17 Maret 2020

7 Komplikasi saat Persalinan yang Mungkin Moms Alami

Proses melahirkan biasanya mudah, tetapi kadang-kadang timbul komplikasi yang harus segera ditangani
7 Komplikasi saat Persalinan yang Mungkin Moms Alami

Semua perempuan pasti mengharapkan persalinan atau proses melahirkan yang lancar dan biasanya, proses melahirkan memang terjadi tanpa masalah.

Masalah serius atau komplikasi saat proses melahirkan bisa dibilang relatif jarang dan sebagian besar dapat diantisipasi dan diobati secara efektif. Namun, komplikasi terkadang menjadi masalah besar secara tiba-tiba dan tidak terduga.

Beberapa perempuan yang sedang hamil akan mengalami komplikasi yang dapat melibatkan kesehatan mereka, kesehatan bayi mereka, atau keduanya.

Kadang-kadang, penyakit atau kondisi yang dimiliki ibu sebelum hamil dapat menyebabkan komplikasi selama kehamilan. Beberapa diantaranya terjadi selama proses melahirkan.

Kunjungan rutin ke dokter atau bidan bersertifikasi selama menjalani masa kehamilan memungkinkan antisipasi terhadap masalah yang mungkin terjadi. Ini juga meningkatkan kemungkinan memiliki bayi yang sehat dan proses melahirkan yang aman.

Baca Juga: 7 Penyebab Persalinan Normal Tidak Bisa Dilakukan

Komplikasi Persalinan

Nah, berikut ini adalah beberapa komplikasi yang terkadang terjadi saat proses melahirkan dan bisa menyebabkan drama ruang persalinan dan bagaimana dokter akan mengatasinya.

1. Gawat Janin

fetal-distress-monitoring.jpg
Foto: fetal-distress-monitoring.jpg (https://americanpregnancy.org/labor-and-birth/fetal-distress/)

Foto: americanpregnancy.org

Nanci Levine, MD, Spesialis Kandungan, Montefiore Medical Center di Westchester New York, mengatakan gawat janin adalah istilah jadul dan tidak jelas. Gawat janin biasanya tidak lagi digunakan oleh dokter spesialis kandungan.

Menurutnya, jika Moms mendengar istilah itu saat proses melahirkan, maka tanya bagaimana spesifiknya. Istilah ini sering berkaitan dengan denyut jantung janin di mana diasumsikan bayi dalam bahaya ketika detak jantungnya lambat atau denyut jantung tidak kembali normal setelah kontraksi.

"Gawat janin yang sebenarnya menyiratkan urgensi 'saya benar-benar khawatir tentang bayi ini sekarang' dan syukurlah itu tidak sering terjadi," kata Levine.

Jika serviks sepenuhnya melebar dan kepala bayi sudah di bawah, dokter atau bidan dapat menggunakan forceps atau vacuum extractor untuk menarik bayi sehingga proses melahirkan dapat dilakukan dengan cepat. Jika tidak, maka ini bisa jadi harus diselesaikan di meja operasi.

2. Bayi Sungsang

Bayi Sungsang
Foto: Bayi Sungsang (Herfamily.ie)

Foto: herfamily.ie

Bayi sungsang adalah posisi ketika kepala bayi ada di bagian atas atau dikenal 'malpresentation'. Frekuensi komplikasi ini terbilang jarang atau hanya terjadi pada 4 persen ibu hamil.

Menurut American Pregnancy Association, posisi bayi sungsang ini bisa diperbaiki di usia 32 dan 37 minggu kehamilan. Beberapa dokter dan bidan mengatakan beberapa latihan atau peregangan bisa dilakukan untuk mengubah posisi bayi sungsang ini.

Moms hanya perlu mempraktekan posisi merangkak dan mengangkat pinggul Moms hingga di atas jantung. Kemudian turunkan badan Moms hingga mendekati lengan. Latihan posisi ini dipercaya dapat mendorong bayi untuk berputar.

Pada usia 37- 38 minggu, beberapa dokter mencoba aksi eksternalnya dengan membalikkan bayi secara manual, di mana dokter akan memberikan tekanan pada perut Moms.

Jika itu tidak berhasil atau bayinya kembali, maka dokter dapat mencoba lagi atau menjadwalkan proses melahirkan dengan operasi caesar.

Sangat sedikit dokter kandungan yang akan berusaha membiarkan bayi sungsang menjalani proses melahirkan dengan normal atau melalui vagina. Ini karena dokter lebih takut kepala bayi akan tersangkut di jalan lahir.

3. Plasenta Previa

placenta-previa.jpg
Foto: placenta-previa.jpg (https://www.pampers.ca/en-ca/pregnancy/healthy-pregnancy/article/placenta-previa-what-is-it-and-what-to-do)

Foto: pampers.ca

Plasenta previa adalah kondisi saat plasenta menutupi leher rahim. Biasanya plasenta previa ditemukan pada awal kehamilan atau sekitar 75 persen di waktu pertama. Sementara pada akhir kehamilan, plasenta akan terkoreksi dengan sendirinya.

Leslie Goldstone-Orly, MD, Spesialis Kandungan di Bridgeport Hospital di Yale-New Haven, Connecticut, Amerika Serikat, mengatakan plasenta yang menutupi leher rahim pada usia 36 minggu, akan diatasi dengan penjadwalan proses melahirkan dengan operasi caesar.

"Selain itu jika ibu mengalami pendarahan melalui vagina, dia juga harus segera menjalani proses melahirkan dengan operasi caesar karena dapat terjadi kehilangan darah yang signifikan, "tambahnya.

Baca Juga: Suami Ingin Menemani Istri Melahirkan, Perhatikan 8 Tips Ini

4. Aspirasi Mekonium

Mekonium Aspirasi
Foto: Mekonium Aspirasi (https://www.healthline.com/health/meconium-aspiration-syndrome)

Foto: healthline.com

Aspirasi Mekonium adalah aspirasi cairan amnion bernoda, yang biasanya terjadi sebelum, selama, atau setelah proses melahirkan. Mekonium sendiri merupakan hasil sekresi pertama dari usus bayi, mirip dengan kotoran feses pada orang dewasa.

Mekonium merupakan zat hitam yang tinggal di usus bayi dan hadir dalam cairan ketuban yang telah dihirup bayi. Ini dapat menyebabkan komplikasi pernapasan.

Komplikasi ini lebih sering terjadi pada bayi yang terlambat lahir seminggu atau lebih. Meconium biasa terjadi pada 10 persen perempuan yang sedang dalam proses melahirkan. Dari jumlah tersebut, antara 1-6 persen bayi menjadi sakit karenanya.

Jika mekonium terlihat, dokter atau bidan akan membersihkannya dari hidung dan mulut bayi saat lahir. Jika bayi menghirupnya, maka dia harus menjalani perawatan intensif. Kebanyakan bayi baik-baik saja dan hanya membutuhkan sedikit bantuan pernapasan.

5. Asfiksia Perinatal

aspixia-perinatal.jpg
Foto: aspixia-perinatal.jpg (https://www.healthline.com/health/asphyxia-neonatorum)

Foto: Healthline.com

Asfiksia perinatal biasa disebut 'gagal memulai dan mempertahankan pernapasan saat lahir'. Ini dapat terjadi sebelum, selama atau segera setelah proses melahirkan, karena pasokan oksigen yang tidak memadai.

Asfiksia adalah istilah non-spesifik yang melibatkan berbagai masalah yang kompleks. Penyebabnya bisa jadi adalah hipoksemia atau kadar oksigen rendah, tingkat karbon dioksida yang tinggi, dan asidosis atau terlalu banyak asam dalam darah.

Saat lahir, mungkin ada skor APGAR yang rendah yaitu 0-3 selama lebih dari 5 menit. Indikasi lainnya adalah warna kulit yang buruk, detak jantung rendah, nada otot lemah, terengah-engah, nafas lemah, dan cairan ketuban bernoda meconium.

Pengobatan asfiksia perinatal dapat mencakup pemberian oksigen kepada ibu, atau melakukan proses melahirkan secara caesar. Setelah melahirkan, pernapasan mekanis atau pengobatan mungkin diperlukan bagi bayi.

6. Terlilit Tali Pusar

terlilit-tali-pusar.jpg
Foto: terlilit-tali-pusar.jpg (Parenting.firstcry.com)

Foto: Parenting.Firstcry.com

Terlilit tali pusar biasa terjadi pada 25 persen kasus proses melahirkan. Levine menjelaskan bahwa terlilit tali pusar tidak selalu berarti bayi dalam bahaya. Bahkan jika kadang-kadang ini menyebabkan detak jantung bayi turun, terlilit tali pusar masih bukan hal yang serius.

"Tetapi jika Anda mengalami kontraksi dan denyut jantung bayi tidak naik kembali sesudahnya, lilitan tali mungkin terlalu ketat dan itu bisa berarti bayi tersebut mengalami masalah," ujarnya.

Jika Moms tidak dapat mendorong bayi keluar, forsep atau ekstraktor vakum dapat digunakan untuk membantu bayi menuruni saluran lahir.

"Jika bayinya masih di atas atau vagina ibunya tidak melebar dengan baik, operasi caesar mungkin diperlukan," kata Goldstone-Orly.

7. Proportion of Cephalopelvic (CPD)

melahirkan.png
Foto: melahirkan.png (https://obgyn.mhmedical.com/ViewLarge.aspx?figid=185051020&gbosContainerID=null&gbosid=null&groupID=null)

Foto: mhmedical.com

Proportion of Cephalopelvic (CPD) adalah ketidaksesuaian ukuran kepala bayi terhadap panggul ibu. Biasanya kepala bayi terlalu besar untuk melewati panggul ibu dan mengakibatkan kegagalan untuk maju melewati vagina atau tidak adanya penambahan bukaan lagi.

Kondisinya sulit untuk diperhitungkan karena tidak mungkin untuk memastikannya apakah ini benar komplikasi CPD atau tidak adanya penambahan bukaan karena leher rahim ibu yang berhenti melebar. Bisa juga karena bayi tidak bergerak turun yang kurang diketahui penyebabnya.

Tidak adanya penambahan bukaan adalah satu-satunya penyebab paling umum untuk operasi caesar, meskipun Moms mungkin diberikan obat Pitocin untuk memicu kontraksi terlebih dahulu. Sayangnya, tidak ada cara akurat untuk memprediksi CPD sebelum persalinan.

Goldstone-Orly mengatakan bahwa tenaga ahli atau dokter bisa mengukur panggul ibu dengan merasakannya, tetapi itu tidak bisa diandalkan.

"Namun, berolahraga selama kehamilan dan menjaga kenaikan berat badan Anda dalam batas yang disarankan dapat mengurangi peluang Anda terkena diabetes gestasional , sehingga mengurangi risiko memiliki bayi yang terlalu besar," ujarnya.

Baca Juga: Ikuti 8 Tips Sukses Melahirkan Normal Ini

Itulah beberapa kondisi komplikasi yang bisa Moms alami saat proses melahirkan. Jika Moms ada indikasi mengalami salah satunya, segera konsultasikan dengan dokter ya.

(RIE/ERN)

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb