25 Agustus 2023

Mengenal Tanda dan Gejala OCD yang Perlu Kamu Pahami!

Memiliki obsesi bersih-bersih juga termasuk tandanya.
Mengenal Tanda dan Gejala OCD yang Perlu Kamu Pahami!

6. Takut Tersakiti Atau Disakiti

Setiap orang pasti pernah terpikir akan kemungkinan terkena musibah, kecelakaan, atau hal buruk lainnya.

Namun, penderita OCD memiliki pemikiran itu hampir setiap saat dan sulit menekan pikiran tersebut.

Semakin mereka berusaha menghilangkan pemikiran itu, semakin besar ketakutan yang dihadapinya.

Dilansir dari International OCD Foundation, beberapa ketakutan itu di antaranya:

  • Menyakiti orang lain
  • Menyakiti diri sendiri
  • Ragu mengatakan sesuatu yang salah dan bikin orang lain tersinggung
  • Imajinasi yang terbentuk
  • Mengambil barang milik orang lain

Karena hal itu, orang dengan gangguan ini melakukan sesuatu dengan penuh kesempurnaan.

7. Sering Menanyakan Sesuatu Berulang Kali

Wanita Berteriak
Foto: Wanita Berteriak (Freepik.com/trzykropy)

Hal yang paling sering dialami penderita dengan tanda penyakit OCD adalah sering menanyakan hal yang sama berulang kali untuk mengurangi kekhawatiran dalam diri.

Sebagai contoh, seorang OCD mengundang temannya ke rumah, ia bisa menanyakan, “Apakah rumahku sudah bersih?” berulang kali pada temannya.

Hal ini mereka lakukan karena ketakutan yang besar akan kebersihan rumahnya.

Namun, terkadang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan berulang kali juga bisa menjadi strategi untuk menghindari perilaku kompulsif yang dialami.

Baca Juga: Indikator Perkembangan Kognitif Anak dari Lahir hingga Usia 12 Tahun, Moms Wajib Tahu!

8. Membenci Penampilan Sendiri

Orang yang menderita OCD biasanya memiliki rasa tidak suka pada salah satu bagian tubuhnya atau keseluruhan penampilannya.

Mereka dapat berkaca selama berjam-jam hanya untuk memperhatikan bagian tubuh yang tidak disukai.

Bahkan ada juga yang sampai menghindari orang lain, karena merasa dirinya tidak layak.

9. Berbicara dan Bergumam Sendiri

Dikutip dalam Mayo Clinic, tanda lain dari penyakit OCD adalah sering berbicara sendiri atau bergumam.

Diam-diam mengulangi doa, kata atau sebuah kalimat menjadi kegiatan yang dilakukan sehari-hari.

Biasanya, hal ini untuk menambah rasa kepercayaan diri mereka akan sesuatu.

Dengan melafalkan kalimat berulang-ulang, membuat adanya "kekuatan" dari dalam diri.

Baca Juga: 8 Jenis Gangguan Parafilia, Kelainan Perilaku Seksual yang Berhasrat pada Hal Tidak Umum

Gejala Obsesi dan Gejala Kompulsi (Gejala OCD)

Ilustrasi Gejala OCD
Foto: Ilustrasi Gejala OCD

Selain tanda OCD yang disebutkan di atas, dr. Leonardi juga mengklasifikasikan gejala OCD menjadi 3 bagian, yakni gejala obsesi, gejala kompulsi, dan perbedaan.

1. Gejala Obsesi

Pikiran-pikiran atau citra mental yang berulang-ulang dan menyebabkan kecemasan. Bentuk-bentuk pikiran yang umum ditemukan:

  • Ketakutan terhadap kuman atau kontaminasi (radiasi, bahan kimia, dan lain-lain).
  • Pikiran-pikiran yang terlarang atau tabu yang berkaitan dengan seks dan agama.
  • Takut kehilangan kendali hingga dapat mencelakai orang lain, misalnya ibu yang membayangkan akan mencelakai bayinya.
  • Takut dan merasa bertanggung jawab akan terjadi sesuatu yang mencelakai atau mengerikan pada orang lain, misalnya kebakaran, kematian, dan lain-lain.
  • Keinginan untuk membuat atau mengatur semua secara simetris/mengikuti aturan tertentu.

2. Gejala Kompulsi

Perilaku repetitif atau berulang yang oleh penderita OCD dirasakan sebagai desakan untuk memberi respons terhadap pikiran obsesif. Bentuk-bentuk perilaku yang umum ditemukan:

  • Membersihkan dan/atau mencuci secara berlebihan.
  • Mengatur dan menyusun sesuatu dengan cara tertentu dan presisi.
  • Memeriksa sesuatu secara berulang kali, contohnya kunci pintu, kompor, dan lain-lain.
  • Pengulangan, misalnya membaca tulisan di jalan, menghitung, menyentuh, memegang, dan lain-lain.
  • Kompulsi mental, misalnya menghindari kata tertentu, menghitung hingga angka tertentu sambil mengerjakan sesuatu, membayangkan citra mental tertentu untuk mencegah terjadinya sesuatu yang buruk, dan lain-lain.

3. Perbedaan antara memeriksa ulang yang bersifat normal dengan OCD

  • Penderita OCD tidak mampu mengendalikan pikiran dan perbuatannya sekalipun dirinya sadar bahwa tindakan tersebut tidak masuk akal dan berlebihan.
  • Menghabiskan waktu setidaknya 1 jam dalam satu hari untuk obsesi dan/atau kompulsinya.
  • Penderita OCD tidak mendapatkan kesenangan pada saat melakukan kompulsi atau ritualnya, tetapi yang didapat hanya kelegaan singkat dari kecemasan yang ditimbulkan oleh pikiran obsesi.
  • Mengalami masalah yang cukup bermakna pada kehidupan sehari-hari akibat obsesi dan/atau kompulsinya.

Baca Juga: Diet OCD Lengkap: Jendela Makan, Jenis Olahraga, Serta Dampak Bagi Kehamilan

Penyembuhan OCD

Terapi
Foto: Terapi (Freepik.com/Shurkin_son)

Menurut dr. Leonardi di dalam ilmu kedokteran, terdapat istilah prognosis, yaitu prediksi mengenai perkembangan suatu penyakit, yang berkaitan dengan komplikasi atau pemulihan (recovery).

"Pemulihan didefinisikan sebagai kembali sehat dari adanya suatu gangguan atau penyakit.

Prognosis terbaik umumnya ditemukan pada anak-anak dan dewasa muda. Sebanyak 40 persen pulih sempurna saat beranjak dewasa.

Sebagian besar penderita OCD akan mengalami perbaikan yang signifikan dengan menjalani terapi, sebaliknya hanya 1 dari 5 penderita yang dapat pulih tanpa terapi," jelas dr. Leonardi.

Terapi yang baku untuk OCD adalah:

  • Psikoterapi (terutama terapi kognitif dan perilaku).
  • Obat-obatan (fluoxetine, fluvoxamine, sertraline, clomipramine, risperidone, dan lain-lain), atau keduanya.

Pada banyak kasus, penderita OCD juga mengalami gangguan kecemasan atau depresi.

Oleh karena itu, terapi yang dipilih perlu mempertimbangkan gangguan lain yang menyertainya.

Menurut data dari National Health Service, umumnya penderita OCD perlu menjalani terapi setidaknya 1 tahun, pada beberapa kasus bahkan membutuhkan waktu yang lebih lama.

Baca Juga: Hipnoterapi, Terapi Alternatif untuk Atasi Masalah Fisik dan Mental Melalui Sugesti

Diagnosis Penyakit OCD

Ilustrasi Diagnosis Penyakit
Foto: Ilustrasi Diagnosis Penyakit (Freepik.com/yanalya)

Tidak ada tes khusus yang dilakukan untuk mendiagnosis penyakit OCD.

Biasanya, penyedia layanan kesehatan membuat diagnosis setelah menanyakan gejala yang dialami oleh pasien OCD.

Selain itu, mereka biasanya menggunakan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 5th Edition (DSM-V).

Ini merupakan media yang digunakan untuk mengklasifikasi adanya gangguan mental.

Menggunakan DSM-V, dapat mendiagnosis pasien OCD berdasarkan faktor-faktor spesifik, seperti:

  • Orang tersebut memiliki obsesi, kompulsi atau keduanya.
  • Obsesi atau kompulsi memakan banyak waktu (lebih dari satu jam per hari).
  • Obsesi atau kompulsi menyebabkan penderitaan atau memengaruhi seseorang dalam kegiatan sosial, mengerjakan tanggung jawab pekerjaan atau peristiwa kehidupan lainnya.
  • Gejalanya tidak disebabkan oleh obat-obatan, alkohol, atau masalah medis lainnya.
  • Gejalanya tidak disebabkan oleh gangguan mental lain (seperti gangguan kecemasan umum atau gangguan makan).

Baca Juga: Kenali Tahapan Perkembangan Remaja Secara Fisik, Emosional, Sosial, dan Kognitif

Menangani Tanda Penyakit OCD

Minum Obat-obatan
Foto: Minum Obat-obatan (Freepik.com/stefamerpik)

Jika Moms memiliki tanda penyakit OCD yang mengganggu kehidupan sehari-hari, lebih baik konsultasi dengan penyedia layanan kesehatan.

Melansir dari Cleveland Clinic, seorang profesional yang terlatih khusus dalam menangani penyakit mental dapat menawarkan beberapa strategi, seperti:

1. Terapi Perilaku Kognitif

Terapi perilaku kognitif adalah salah satu jenis psikoterapi.

Pasien penderita OCD akan berbicara dengan terapis mengenai kondisi yang dialami, lalu memeriksa dan memahami pikiran dan emosinya.

Setelah melakukan beberapa sesi terapi, ini dapat membantu menangani pasien dalam menghentikan kebiasaan negatif, dan menggantinya dengan melakukan teknik coping yang sehat.

Baca Juga: Kenali Tahap Perkembangan Sosial Anak Usia 1–5 Tahun dan Cara untuk Mengajarinya Bersosialisasi

2. Mengonsumsi Obat-obatan

Resep untuk penggunaan obat dapat didapatkan langsung oleh ahli kesehatan yang menangani.

Biasanya, jenis obat yang digunakan, seperti inhibitor ambilan kembali serotonin dan antidepresan trisiklik.

Paparan dan pencegahan respons (ERP) adalah metode pengobatan untuk mengatasi berbagai gangguan...

Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.


FOLLOW US

facebook
twitter
instagram
spotify
tiktok

Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan

Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.

rbb