Retardasi Mental: Gejala, Penyebab, Hingga Pengobatan
Cara Diagnosis Retardasi Mental
Menentukan seorang anak mengalami gangguan intelektual atau tidak dapat diketahui dengan pengukuran IQ (intelligence quotient).
Anak dikatakan mengalami gangguan intelektual jika tingkat IQ-nya kurang dari 70-75.
Dokter juga dapat merekomendasikan sejumlah tes untuk menegakkan diagnosis, umumnya tes darah dan tes urine.
Selain itu, anak juga dapat menjalani tes pencitraan untuk melihat potensi gangguan struktural di otak hingga elektroensefalogram (EEG) untuk risiko kejang.
Bersama psikolog dan tim spesialis lainnya, dokter juga akan mengamati keterampilan anak untuk mengukur perilaku adaptif anak.
Mulai dari kemampuan makan, memakai baju sendiri, berkomunikasi, hingga berinteraksi dengan keluarga dan teman sebayanya.
Jika keterampilan bersosialisasi anak cenderung lebih lambat dari anak seusianya, maka dokter dapat mencurigai anak tersebut mengalami gangguan intelektual.
Baca Juga: 10+ Rekomendasi Sikat Gigi Anak yang Aman untuk Si Kecil
Pencegahan Retardasi Mental
Kabar baiknya, penyebab tertentu retardasi mental dapat dicegah, lho Moms.
Salah satunya pada sindrom alkohol janin (fetal alcohol syndrome), ibu harus menghindari minum alkohol selama kehamilan agar terhindar dari masalah yang satu ini.
Selain itu, ibu hamil juga dapat mencegah risiko gangguan intelektual ini dengan minum vitamin yang direkomendasikan dokter kandungan.
Pastikan anak mendapatkan vaksin yang lengkap, terutama untuk mencegah penyakit menular, agar terlahir sehat secara fisik dan mental.
Jika terdapat riwayat penyakit genetik dalam keluarga, dokter biasanya akan merekomendasikan tes genetik sebelum ibu merencanakan kehamilan.
Pemeriksaan ini dapat meliputi USG hingga amniosentesis untuk mengidentifikasi hal-hal yang bisa memicu retardasi mental.
Baca Juga: Sinopsis Jalan yang Jauh Jangan Lupa Pulang, Sekuel NKCTHI
Pengobatan Retardasi Mental
Retardasi mental dapat terjadi seumur hidup, artinya bisa berlangsung dari lahir atau selama masa kanak-anak hingga dewasa.
Namun, ini bukanlah akhir dari segalanya, kok Moms.
Anak dengan retardasi mental masih bisa hidup normal selayaknya anak pada umumnya dengan penanganan yang tepat sejak dini.
Semakin cepat masalah terdeteksi, semakin cepat pula penanganannya.
Jadi, bukan tidak mungkin jika anak dapat berkembang dan mengejar keterlambatannya sedini mungkin.
Penanganan retardasi mental disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing pasien, umumnya meliputi:
- Terapi wicara
- Terapi okupasi
- Terapi motorik dan fisik
- Latihan gerak dengan alat khusus
- Pengaturan pola makan
- Konseling keluarga
Baca Juga: Orang Tua dengan Anak Berkebutuhan Khusus? Disimak, Yuk!
Moms dapat memilihkannya sekolah untuk anak-anak berkebutuhan khusus agar Si Kecil mendapatkan penanganan yang tepat sesuai kondisinya.
Harapannya, anak dengan retardasi mental bisa belajar beradaptasi dan lambat laun meningkatkan perkembangan kecerdasan serta sosialisasinya.
Semoga informasi ini bermanfaat untuk Moms, ya!
- https://www.aaidd.org/intellectual-disability/definition
- https://www.psychiatry.org/patients-families/intellectual-disability/what-is-intellectual-disability
- https://www.cdc.gov/ncbddd/developmentaldisabilities/facts-about-intellectual-disability.html
- https://www.webmd.com/parenting/baby/child-intellectual-disability
- https://www.verywellhealth.com/types-of-intellectual-disability-in-children-and-adults-5210316
Konten di bawah ini disajikan oleh advertiser.
Tim Redaksi Orami tidak terlibat dalam materi konten ini.
Orami Articles — Artikel Seputar Parenting, Kesehatan,
Gaya Hidup dan Hiburan
Copyright © 2024 Orami. All rights reserved.