06 Juli 2023

Cerita Rakyat Malin Kundang, Kisah Anak Durhaka pada Ibu

Malin Kundang adalah salah satu cerita rakyat yang paling populer di Indonesia
Cerita Rakyat Malin Kundang, Kisah Anak Durhaka pada Ibu

Cerita rakyat Malin Kundang adalah salah satu legenda yang kisahnya paling populer di Indonesia.

Malin Kundang mengisahkan tentang seorang anak yang durhaka terhadap orang tuanya lalu dikutuk menjadi batu oleh ibunya.

Bahkan, saking populernya dongeng tersebut, cerita rakyat Malin Kundang ini sempat dibuat menjadi film, sinetron, hingga drama teater.

Selain itu, patung Malin Kundang yang ada di Pantai Air Manis, Padang, Sumatera Barat, kini menjadi salah satu destinasi wisata wajib jika berkunjung ke Kota Padang.

Baca Juga: 10 Manfaat Membaca Dongeng untuk Anak, Apa Saja?

Cerita Rakyat Malin Kundang

Meskipun berakhir tidak bahagia, karena Malin Kundang dikutuk menjadi batu, namun cerita ini mengandung banyak hal positif dan nilai-nilai yang bisa dicontoh untuk Si Kecil.

Mulai dari taat pada orang tua, tidak sombong dengan sesama manusia, dan perjuangan menuju kesuksesan.

Nah, berikut ini cerita rakyat Malin Kundang, seperti dilansir dari buku Malin Kundang Cerita Rakyat Sumatera Barat (2015) oleh Kak Yudi.

1. Keluarga Nelayan yang Miskin

Cerita Rakyat Malin Kundang
Foto: Cerita Rakyat Malin Kundang (Permainan-bocah.blogspot.com)

Pada zaman dahulu hiduplah sepasang suami istri di perkampungan nelayan Pantai Air Manis, Padang, Sumatera Barat.

Mereka memiliki anak lelaki bernama Malin Kundang. Keluarga ini hidup serba kekurangan dan miskin.

Untuk memperbaiki nasib keluarga, ayah Malin Kundang memutuskan untuk merantau ke negeri seberang dengan mengarungi lautan menggunakan kapal nelayan.

2. Mande Rubayah Berjuang Sendiri Membesarkan Malin Kundang

Cerita Rakyat Malin Kundang
Foto: Cerita Rakyat Malin Kundang (Permainan-bocah.blogspot.com)

Bertahun-tahun berlalu, Malin dan ibunya yang bernama Mande Rubayah tak kunjung mendengar kabar dari sang ayah.

Ibunda Malin hanya bisa pasrah dan berusaha sekuat tenaga untuk membesarkan Malin Kundang.

Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, Mande Rubayah berjualan kue dari pasar ke pasar dan rumah ke rumah.

Hingga suatu hati, Malin tiba-tiba jatuh sakit. Anak malang itu sakit keras bahkan hampir merenggut nyawanya.

Namun, berkat kasih sayang ibunda, Malin berhasil sembuh dan selamat dari penyakit yang mematikan.

Setelah sembuh dari sakit parah, Malin semakin menyayangi ibunya dan keduanya hidup saling menyayangi.

Baca Juga: 7 Dongeng Anak Perempuan, Bacakan untuk Si Kecil Yuk!

3. Malin Meminta Izin Merantau

Cerita Rakyat Malin Kundang
Foto: Cerita Rakyat Malin Kundang (Permainan-bocah.blogspot.com)

Bertahun-tahun hidup berdua, tak terasa Malin sudah dewasa.

Dalam cerita rakyat Malin Kundang itu, ia meminta izin kepada ibunya untuk merantau ke kota besar untuk mencari uang dan mengubah nasibnya serta ibunya.

Kebetulan, saat itu juga sedang ada kapal besar yang merapat di Pantai Air Manis, sehingga Malin tak ingin melewatkan kesempatan besar untuk merantau.

Meski begitu, sang ibu mulanya melarang Malin untuk pergi karena takut terjadi sesuatu.

“Jangan Malin, ibu takut terjadi sesuatu denganmu di tanah rantau sana. Menetaplah saja di sini, temani ibu,” ucap ibunya sedih.

Malin pun mencoba menenangkan sang ibu, "Ibu tenanglah, tidak akan terjadi apa-apa denganku,” kata Malin sambil menggenggam tangan ibunya.

"Ini kesempatan Bu, karena belum tentu setahun sekali ada kapal besar merapat di pantai ini. Aku ingin mengubah nasib kita Bu, izinkanlah” ujar Malin sambil memohon.

Dengan berat hati, Mande Rubayah mencoba menyingkirkan kekhawatiran dan ketakutannya atas kepergian Malin.

Ia pun mengizinkan Malin untuk merantau ke kota besar. Dan berjanji akan selalu menunggu Malin kembali ke rumah.

“Baiklah, ibu izinkan. Cepatlah kembali, ibu akan selalu menunggumu Nak,” kata ibunya terisak tangis.

Sebelum pergi, Malin dibekali dengan tujuh nasi berbungkus daun pisang untuk bekal di perjalanan.

Akhirnya, Malin berangkat ke kota besar menaiki kapal dan meninggalkan ibunya sendirian di kampung halaman.

Baca Juga: Cerita Fabel Dongeng Singa dan Tikus, Sarat Pesan Persahabatan!

4. Ibunda Malin Setia Menunggu Kabar dan Kepulangan Anaknya

Cerita Rakyat Malin Kundang
Foto: Cerita Rakyat Malin Kundang (Permainan-bocah.blogspot.com)

Semenjak kepergian Malin, hari-hari dilalui dengan sepi dan waktu berjalan begitu lambat bagi Mande Rubayah.

Setiap pagi dan sore, Mande Rubayah selalu pergi ke pantai untuk memandang laut dan bertanya-tanya, "sudah sampai manakah kamu berlayar, Nak?" tanyanya dalam hati.

Meski didera rindu dan kekhawatiran tentang keselamatan anak semata wayangnya, Mande Rubayah tak lupa untuk selalu mendoakan Malin agar selamat dan berhasil di kota besar.

Setiap kali ada kapal merapat di Pantai Air Manis, Mande Rubayah selalu menanyakan kabar anaknya kepada nelayan dari kapal tersebut, "Apakah kalian melihat anakku, Malin? Apakah dia baik-baik saja? Kapan ia pulang?” tanyanya.

Namun, setiap orang ia tanyai tidak pernah memberikan jawaban atau memberikan titipan salam maupun pesan dari anak lelakinya.

Baca Juga: Ini Cerita Roro Jonggrang yang Bisa Moms Ceritakan pada Anak

5. Kabar Gembira dari Awak Kapal

Cerita Rakyat Malin Kundang
Foto: Cerita Rakyat Malin Kundang (Permainan-bocah.blogspot.com)

Tak terasa bertahun-tahun telah berlalu menunggu kabar Malin, Mande Rubayah kini tak lagi muda.

Jalannya sudah terbungkuk-bungkuk, wajahnya dipenuhi keriput dan rambutnya memutih.

Meski begitu, ingatan dan kasih sayangnya kepada Malin tak pernah berkurang.

Hingga suatu hari, seorang nakhoda yang dahulu membawa Malin ke kota besar memberi kabar bahagia kepada Mande Rubayah.

“Mande, tahukah kau, anakmu kini telah menikah dengan gadis cantik, putri seorang bangsawan yang sangat kaya raya,” ucap si nakhoda.

Mendengar hal itu, Mande Rubayah hanya ingin segera bertemu anaknya.

Setiap malam berdoa agar Malin cepat pulang. Keyakinan bahwa anaknya akan pulang tak pernah pudar.

Baca Juga: Cerita Pinokio: Kisah Seorang Anak yang Suka Berbohong

6. Malin Kundang Pulang ke Kampung Halaman

Cerita Rakyat Malin Kundang
Foto: Cerita Rakyat Malin Kundang (Permainan-bocah.blogspot.com)

Suatu ketika, sebuah kapal besar, megah, dan indah menepi di Pantai Air Manis. Warga berkumpul mengelilingi kapal mewah tersebut karena mengira bahwa kapal itu milik seorang sultan atau pangeran.

Mande Rubayah ikut berdesakan mendekati kapal dan benar saja pemuda tampan berpakaian indah itu adalah Malin Kundang.

Dengan spontan, Mande Rubayah langsung memeluk Malin dengan erat seakan tak ingin lagi kehilangan.

“Malin, anakku. Kau benar anakku kan? Mengapa begitu lamanya kau tidak memberi kabar?” ujarnya sambil menangis bahagia.

Baca Juga: Cerita Dongeng Cinderella, Yuk Bacakan untuk Si Kecil!


7. Kebohongan Malin Kundang

Cerita Rakyat Malin Kundang
Foto: Cerita Rakyat Malin Kundang (Permainan-bocah.blogspot.com)

Melihat suaminya dipeluk oleh perempuan renta dengan baju compang camping, istri Malin meludah dan mengatakan, "Wanita jelek inikah ibumu? Mengapa dahulu kau bohong padaku!

Bukankah dulu kau katakan bahwa ibumu adalah seorang bangsawan yang sederajat denganku?!" ujar istri Malin dengan emosi dan sinis.

Mendengar hal itu, Malin kemudian berbohong.

Ia mendorong tubuh ibunya yang lemah dan mengatakan,"Wanita gila! Aku bukan anakmu!" kata Malin dengan kasar.

Melihat perlakukan Malin, Mande Rubaya seakan tak percaya.

“Malin, Malin, anakku. Aku ini ibumu, Nak! Mengapa kau jadi seperti ini Nak?!" ujarnya seraya tertatih bangun dari tanah.

Malin tak mempedulikan perkataan ibunya, rasa malunya kepada istrinya jauh lebih besar ketimbang rasa sayangnya kepada sang ibu.

Malin pun tak mengakui bahwa Mande Rubaya adalah ibunya.

“Hai, wanita gila! lbuku tidak seperti engkau! Melarat dan kotor!” tepis Malin ketika melihat ibunya mencoba memeluknya kembali.

Baca Juga: 10+ Rekomendasi Buku Cerita Inspiratif Bertema Perjuangan, Ibu, dan Menabung

8. Mande Rubaya Mengutuk Malin Menjadi Batu

Cerita Rakyat Malin Kundang
Foto: Cerita Rakyat Malin Kundang (60dtk.com)

Mande Rubaya pun pingsan, ketika ia sadar pantai sudah sepi dan kapal mewah yang ditumpangi Malin telah pergi menjauh.

Tak hanya tubuhnya yang kesakitan, hatinya jauh lebih terluka saat mengetahui bahwa anak semata wayangnya berbuat semena-mena terhadapnya.

Mande Rumabay pun berdoa kepada Tuhan,"Ya, Tuhan, kalau memang dia bukan anakku, aku maafkan perbuatannya tadi.

Tapi kalau memang dia benar anakku yang bernama Malin Kundang, aku mohon keadilanmu, Ya Tuhan!" ucapnya sambil menangis.

Sesaat kemudian, hujan lebat tiba-tiba mengguyur disertai badai besar yang menyebabkan kapal mewah Malin Kundang terhantam.

Petir pun menyambar dan menyebabkan kapal milik Malin hancur berkeping-keping hingga terbawa ke tepi Pantai Air Manis.

Keesokan harinya, ditemukan batu besar menyerupai manusia sedang bersujud dan itulah tubuh Malin Kundang yang dikutuk ibunya menjadi batu.

Konon, di sela-sela serpihan batu, terlihat ikan teri, ikan belanak, dan ikan tenggiri berenang di sekitarnya.

Menurut legenda, ikan itu merupakan serpihan tubuh istri Malin.

Menurut masyarakat setempat, terkait cerita rakyat Malin Kundang, hingga kini apabila ada ombak besar, terdengar jeritan manusia yang sedang meratapi nasibnya, "Ampun, Bu…! Ampuun!" menurut legenda itu adalah suara Malin Kundang.

Itulah cerita rakyat Malin Kundang yang populer dan penuh pembelajaran.

Moms bisa mendongengkan cerita rakyat Malin Kundang ini kepada Si Kecil saat malam hari atau ketika hari libur.

  • https://books.google.co.id/books?id=na65BwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=cerita+malin+kundang&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwiVs4Te8-3uAhXhFbcAHWgNAiUQ6AEwAHoECAMQAg#v=onepage&q=cerita%20malin%20kundang&f=false

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb