27 Juni 2022

Entomophobia, Rasa Takut Ekstrem pada Serangga: Penyebab, Gejala, Terapi Pengobatan

Takut berlebihan pada semut, laba-laba, atau kupu-kupu? Bisa jadi menderita entomophobia!
Entomophobia, Rasa Takut Ekstrem pada Serangga: Penyebab, Gejala, Terapi Pengobatan

Bagi sebagian orang, serangga bisa jadi binatang biasa, bahkan sering tidak diperhatikan keberadaannya. Namun, pada penderita entomophobia, serangga bisa jadi masalah besar!

Wah Moms, memangnya apa itu entomophobia? Bagaimana cara mengatasi entomophobia? Kita simak Moms ulasannya di sini.

Apa itu Entomophobia?

Kondisi Entomophobia
Foto: Kondisi Entomophobia (canva.com)

Foto: entomophobia (canva.com)

Entomophobia (yang dapat juga disebut acarophobia dan insectophobia) adalah kondisi ketakutan ekstrem terhadap serangga.

Bahkan hanya dengan memikirkan serangga, para pengidap entomophobia bisa terserang kecemasan.

Mereka dapat menghindar berjalan, berolahraga, atau bahkan beraktivitas di luar ruangan.

Pada kondisi tertentu, pengidap entomophobia bisa memilih hanya berdiam di dalam rumah untuk mengurangi risiko melihat atau dihinggapi serangga.

Lantas, serangga apa sih yang biasanya ditakuti? Laba-laba adalah salah satu bentuk entomofobia yang paling sering dijumpai.

Serangga lain yang kerap ditakuti misalnya, lebah, semut, kecoak, lalat, kupu-kupu, serta ngengat.

Melansir Cleveland Clinic, seseorang dengan entomophobia mungkin takut akan:

  • Disengat atau digigit serangga, seperti lebah, tawon, atau kutu.
  • Menemukan serangga, baik di luar maupun di dalam ruangan.
  • Mendapatkan penyakit dari serangga, seperti lalat atau nyamuk.
  • Merasa terdapat sarang serangga di rumah atau bahkan di tubuh mereka.
  • Melihat gambar serangga di acara TV, film, buku, atau online.

Baca juga: Mengenal Acrophobia atau Takut Ketinggian, Bisakah Diatasi?

Kenali Penyebab Entomophobia

Penyebab Entomophobia
Foto: Penyebab Entomophobia

Foto: penyebab entomophobia (Orami stock photo)

Moms, ada beberapa kemungkinan penyebab entomophobia, yang meliputi:

1. Pengalaman Traumatis Masa Lalu

Jika punya pengalaman traumatis terkait serangga, Moms dapat lebih mungkin mengembangkan entomofobia.

Misalnya, Moms memiliki riwayat alergi parah terhadap sengatan lebah. Moms akan cenderung sangat menghindari tempat lebah berada.

2. Faktor Lingkungan

Beberapa orang berisiko mendapatkan reaksi tertentu, seperti kulit gatal, saat berada di lingkungan tertentu.

Misalnya, akibat serbuk sari, jamur, atau alergen rumah tangga. Kulit yang teriritasi terus-menerus dapat menyebabkan seseorang menyalahkan serangga.

3. Riwayat Keluarga

Menurut penelitian di jurnal Psychiatry Clinical Neurosciences tahun 2015, risiko entomofobia juga diturunkan melalui genetik.

Moms berisiko lebih besar terkena entomofobia jika memiliki kerabat dekat atau orang tua dengan gangguan fobia atau gangguan kecemasan.

4. Mendengar Fobia yang Sama

Melihat atau mendengar seseorang berbicara tentang ketakutan mereka terhadap serangga dapat menyebabkan Moms memiliki fobia yang sama.

Misalnya, teman kantor bercerita tentang phobia kecoa dan bagaimana ketakutan tersebut mengganggunya. Mendengar cerita itu, Moms bisa ikut menderita kondisi yang sama.

5. Trauma Cedera Otak

Melansir studi dari jurnal Biological Psychiatry tahun 2012, cedera otak, seperti gegar otak, telah dikaitkan dengan perkembangan gangguan kecemasan.

Cedera otak tampaknya meningkatkan pengkondisian rasa takut dan membuat otak takut “belajar” peristiwa stres yang dialami setelah cedera.

Baca juga: Mengenal Androphobia, Kondisi Ketakutan Ekstrem kepada Laki-laki, Bagaimana Mengatasinya?

Gejala Entomophobia

Gejala Entomophobia
Foto: Gejala Entomophobia (canva.com)

Foto: gejala entomophobia (canva.com)

Banyak orang mungkin tak terlalu menyukai serangga. Namun, berbeda dengan pengidap entomophobia.

Mereka punya ketakutan irasional terhadap bangsa serangga, yang sebenarnya tidak berisiko bahaya.

Sayangnya, membayangkan serangga saja bisa memicu serangkaian gejala mental dan fisik.

Gejala Secara Mental

Dinukil dari Healthline, berikut gejala entomophobia secara mental:

  • Perasaan takut atau cemas yang intens saat melihat atau memikirkan serangga.
  • Kecemasan yang memburuk saat serangga mendekat.
  • Ketidakmampuan untuk mengendalikan ketakutan, meski Moms sadar itu tidak masuk akal.
  • Jadi sulit fokus, konsentrasi, dan “berfungsi” karena ketakutan yang irasional.
  • Rela melakukan segala hal untuk menghindari risiko bertemu serangga, seperti menghindari taman, ruang bawah tanah, atau aktivitas di mana serangga mungkin ada.

Gejala Secara Fisik

Selain itu, ciri-ciri entomofobia secara fisik antara lain:

  • Serangan panik
  • Jantung berdebar
  • Sesak napas
  • Berkeringat
  • Hiperventilasi
  • Mulut kering
  • Gemetar atau gemetar
  • Menangis, terutama pada anak kecil

Terapi Pengobatan Entomophobia

Cara Pengobatan Entomophobia
Foto: Cara Pengobatan Entomophobia

Foto: ilustrasi terapi penderita entomophobia (Orami stock photo)

Ada beberapa terapi untuk mengatasi fobia serangga, antara lain:

Terapi Eksposur

Terapi eksposur adalah salah satu metode pengobatan utama untuk penderita entomophobia.

Selama sesi terapi, psikolog akan memperkenalkan Moms pada situasi yang dapat memicu gejala.

Secara bertahap, ahli akan membantu Moms mengelola respons saat dipaparkan pada serangga.

Selama terapi eksposur, psikolog biasanya akan memandu Moms untuk:

  • Mempelajari teknik relaksasi dan pernapasan.
  • Berbicara seputar ketakutan terhadap serangga.
  • Melihat gambar atau video serangga.
  • Melihat serangga hidup di dalam situasi yang terkontrol, misalnya di ruangan terapi.
  • Secara bertahap, Moms akan diarahkan pada situasi yang mungkin melihat serangga, seperti taman atau hutan.

Terapi Kognitif

Pilihan pengobatan lain yang mungkin disarankan ahli adalah terapi perilaku kognitif. Tujuan utama terapi adalah untuk mengatasi ketakutan irasional seseorang terhadap serangga.

Pada beberapa kasus, dokter juga dapat meresepkan obat-obatan untuk membantu meredakan perasaan cemas, seperti:

  • Antipsikotik
  • Antidepresan
  • Beta-blocker5

Baca juga: Mengenal Philophobia alias Fobia Jatuh Cinta: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasi

Tips Menangani Gejala Entomophobia yang Bisa Dilakukan Sendiri

Entomophobia
Foto: Entomophobia (canva.com)

Foto: takut beraktivitas outdoor pada penderita Entomophobia (canva.com)

Moms, kita hidup di negeri Khatulistiwa dengan banyak sekali ruang terbuka hijau, seperti taman kota dan halaman.

Rasanya akan sulit sekali untuk menghindar sama sekali dari serangga.

Moms tentunya tidak mau terus-menerus berada di dalam rumah, bukan? Tenang, ada beberapa hal yang mungkin dilakukan saat penderita tak sengaja melihat serangga.

Simak beberapa cara mengatasi kecemasan pada penderita entomofobia yang bisa Moms lakukan sendiri di bawah ini.

  • Coba tarik napas dalam-dalam jika Moms merasa panik.
  • Pikirkan hal-hal logis untuk mengurangi ketakutan irasional seputar serangga. Misalnya, seekor semut mungkin saja tidak menyakiti tubuh Moms.
  • Jangan lupa konsumsi makanan sehat, rutin berolahraga, dan tidur yang cukup.
  • Terapkan teknik relaksasi, seperti yoga dan meditasi.
  • Beri reward pada diri sendiri saat Moms berhasil menghadapi ketakutan tersebut.

Selain cara-cara di atas, tak ada salahnya Moms join komunitas dengan kondisi yang sama. Di dalam komunitas Moms bisa berbagi pengalaman terkait kesulitan yang dialami karena fobia.

Mom juga bisa mendengar cerita sukses survivor, dan bagaimana mereka dapat terlepas dari jerat entomofobia.

Itulah penjelasan lengkap seputar entomofobia. Jika Moms memiliki takut berlebihan pada serangga, seperti laba-laba, kecoak, cacing, ulat, atau semut, segera konsultasikan kepada ahli.

  • https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/22551-entomophobia-fear-of-insects
  • https://www.healthline.com/health/mental-health/entomophobia
  • https://www.verywellmind.com/what-is-the-fear-of-insects-2671770
  • https://www.verywellhealth.com/entomophobia-definition-symptoms-causes-treatments-5209224
  • https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/25762210/
  • https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3264758/

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb