19 Juli 2023

Hidronefrosis: Gejala, Penyebab dan Cara Mengobatinya

Pada beberapa kasus tidak menimbulkan gejala
Hidronefrosis: Gejala, Penyebab dan Cara Mengobatinya

Hidronefrosis menjadi salah satu penyebab Moms sering merasakan nyeri punggung hingga menjalar ke perut bawah.

Kondisi ini dapat dialami oleh semua usia, termasuk pada janin yang sering disebut hidronefrosis antenatal.

Pada beberapa kasus, penyakit hidronefrosis tidak menimbulkan gejala dan juga tidak menyebabkan komplikasi jangka panjang.

Namun jika dibiarkan begitu saja, kondisi ini bisa menyebabkan infeksi dan jaringan parut di ginjal sehingga berisiko mengalami gagal ginjal.

Sebenarnya, apa itu hidronefrosis? Dan apa saja penyebab penyakit ini? Apakah bisa disembuhkan?

Yuk, ketahui penjelasan lebih lengkapnya di bawah ini!

Baca Juga: 15+ Makanan Penambah Berat Badan Janin dalam Kandungan

Apa Itu Hidronefrosis?

Ilustrasi Ginjal
Foto: Ilustrasi Ginjal (Orami Photo Stocks)

Hidronefrosis adalah pelebaran atau pembengkakan ginjal yang disebabkan karena terjadinya penumpukan cairan urine di dalam sel dan jaringan ginjal.

Gangguan ini dapat pula disertai pelebaran ureter (hidroureter).

Normalnya, ginjal bekerja dengan menyaring sisa metabolisme dari darah dan mengeluarkannya lewat urine.

Urine yang berasal dari pelvis ginjal akan mengalir menuju kaliks ginjal, dan selanjutnya akan dialirkan ke ureter.

Ureter itu sendiri merupakan saluran yang menghubungkan ginjal dan kandung kemih.

Selanjutnya, dari kandung kemih urine seharusnya dikosongkan lewat uretra.

Namun pada penderita hidronefrosis, terjadi hambatan aliran keluar urine.

Aliran urine yang terhambat ini dapat menyebabkan penekanan intralumen ginjal dan memicu terjadinya pembesaran ruang ginjal dan penipisan ginjal.

Kondisi ini akan mengganggu fungsi ginjal.

Sebab, tekanan dari cairan yang menumpuk di ginjal akan menurunkan laju filtrasi darah dan merusak sel-sel ginjal.

Baca Juga: 5 Cara Menerapkan Pola Asuh Positif pada Bayi agar Si Kecil Bahagia

Ini dapat menyerang bayi hingga orang dewasa.

Hidronefrosis pada anak-anak dapat didiagnosis selama masa bayi atau kadang-kadang selama USG prenatal sebelum bayi lahir.

Melansir Cureus, padarentang usia 20-60 tahun, hidronefrosis lebih banyak ditemukan pada pasien berjenis kelamin perempuan dibanding dengan laki-laki.

Hal ini kemungkinan berkaitan dengan kehamilan atau adanya masalah pada sistem reproduksi wanita.

Selain itu, pada pria berusia 60 tahun ke atas, angka kasus kondisi ini mengalami peningkatan.

Hal ini mungkin disebabkan oleh penyakit yang berhubungan dengan kelenjar prostat.

Penyebabnya sendiri cukup beragam, banyak di antaranya tidak menyebabkan kerusakan pada ginjal, tetapi dalam beberapa kasus hidrofenosis dapat dikaitkan dengan fungsi ginjal yang buruk.

Hidrofenosis dapat menyerang satu ginjal (unilateral) atau keduanya (bilateral), dan sekitar setengah dari kasus pembengkakan ginjal pada bayi ini sembuh dengan sendirinya.

Baca Juga: Serba-serbi Nyeri Tulang Kemaluan Tanda Melahirkan, Benarkah?

Hidronefrosis bukan penyakit, melainkan sindrom yang terjadi akibat penyakit lain yang mendasarinya.

Jika tidak segera ditangani, beberapa masalah kesehatan dapat terjadi, seperti penyakit ginjal atau gagal ginjal permanen.


Gejala Hidrofenosis

Sakit Perut (Orami Photo Stock)
Foto: Sakit Perut (Orami Photo Stock)

Gejala hidronefrosis biasanya tergantung pada penyebabnya.

Namun, seringkali kondisi ini tidak menimbulkan gejala.

Ketika gejala terjadi, dapat mencakup:

  • lebih jarang buang air kecil,
  • urine tidak sebanyak biasanya,
  • darah dalam urine (hematuria),
  • sering tidak dapat menahan kencing,
  • sakit pada punggung, perut, atau bagian samping tubuh,
  • nyeri saat buang air kecil,
  • demam, serta
  • mual dan muntah.

“Hidrofenosis pada bayi baru lahir umumnya tidak menunjukkan gejala. Diagnosis biasanya dilakukan selama masa kehamilan melalui USG," ujar Irene McAleer, ahli urologi pediatrik, seperti dikutip dari saluran YouTube CHOC Children’s.

Menurut McAleer, hidrofenosis dapat menunjukkan gejala jika bayi mengalami infeksi saluran kemih atau obstruksi dengan rasa sakit dan ketidaknyamanan. Urin yang keluar mungkin sedikit, tetapi umumnya itu bukanlah salah satu gejalanya.

Bayi yang lebih besar biasanya juga tidak menunjukkan gejala dan kondisinya dapat sembuh dengan sendirinya tanpa intervensi.

Baca Juga: 14 Jenis Imunisasi Anak Menurut IDAI, Catat Jadwalnya!

Penyebab Hidrofenosis

Bayi Menangis (Orami Photo Stock)
Foto: Bayi Menangis (Orami Photo Stock)

Pembengkakan ginjal ini merupakan akibat dari penyakit lain yang dialami pengidap.

Melansir StatPearls Journal, hidronefrosis terjadi saat terdapat gangguan atau sumbatan pada saluran kemih, sehingga urine terperangkap di dalam ginjal karena tidak dapat dikeluarkan.

Penumpukan ini kemudian sebabkan ginjal menjadi bengkak.

Ada beberapa kondisi yang bisa meningkatkan risiko pembengkakan ginjal alias hidronefrosis menyerang.

Faktor-faktor berikut bisa menyebabkan penyumbatan aliran urin, di antaranya:

  • Kanker

Tumor yang terdapat di kandung kemih, kelenjar prostat, rahim, atau organ tubuh lain yang terletak di sekitar saluran kencing dapat menghambat aliran urine.

  • Pembesaran prostat jinak

Adalah kondisi umum yang terjadi pada pria berusia lanjut.

Pembengkakan pada prostat dapat menyebabkan aliran urine terhambat.

  • Pembekuan darah

Penggumpalan atau pembekuan darah di ginjal atau saluran kencing juga dapat memengaruhi aliran urine.

  • Penyempitan uretra (striktur uretra)

Jika kondisi ini terjadi, akan terjadi masalah pada proses pembuangan urine.

  • Penyakit ginjal bawaan

Kondisi ini terjadi ketika ginjal tidak berfungsi akibat adanya kista.

Jika kista ginjal berkembang, hal ini dapat memengaruhi aliran urine dan menyebabkan pembengkakan pada ginjal.

  • Masalah pada sistem saraf

Jika terdapat gangguan pada sistem saraf di sekitar kandung kemih dan saluran kencing, aliran urine juga akan terganggu.

Sementara itu, penyebab hidronefrosis pada bayi baru lahir umumnya ditemukan pada pemeriksaan USG prenatal, yaitu:

  • Kelainan bawaan lahir seperti ureter bercabang (ureter ektopik), spina bifida, atau kelainan katup uretra (posterior urethral valves)
  • Penyumbatan (obstruksi) yang menghalangi urine mengalir keluar dari ginjal
  • Uretocele yaitu pembentukan kantung di ureter yang bisa menyumbat ureter
  • Gangguan di otot kandung kemih yang menyebabkan urine mengalir kembali ke ginjal

Baca Juga: Demam Berdarah Dengue: Gejala, Penyebab, Pengobatan, dan Pencegahan

Cara Mengatasi Hidrofenosis

Operasi
Foto: Operasi (legalscoops.com)

Pengobatan hidronefrosis tergantung pada penyebabnya serta seberapa parah hidronefrosis yang diderita.

Beberapa kasus ginjal yang bengkak dapat diselesaikan tanpa operasi.

Namun, ketika kondisi ini semakin parah, berikut beberapa pilihan penanganan yang dapat dilakukan untuk mengobati hidronefrosis, berdasarkan kondisi kesehatan.

1. Penggunaan Stent ke Ginjal

Apabila penyakit termasuk kategori akut atau terjadi secara mendadak, tenaga medis akan memasukkan stent atau tabung kecil dari kulit ke ginjal.

Tabung ini kemudian membantu menguras urine yang menumpuk di ginjal.


2. Litotripsi

Pada prosedur ini biasanya tenaga medis akan mengalirkan gelombang kejut berkekuatan tinggi dengan bantuan mesin.

Gelombang ini membantu memecah batu-batu yang ada di ginjal.

Dengan begitu, pecahan batu akan larut dan dapat dikeluarkan dari tubuh.

3. Ureteroskopi

Ureteroskopi umumnya memakai tabung tipis khusus yang akan diletakkan di uretra.

Tabung tipis ini bertujuan memudahkan dokter untuk menghancurkan dan membuang batu-batu yang menyumbat.

Prosedur ini biasanya dikombinasikan dengan metode lain, seperti pulsed dye laser atau litotripsi.

Beberapa kasus menunjukkan bahwa ureteroskopi digunakan sebagai alternatif bagi ibu hamil, pasien dengan darah yang menggumpal, atau pasien yang obesitas.

4. Pemberian Obat Antibiotik

Jika hidronefrosis disebabkan oleh suatu infeksi, Moms mungkin akan diberikan antibiotik untuk mengatasi penyebab tersebut.

5. Operasi

Jika batu di ginjal sudah terlalu besar dan sulit dibuang, dokter mungkin akan menganjurkan prosedur bedah atau operasi.

Selain itu, operasi juga disarankan bagi Anda yang mempunyai tumor.

Baca Juga: 9 Cara Mencukur Bulu Kemaluan dan Hukumnya Menurut Hadits

Cara Mencegah Hidrofenosis

ASI Ekslusif
Foto: ASI Ekslusif (Orami Photo Stocks)

Sayangnya, tidak ada cara pasti untuk mencegah hidrocefalus, karena kondisi ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor.

Namun, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya hidrocefalus, antara lain:

1. Menjaga Kesehatan Ibu Hamil dan Bayi

Selama masa kehamilan, penting untuk menjaga kesehatan ibu hamil dengan mengonsumsi makanan sehat dan melakukan pemeriksaan prenatal secara teratur.

Setelah bayi lahir, pastikan untuk memberikan perawatan yang baik, termasuk memberikan ASI dan memperhatikan tanda-tanda infeksi atau gejala lainnya yang muncul.

2. Menghindari Cedera Kepala

Cedera kepala bisa menjadi penyebab hidrocefalus.

Dengan begitu, penting untuk menghindari situasi yang berisiko seperti mengemudi dengan kecepatan tinggi, tidak menggunakan helm saat berkendara motor, atau tidak memperhatikan keselamatan saat berolahraga.

3. Mengobati Infeksi

Infeksi pada otak atau selaput otak (meningitis) dapat menyebabkan hidrocefalus.

Oleh karena itu, penting untuk mengobati infeksi secara cepat dan efektif.

Meskipun tidak ada cara pasti untuk mencegah hidrocefalus, langkah-langkah di atas dapat membantu mengurangi risiko terjadinya kondisi ini.

Selain itu juga dapat memperbaiki hasil perawatan bagi mereka yang telah didiagnosis dengan hidrocefalus.

Baca Juga: 14 Jenis Imunisasi Anak Menurut IDAI, Catat Jadwalnya!

Itu dia Moms penjelasan mengenai Hidronefrosis.

Jika Moms memiliki gejala di atas, sebaiknya segera periksa ke dokter ya!

  • https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7306661/
  • https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK431091/
  • https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/hydronephrosis/cdc-20397563
  • https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/15417-hydronephrosis

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb