25 Oktober 2023

12 Jenis Cek Lab Ibu Hamil yang Dibutuhkan Setiap Trimester

Salah satunya deteksi kelainan kromosom
12 Jenis Cek Lab Ibu Hamil yang Dibutuhkan Setiap Trimester

7. Skrining Alfa-Fetoprotein (AFP)

Imun Tubuh selama Kehamilan
Foto: Imun Tubuh selama Kehamilan (Orami Photo Stocks)

Cek lab ibu hamil lainnya adalah skrining AFP (Alfa-Fetoprotein) atau mengukur tingkat protein dalam darah.

AFP adalah protein yang biasanya diproduksi oleh hati janin yang terdapat dalam cairan yang mengelilingi janin (cairan ketuban).

Protein ini akan melintasi plasenta dan memasuki darah. Tingkat AFP yang tidak normal dapat mengindikasikan:

  • Cacat pada dinding perut janin
  • Down Syndrome atau kelainan kromosom lainnya
  • Cacat tabung saraf terbuka, seperti spina bifida
  • Kehamilan kembar (lebih dari satu janin memproduksi protein)

Cek lab ibu hamil ini biasanya dilakukan antara 15 dan 20 minggu kehamilan atau sekitar trimester pertama dan kedua.

8. Tes TORCH

Tes TORCH adalah sekelompok tes darah yang meliputi toxoplasmosis, rubella cytomegalovirus, herpes simplex, dan HIV.

Tes-tes ini memeriksa beberapa infeksi berbeda pada ibu hamil atau bayi baru lahir.

Biasanya, dokter menganjurkan wanita untuk menjalani Tes TORCH pada kunjungan pertama setelah kehamilan dipastikan.

Janin yang tumbuh rentan diperkirakan terjadi selama 3-4 bulan pertama kehamilan.

Oleh karena itu, cek lab ibu hamil ini jadi salah satu yang diprioritaskan.

Baca Juga: 10 Rekomendasi Tepung Protein Tinggi dan Alternatifnya, Catat!

9. Tes Urine atau Urinalisis

Infeksi Saluran Kemih
Foto: Infeksi Saluran Kemih (Affiliatedurologist.com)

Urinalisis termasuk dalam cek lab ibu hamil yang sering terlewati.

Dalam hal ini, memerlukan sampel urine pada ibu hamil untuk mengecek segala pemeriksaan yang dibutuhkan.

Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui sejumlah kondisi, meliputi:

  • Sel darah merah, untuk melihat apakah memiliki penyakit saluran kemih.
  • Sel darah putih, untuk mengetahui apakah mengalami infeksi saluran kemih (ISK).
  • Glukosa, karena kadar gula darah yang tinggi bisa menjadi tanda diabetes melitus.

Tes ini juga mengukur jumlah protein dalam darah yang dapat dibandingkan dengan kadarnya di akhir kehamilan.

Kadar protein yang tinggi dapat menandakan preeklampsia.

Ingat, komplikasi serius yang dapat terjadi di akhir kehamilan atau setelah bayi lahir.

Baca Juga: Mengenal Hipertensi Sekunder, Tekanan Darah Tinggi Akibat Penyakit Lain

10 . Tes HIV

Tidak perlu merasa khawatir atau sungkan saat Moms hendak melakukan tes ini.

Sebab, fasilitas kesehatan tempat tes HIV biasanya akan memberikan pelayanan VCT dan menjamin kerahasiaan status pasien saat menjalani pemeriksaan HIV selama hamil.

Apabila ternyata ibu hamil positif HIV, penanganan medis akan segera dokter lakukan untuk mengurangi risiko penularan HIV kepada bayi dan mencegah berkembangnya infeksi HIV menjadi lebih berat.

11. Tes Sifilis

Calon ibu hamil juga perlu untuk memeriksakan kesehatan organ intimnya, terutama bagi yang memiliki perilaku seks berisiko atau tanda gejala penyakit menular seksual.

Sebab, penyakit infeksi menular seksual seperti sifilis sering tidak terdeteksi di awal.

Selain itu, penyakit ini juga dapat mempersulit kehamilan dan menghambat pembuahan.

Sifilis yang tidak mendapat penanganan tepat juga dapat menyebabkan cacat berat pada bayi.

Bahkan, pada kasus yang lebih fatal, bayi bisa lahir dalam keadaan meninggal.

Jika ibu hamil didiagnosis memiliki sifilis, dokter akan memberikan antibiotik penisilin untuk mengobati penyakit tersebut dan mencegah penularan sifilis pada janin.

12 . Pap Smear

Ini adalah tes yang berfungsi untuk mendeteksi virus HPV.

Virus ini merupakan penyebab kanker serviks pada wanita.

Tidak hanya ketika hamil, tes tersebut juga dapat dilakukan secara rutin setelah menikah dan sudah melakukan hubungan seks.

Jika ditemukan kelainan di rahim dan vagina saat tes pap smear, maka dokter akan menyarankan ibu untuk melakukan biopsi. Ini adalah pemeriksaan terhadap organisme, organ, atau jaringan yang hidup.

Ketika hamil, itu adalah masa yang paling rentan bagi perempuan.

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb