengalami keguguran juga sama pada kedua kelompok,” ungkap Diane, seperti dikutip dari WebMD.

Baca Juga: 3 Gejala Normal Usai Transfer Embrio Pada IVF

Penelitian yang telah dipresentasikan pada European Society of Human Reproduction and Embryology di Copenhagen, Denmark ini melihat bahwa transfer satu embrio pada IVF akan menghasilkan kelahiran dan bayi yang sama sehatnya dengan bayi yang berasal dari kehamilan alami.

Jadi, jumlah transfer embrio IVF tidak memengaruhi apakah bayi lahir sehat atau tidak, ya Moms karena semua tergantung dari kondisi Moms dan Dads.

Nah, itu dia Moms informasi seputar embrio IVF yang perlu Moms ketahui sebelum menjalankan prosedur ini.

Prosedur ini memang kerap digunakan oleh pasangan yang kesulitan hamil secara alami, jadi jika ingin melakukan proses ini, pastikan konsultasikan ke dokter spesialis kebidanan dan kandungan konsultan fertilitas, endokrinologi, dan reproduksi sedetail mungkin, ya Moms!

  • https://americanpregnancy.org/getting-pregnant/infertility/embryo-transfer/
  • https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/in-vitro-fertilization/about/pac-20384716
  • https://www.medicalnewstoday.com/articles/314571#Types%20of%20embryo%20transfer
  • https://www.fertilitycenter.com/fertility_cares_blog/embryo-transfer-time/

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb