24 January 2024

Biografi Ernest Douwes Dekker, Pejuang Anti Kolonialisme

Simak biografi lengkapnya!
Biografi Ernest Douwes Dekker, Pejuang Anti Kolonialisme

Aktif Sebagai Wartawan

Setelah memiliki pengalaman perang di Afrika Selatan, Ernest Douwes Dekker terinspirasi untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia melalui politik.

Kembali ke Hindia Belanda, ia bekerja sebagai agen pengiriman untuk Koninklijke Paketvaart Maatschappij (KPM).

Pada tahun 1903, ia menikahi Clara Charlotte Deije, dan mereka memiliki tiga anak sebelum bercerai pada tahun 1920.

Ernest Douwes Dekker memulai karir wartawannya dengan bekerja untuk De Locomotief di bawah Pieter Brooshooft.

Kemampuan menulisnya yang terlihat saat ia melaporkan pengalaman perangnya di Bataviaasch Nieuwsblad membawanya menjadi wartawan yang terkenal karena kritikannya terhadap pemerintah kolonial Belanda.

Ernest juga menjadi kritis terhadap politik etis dan mendukung gagasan kemerdekaan untuk Hindia Belanda atau Indonesia.

Ia dianggap sebagai salah satu penggagas nasionalisme Indonesia.

Ernest pindah ke Soerabaiasch Handelsblad sebagai redaktur, tetapi karirnya singkat karena perselisihan dengan pemilik koran tersebut, M. van Geuns.

Ernest Douwes Dekker menganggap pemilik koran dapat dikendalikan oleh penjajah Belanda.

Kemudian, ia bergabung dengan redaksi Bataviaasch Nieuwsblad pada tahun 1907, di mana ia terus menulis pro-kaum Indo dan pribumi serta mengkritik pemerintahan Belanda.

Pemilik koran tersebut, Zaalberg, memberinya kebebasan untuk menulis dan mengkritik pemerintahan Belanda.

Ernest juga mulai menarik perhatian intelijen penguasa karena tulisannya yang kontroversial.

Selain itu, ia mendirikan majalah Tijdschrift (kemudian De Expres) sebagai alat kampanye melawan penjajahan Belanda dan untuk mempromosikan nasionalisme Indonesia.

Baca Juga: Biografi Jenderal Soedirman dan Kisah Perjuangannya

Mendirikan Indische Partij dan Ksatrian Instituut

Tiga Serangkai
Foto: Tiga Serangkai (Wikimedia Commons)

Bersama dengan dr. Tjipto Mangoenkoesoemo dan Suwardi Suryaningrat (Ki Hadjar Dewantara), Douwes Dekker mendirikan partai politik pertama di Indonesia, yaitu Indische Partij atau Partai Hindia, pada tanggal 25 Desember 1912.

Partai ini didirikan sebagai sebuah organisasi yang mendorong kerja sama antara orang Indo dan Bumiputera.

Namun, keberadaan organisasi ini tidak disukai oleh pemerintah Belanda.

Pemerintah kolonial Hindia Belanda menganggapnya sebagai organisasi radikal yang mengganggu keamanan, sehingga mereka membubarkan partai ini pada tanggal 4 Maret 1913.

Indische Partij memang dikenal karena sikapnya yang tidak kooperatif terhadap pemerintah kolonial Belanda dan kritik tajamnya terhadap perlakuan Belanda terhadap penduduk Hindia Belanda.

Akibatnya, Ia diasingkan ke Eropa dan terjerat berbagai kasus hukum.

Setelah menghadapi proses hukum dan penahanan, Ernest Douwes Dekker beralih dari jurnalisme ke penulisan karya semi-ilmiah.

Dia juga aktif di bidang pendidikan, menjadi kepala sekolah Meer Uitegebreid Lager Onderwijs (MULO), yang setara dengan tingkat SMP saat ini.

Pada tahun 1924, Ernest mengubah nama sekolah tersebut menjadi Ksatrian Instituut.

Sekolah ini memainkan peran penting dalam memberikan kesempatan pendidikan kepada pribumi, keturunan Tionghoa, dan Indo-Eropa (kelompok ini berdasarkan klasifikasi pemerintah Belanda).

Selain pelajaran dasar seperti membaca, menulis, dan berhitung, sekolah ini juga mengajarkan ekonomi dan doktrin untuk melawan penjajahan.

Pada tahun 1926, Ernest menikahi Johanna Mussel, salah satu guru di sekolah tersebut. Menariknya, Soekarno juga pernah menjadi guru di salah satu Ksatrian Instituut.

Karena materi pendidikan di sekolah ini dianggap anti-Belanda, Ernest diasingkan ke Suriname, dianggap kembali melawan pihak Belanda.

Baca Juga: Biografi Samanhudi, Saudagar Pendiri Sarikat Dagang Islam

Wafatnya Douwes Dekker

Pada tanggal 28 Agustus 1950, Douwes Dekker meninggal dunia, meskipun di batu nisannya tertulis bahwa ia wafat pada tanggal 29 Agustus 1950.

Ia dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Cikutra, Bandung.

Untuk menghormati jasa-jasanya, nama "Setiabudi," yang lebih dikenal sebagai julukannya, diabadikan sebagai nama jalan di Bandung di Jakarta.

Pemerintah Indonesia, di bawah presiden Soekarno, pada tanggal 9 November 1961, menerbitkan Keputusan Presiden Nomor 590 tahun 1961 yang menetapkan Douwes Dekker atau Danudirja Setiabudi sebagai Pahlawan Nasional.

Baca Juga: 10 Rekomendasi All You Can Eat Jogja, Dijamin Lezat Moms!

Demikian biografi Ernest Douwes Dekker dan perjuangannya menentang kolonialisme.

Semoga informasi ini dapat memperkaya wawasan kebangsaan kita, ya!

  • https://www.biografiku.com/biografi-douwes-dekker/
  • https://www.zenius.net/blog/biografi-ernest-douwes-dekker
  • https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Ernest_Douwes_Dekker
  • https://mpn.kominfo.go.id/perpus/index.php?p=show_detail&id=14181&keywords=

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb