19 December 2023

Biografi Dewi Sartika, Pahlawan Pendidikan Indonesia

Simak cerita hidupnya di sini!
Biografi Dewi Sartika, Pahlawan Pendidikan Indonesia

Foto: Edura.unj.ac.id

Oleh karena itu, ia harus meminjam sebagian ruangan di Kepatihan Bandung untuk menjadi ruang kelas tambahan.

Pada awalnya, sekolah ini hanya memiliki 20 siswi, yang diajarkan berbagai keterampilan seperti berhitung, membaca, menulis, menjahit, merenda, menyulam, dan pelajaran agama.

Sekolah Isteri terus mendapatkan dukungan positif dari masyarakat, sehingga jumlah siswinya terus bertambah.

Bahkan hingga ruang di Kepatihan Bandung yang sebelumnya dipinjam pun sudah tidak cukup untuk menampung mereka semua.

Untuk mengatasi masalah ini, sekolah ini akhirnya dipindahkan ke lokasi yang lebih luas.

Dalam waktu sekitar enam tahun sejak pendiriannya, pada tahun 1910, sekolah ini berganti nama menjadi "Sekolah Keutamaan Istri" dan tidak hanya mengalami perubahan nama, tetapi juga menambahkan beragam pelajaran baru ke dalam kurikulumnya.

Dewi Sartika dengan tekun mendidik anak-anak perempuan dengan harapan agar mereka dapat menjadi ibu rumah tangga yang baik, mandiri, berpengetahuan, dan terampil.

Oleh karena itu, ia memberikan banyak pelajaran yang berkaitan dengan keterampilan rumah tangga selama proses pengajaran.

Untuk mengatasi biaya operasional sekolah, ia bekerja keras untuk mengumpulkan dana.

Jerih payahnya tidak dianggap sebagai beban, melainkan sebagai kepuasan batin karena ia berhasil mendidik kaum perempuan di sekitarnya.

Salah satu sumber semangatnya adalah dukungan dari berbagai pihak, terutama dari suaminya, Raden Kanduruan Agah Surawinata, yang telah banyak membantunya dalam perjuangannya, baik dengan tenaga maupun pemikiran.

Dalam beberapa tahun berikutnya, di berbagai wilayah Pasundan, muncul beberapa Sekolah Isteri lainnya yang dikelola oleh perempuan-perempuan Sunda yang memiliki cita-cita yang serupa dengan Dewi Sartika.

Pada tahun 1912, sudah ada sekitar 9 Sekolah Isteri di berbagai kota dan kabupaten.

Ketika memasuki usianya yang kesepuluh, yaitu pada tahun 1914, nama Sekolah Isteri diganti menjadi "Sakola Kautamaan Istri" (Sekolah Keutamaan Perempuan).

Baca Juga: Biografi Gatot Soebroto, Pahlawan Pembela Rakyat Kecil

Wafatnya Dewi Sartika

Dewi Sartika wafat pada tanggal 11 September 1947 di Tasikmalaya. Upacara pemakamannya diselenggarakan dengan sederhana di pemakaman Cigagadon, Desa Rahayu, Kecamatan Cineam.

Tiga tahun kemudian, makamnya dipindahkan ke kompleks Pemakaman Bupati Bandung di Jl. Karang Anyar, Bandung.

Meskipun para pahlawan lainnya memilih jalur perjuangan melalui perang frontal dengan mengangkat senjata,

Dewi Sartika memilih perjuangan melalui bidang pendidikan.

Walaupun bentuk dan cara perjuangan yang ditempuhnya berbeda dengan para pahlawan lainnya, namun ia tetap dianggap sebagai seorang pahlawan.

Hal ini disebabkan karena ia telah melakukan sesuatu yang dianggap heroik bagi bangsanya sesuai dengan kondisi zaman ketika itu.

Baca Juga: 13 Tempat Wisata Purwakarta yang Hits dan Menarik, Apa Saja?

Demikian informasi seputar Dewi Sartika, pahlawan nasional wanita yang memperjuangkan pendidikan.

  • https://www.infobiografi.com/biografi-dan-profil-lengkap-dewi-sartika/
  • https://www.biografiku.com/biografi-dewi-sartika/
  • https://budaya.jogjaprov.go.id/berita/detail/1130-pahlawan-perintis-pendidikan-perempuan-jawa-barat-raden-dewi-sartika-1884-1947

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb