24 April 2024

Anak Pertama Menikah dengan Anak Terakhir dalam Adat Jawa

Dikhawatirkan tidak akan langgeng
Anak Pertama Menikah dengan Anak Terakhir dalam Adat Jawa

3. Gemi Nastiti

Moms, kehidupan berumah tangga secara umum tidak terlepas dari kecukupan sandang, pangan dan papan.

Kecukupan sandang, pangan, dan papan dianggap sebagai kebutuhan primer.

Secara kalkulatif, tiga kebutuhan primer di atas dapat tercukupi melalui pengelolaan ekonomi rumah tangga secara proporsional dan fungsional (gemi nastiti).

Karakter pemboros yang berbelanja tanpa mempertimbangkan kondisi bertentangan dengan prinsip hidup Jawa yang dikenal sebagai gemi nastiti.

Semakin terkelola dalam mencari dan mengatur keuangan dalam rumah tangga, seseorang akan semakin bahagia.

Perihal ini selaras dengan ajaran Asthagina yang berisi delapan kegunaan yang harus diperhatikan dalam kehidupan berumah tangga di antaranya:

  • Panggaotan (pekerjaan)
  • Rigen (teliti)
  • Gemi (tidak boros)
  • 70 titi (tertib)
  • Wruh ing petungan (tahu perhitungan)
  • Taberi tetanya (rajin bertanya)
  • Nyegah kayun (mengendalikan kehendak)
  • Nemeni seja niat (sungguh-sungguh).

Baca Juga: Mengenal Sunan Gresik, Wali Songo Pertama di Tanah Jawa

4. Mikul Dhuwur Mendhem Jero

Anak pertama menikah dengan anak terakhir selanjutnya adalah mikul dhuwur mendhem jero.

Mikul dhuwur mendhem jero adalah sikap seorang anak untuk menjunjung tinggi kehormatan kedua orang tua.

Caranya adalah dengan menyimpan aib serta kekurangan orang tua sebaik mungkin, sekaligus mengharumkan jasa orang tua.

Selain diwajibkan bagi setiap anak, sikap ini secara khusus juga harus dilakukan suami-istri dalam keluarga.

Artinya, seorang suami harus menutup rapat-rapat aib, kekurangan dan kelemahan yang dimiliki oleh istri.

Caranya dengan menampilkan kelebihan, keunggulan, serta kehebatan yang dimilikinya.

Begitu pula sebaliknya sikap istri terhadap suami harus mikul dhuwur mendhem jero.

Dengan begitu, perjalanan rumah tangga membuat keluarga harmonis secara lahir maupun batin.

Baca Juga: 8 Bacaan Ijab Kabul Pernikahan dalam Berbagai Bahasa

5. Pasang Sumeh Njroning Ati

Pasang sumeh njroning ati berarti suami dan istri dalam menjalankan kehidupan rumah tangga harus selalu sabar, pasrah, ikhlas dalam menerima segala masalah yang dihadapi.

Selain itu, karakter pasang sumeh njroning ati juga dapat diinterpretasikan sebagai melayani pasangan hidup dalam keluarga, idealnya.

Hal ini dilakukan dengan prinsip mendarmabaktikan diri dengan sepenuh hati.

Berusaha melakukan yang terbaik untuk meraih ridha Tuhan, menerima takdir dengan pasrah dan ikhlas.

Dengan begitu, mitos anak pertama menikah dengan anak terakhir tidak akan bisa damai tidaklah benar adanya.

Anak pertama menikah dengan anak terakhir menurut Jawa serasi hingga cocok.

Itulah informasi seputar anak pertama menikah dengan anak terakhir. Semoga menjawab pertanyaan, ya!

  • http://repo.iain-tulungagung.ac.id/18002/8/BAB%20V.pdf
  • http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/1891/
  • http://repo.uinsatu.ac.id/18002/
  • https://www.caknun.com/2016/memahami-tumbu-ketemu-tutup-agar-tidak-3c/

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb