22 Maret 2024

Cerita Dongeng Panjang tentang Hewan untuk Pengantar Tidur

Ada tentang kancil, trenggiling, hingga beruang
Cerita Dongeng Panjang tentang Hewan untuk Pengantar Tidur

Foto: Freepik.com/lifestylememory

3. Dongeng Kancil dan Beruang

Dongeng Kancil
Foto: Dongeng Kancil (Freepik.com/brgfx)

Selanjutnya, ada dongeng panjang tentang Kancil dan Beruang. Berikut ini kisah lengkapnya.

Alkisah, di sebuah hutan berlangsung kehidupan yang tenteram, damai, dan semua kebutuhan hewan-hewan terpenuhi.

Karena itu, hewan-hewan tidak perlu merasa khawatir untuk mencari makan demi mengisi ruang kosong di perutnya.

Suatu hari, hutan tersebut tiba-tiba kedatangan tamu yang tak pernah diharapkan.

Kedatangannya membuat penghuni hutan serta merta merasa ketakutan.

Hutan yang mulanya diramaikan oleh riuh suara hewan-hewan yang sedang mencari makan, kini menjadi sunyi mencekam.

Tak ada yang berani keluar dari sarangnya meskipun mereka merasa kelaparan.

Jauh dari hutan tersebut, hidup seekor Kancil yang sudah lama tidak mendatangi hutan itu.

Tiba-tiba terbersit keinginan Kancil untuk mengunjungi hutan tersebut dan sekaligus ingin bertemu teman-temannya atau sekadar menghirup udara di hutan yang damai itu.

Tanpa mengetahui situasi yang tengah terjadi, Kancil terus melangkah santai memasuki hutan.

Ia tidak menyadari bahwa hutan tersebut tengah dalam situasi mencekam.

Setelah berjalan lebih jauh ke tengah hutan, Kancil tiba-tiba menghentikan langkahnya.

Ia mengamati situasi hutan yang sunyi. Tiba-tiba muncul rasa curiga dan penasaran dalam dirinya.

“Mengapa hutan ini sepi sekali? Suasananya pun seperti mencekam,” tanya Kancil dalam hati.

Tiba-tiba Kancil mendengar suara seruan peringatan dari Burung Balam yang gerakannya begitu cepat dan mengisyaratkan untuk waspada.

“Hei, Kancil! Segeralah bersembunyi sebelum kau dimangsanya! Karena hutan ini sudah tidak aman lagi! Anak-anak kami banyak yang mati dimakannya. Sungai-sungai pun menjadi keruh dibuatnya,” teriak Burung Balam mengabarkan dan sekaligus mengingatkan Kancil.

“Dia tinggal di mana rupanya?” tanya Kancil dengan penuh penasaran.

“Aku tidak tahu dia tinggal di mana. Tapi yang pasti, dia akan keluar tiba-tiba dan memangsa setiap hewan yang berjumpa dengannya,” jawab Burung Balam dan membuat nyali Kancil tiba-tiba menciut.

Tidak hanya Burung Balam yang berkata seperti itu kepada Kancil.

Hewan-hewan lain yang kebetulan mendengar percakapan antara Burung Balam dengan Kancil, juga membenarkan peringatan yang disampaikan Burung Balam tersebut.

Tiba-tiba terdengar suara auman yang menggetarkan nyali Burung Balam dan Kancil.

Dengan tergesa-gesa karena rasa takutnya, Kancil berusaha lari untuk mencari tempat persembunyian.

Namun sebelum Kancil berlari, ternyata binatang tersebut telah berdiri di hadapannya.

Badannya yang besar dan cakarnya yang tajam membuat hewan-hewan kecil takut padanya.

Kancil tetap berusaha melarikan diri dari hewan tersebut. Namun gerakan hewan itu ruparupanya lebih cepat dari pada Kancil.

Tanpa disadari Kancil, hewan tersebut ternyata kembali sudah berada di hadapannya.

Namun Kancil tidak melihat keberadaan hewan itu.

Ia terus berlari sehingga menabrak hewan itu dan membuat Kancil jatuh ke dalam lumpur.

Walaupun kondisinya sudah dalam keadaan terancam, namun Kancil tidak mau menyerah begitu saja ataupun putus asa.

Ia berusaha menggunakan akalnya supaya bisa terlepas dari situasi yang sedang mengancamnya.

Ketika hewan tersebut bersiap-siap untuk memangsanya, Kancil tiba-tiba berkata, “Stop! Jangan kau makan mangsamu dalam keadaan seperti ini. Nanti rasanya tidak akan nikmat seperti yang kau bayangkan,” ucap Kancil mulai memainkan akalnya.

“Kalau begitu, aku harus bagaimana?” Tanya hewan buas itu.

“Di sekitar sini ada sungai. Izinkan aku membersihkan diri. Dan setelah itu, kau boleh menyantapku,” jawab Kancil memohon.

“Baiklah,” balas hewan buas tersebut. Kancil kemudian berjalan menuju sungai.

Hewan pemangsa itu mengikuti dan mengawasi Kancil dari belakang.

Sambil berjalan santai menuju sungai, Kancil menyempatkan diri bertanya pada hewan itu.

“Apakah kau hewan yang bernama beruang?”

“Iya. Akulah beruang! Aku adalah raja hutan. Semua hewan takut padaku,” ucap Beruang membanggakan diri sambil tertawa.

“Jika kau bernama Beruang, tentulah kau lebih suka madu dari pada aku yang kelezatannya masih diragukan ini,” Kancil mencoba mengelabui Beruang.

“Ya! Jelas aku lebih suka madu. Tapi di hutan ini belum kutemui madu itu. Makanya aku menyantap hewan-hewan kecil,” ungkap Beruang.

“Aku tahu tempat yang menyimpan madu lezat. Jika kau berkenan aku akan mengantarkanmu pada madu tersebut.

Tapi aku mengantarkanmu setelah aku membersihkan tubuhku dulu,” Kancil menawarkan diri sambil terus mengolah akalnya.

Beruang yang tidak menyadari siasat yang sedang dimainkan Kancil, spontan memenuhi tawaran yang diajukan Kancil.

Tiada sedikit pun terpikir oleh Beruang tentang bahaya yang akan mengancamnya karena memenuhi tawaran Kancil tersebut.

Sesampai di sungai, Kancil langsung membersihkan tubuhnya.

Selanjutnya, ia melanjutkan perjalanan menuju gua yang ada madunya.

Begitu sampai di mulut gua, Kancil berkata, “Gua ini sangat gelap, tapi di dasar gua ada madu yang sangat lezat yang tak pernah diambil siapa pun,” Kancil menjelaskan sambil menunjuk ke arah dalam gua.

“Tidak apa. Kita akan ke sana,” ucap Beruang bersemangat.

Setelah berjalan ke dalam gua tersebut, Kancil memberitahu beruang,

“Hei, Beruang, dengarlah suara lebah itu. Kita sudah dekat dengan madunya. Tapi kita kesulitan melihat di mana letak madu itu. Jadi, tunggulah di sini. Aku akan keluar mengambil api dan akan segera kembali,” jelas Kancil.

Beruang membalas dengan anggukan.

Ia sedang dikuasai rasa senang yang luar biasa karena keinginannya segera terwujud untuk merasakan madu yang selama ini diimpi-impikannya.

“Jangan lama-lama ya,” Beruang mengingatkan Kancil.

Beruang sudah tak sabaran ingin menikmati lezatnya madu.

Kancil segera keluar dari gua untuk mengambil api.

Namun di luar dugaan Beruang, Kancil yang tadinya berjanji akan membawa api ke dalam gua, tapi malah menyulutkan api di mulut gua.

Akibatnya, mulut gua tertutup seketika dan Beruang terjebak di dalam gua.

Tidak jauh dari gua, tiba-tiba terdengar suara,

“Terima kasih, Kancil. Kau telah menolongku dengan memberi makanan untukku. Sejujurnya aku sudah sangat lapar karena sudah lama sekali aku tidak makan,” ucap Buaya yang telah memangsa Beruang.

“Sama-sama, Buaya. Aku memberikannya padamu karena dulu kau pernah membantuku untuk menyeberangi sungai,” sahut Kancil sambil mengingatkan jasa Buaya kepadanya.

Oya, sesungguhnya gua yang dimaksud Kancil tadi adalah mulut buaya yang sudah lama menunggu mangsa.

Sedangkan yang dimaksud Kancil dengan suara lebah itu adalah laron yang sedang bermain-main di mulut buaya.

Kini Beruang telah mati dalam mulut buaya. Hutan pun kembali seperti sedia kala: tenteram, aman, dan damai.

Tak ada lagi hewan yang hidup dalam ketakutan.

Pesan moral dari dongeng panjang ini adalah bahwa kecerdikan dan kebijaksanaan dalam menghadapi masalah lebih penting daripada kekuatan fisik semata.

Kancil, meskipun lebih kecil dan lemah daripada Beruang, berhasil mengalahkan musuhnya dengan menggunakan akal sehat dan kelicikannya.

Kancil menunjukkan bahwa dengan berpikir cerdas dan menggunakan strategi yang tepat, kita dapat mengatasi tantangan yang mungkin mengancam kita.

Selain itu, dongeng ini juga mengajarkan tentang pentingnya bersikap tulus dan membantu sesama.

Baca Juga: 12 Dongeng Pendek dengan Pesan Moral yang Baik untuk Anak

Itulah beberapa dongeng panjang yang dapat Moms bacakan pada Si Kecil di rumah serta pesan moralnya yang inspiratif.

Yuk, bangun ikatan antara orang tua dan anak yang mendalam dengan menghabiskan lebih banyak waktu bersama melalui membaca dongeng.

  • https://repositori.kemdikbud.go.id/25622/1/3.%20%20Lima%20Dongeng%20Anak%20Dunia%20SQUARE-membaca%20awal%2021x21%2028hlm.pdf
  • https://badanbahasa.kemdikbud.go.id/resource/doc/files/1_Kisah_Petualangan_Seru_Kancil_dan_Teman_Temannya.pdf
  • https://psychcentral.com/health/pros-and-cons-of-exposing-kids-to-fairytales
  • https://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1365-2214.2011.01216.x

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb